Bisa jadi ini sebuah terobosan baru.
Yah.. siang itu, hingga menjelang sore, usai bicara dengan Nisa tentang jaringan Hotel Mercy beserta rencana pengembangannya, kini semangat Rei seolah menyala-nyala.
Mereka berbincang lama, bertukar ide dan buah pikiran, sekaligus mendebatkan hal-hal kecil saat membahas hal itu dengan seru, yang membuat Rei mendapat begitu banyak masukan tak terduga, yang melahirkan berbagai inovasi yang berkeliaran dengan liar diotaknya.
Amazing..
Rei bahkan tidak menyangka Nisa bisa menjadi lawan diskusi yang asik dan seimbang.
Meskipun mereka memang telah saling mengenal cukup lama, tapi Nisa tidak termasuk dalam lingkaran dekat pergaulan Rei.
Selama ini mereka berdua hanya beberapa kali bicara seperlunya, jika pas berada di kegiatan yang sama. Ini kali pertama Rei bicara dengan Nisa panjang lebar, dan membuat Rei terkesan karena kembali mendapati sisi kecerdasan dan kreatifitas Nisa yang baru ia ketahui.
"Momm.. Daddy kapan pulang sih..?" tak sabar karena dua panggilannya yang tak direspon, Rei memilih menerobos kamar kedua orangtuanya, mendapati Meta yang sedang duduk di sofa dengan sebuah pemindangan*) dan jarum tumpul*) ditangan.
Meta sedang menyulam kruistik*) guna mengisi waktu luang sambil menunggu kedatangan sang suami yang katanya sedang dalam perjalanan pulang kerumah.
"Kayaknya sebentar lagi sampai. Ada apa memangnya?" tanya Meta mengerling sejenak, sebelum kemudian kembali tenggelam dalam kesibukan menyulamnya, sambil sesekali menatap buku pola.
"Ada yang mau Rei omongin.."
"Tentang apa? Mommy boleh tau tidak..?"
Rei menghempaskan tubuhnya keatas sofa, tepat dihadapan Meta. "Tentang project yang tertunda, Momm.. jaringan Hotel Mercy.." ujar Rei tanpa berusaha menyembunyikan maksud pembicaraannya dengan Rico kelak.
"Bukannya kata Daddy kamu uring-uringan waktu di tawari? milih meneruskan bisnis Daddy yang sudah jadi saja.."
"Aku berubah pikiran." pungkas Rei cepat
Gerak tangan Meta terhenti sejenak mendengarnya. Ia menatap wajah Rei. "Bagus itu. Tapi.. kenapa bisa tiba-tiba berubah pikiran?"
"Ada seseorang yang membuat Rei berubah pikiran."
"Siapa..?"
"Nisa, Momm.."
Meta menatap Rei serius seolah tak percaya dengan pendengarannya. Ia menaruh pemindangan beserta jarum tumpul tersebut keatas meja. "Oh, ya..?"
"Intinya aku menolak menyerah, Momm.. milih fight lebih dulu." ucap Rei bangga, yang disambut senyum oleh Meta.
"Begitu dong." ujar Meta, senang mendengar kenyataan bahwa Nisa telah berhasil membuat Rei menyetujui dengan mudah, sesuatu yang awalnya membuat Rei ragu. Namun ketika mendengar kalimat Rei berikutnya wajah Meta nampak berubah.
"Aku telah memutuskannya, Momm. Sebagai langkah awal, aku harus melihat langsung objek kelemahannya secara mendetail, mengidentifikasi semua persoalan dan hambatannya satu persatu.."
Meta tercenung mendengarnya.
"Bagaimana, Momm?"
"Kalau itu Mommy tidak setuju." Meta berucap tegas
Alis Rei sontak bertaut. Tidak menyangka secepat itu gagasannya ditolak oleh Meta.
"Kalau kamu berniat berpergian melanglang buana kesetiap kota, Mommy tidak mengijinkannya. Kamu kan baru menikah, Rei.. main pergi begitu saja dengan alasan pekerjaan.." protes Meta sengit, membuat Rei terhenyak mendengar tuduhan itu. "Jangan bilang bahwa kamu sengaja ingin menghindari Nisa sehingga bisa melewatkan 100 hari dengan mudah..!"
"Astaga, Mommy menuduhku..?"
"Jangan coba-coba mencurangi Mommy.."
Rei tertawa melihat wajah Meta yang merenggut. Kemudian ia bangkit dari duduknya, pindah kesebelah wanita yang masih menatapnya dengan tatapan galak, mencoba membujuk saat ia meraih jemari Meta serta menggengamnya erat.
"Mommy.. bagaimana kalau aku perginya dengan Nisa..?" ujarnya lembut, namun malah membuat Meta terkesima.
"A-apa?"
Rei mengangguk. "Iya.. aku perginya bareng Nisa. Hitung-hitung honeymoon sambil kerja.." goda Rei, yang sengaja menambahkan kata honeymoon agar Meta semakin bahagia mendengar rayuannya.
"Kalau seperti itu, Mommy sangat setuju. Tapi bicarakan semuanya dengan Daddymu dulu yah.."
Senyum Rei terkembang sumringah. "Kalau Mommy sudah oke, apapun urusannya dengan Daddy pasti gampang.."
"Memangnya pengaruh Mommy sebesar itu..?"
"Of course. Kalau depan Mommy, Daddy selalu kehilang taji.." ujar Rei lagi sambil tertawa, seolah tau betul akan the power of Mommy Meta yang selalu bisa membuat Rico tidak berkutik.
Meta ikut tertawa mendengarnya. "Bisa saja kamu..!" pungkas Meta sambil tersenyum-senyum seolah baru tersadar bahwa selama ini memang seperti itulah kenyataannya.
Rico tidak pernah berubah..
Sejak dulu, selalu mengabulkan semua keinginannya..
Sejak dulu, dirinya tetap nomor satu dihati lelaki penyayang itu..
XXXXX
Dan semuanya telah berjalan dengan cepat.
Pembicaraan Rei dengan Rico berjalan dengan lancar, dan Rico bahkan sangat mendukung keinginan Rei untuk kembali membangun satu-satunya bisnis perhotelan yang mulai terbengkalai, yang merupakan peninggalan mendiang Ariella Hasyim, istri pertamanya, Mommy kandung Rei.
"Bagaimana, sudah siap semuanya..?"
Rei menatap Nisa dari balik pintu wadrobe miliknya.
Nisa mengangguk. "Sudah. Tidak perlu bawa banyak barang, kan?" Nisa balik bertanya.
Rei mengangguk sambil tersenyum.
Rencananya besok pagi mereka berdua akan memulai petualangan, bak seorang traveller.
Petualangan..?
Iya. Petualangan.
Berpergian ke dua belas kota sekaligus, tempat dimana dua belas jaringan Hotel Mercy tersebar.. apa itu bukan petualangan namanya..?
Yah, Rei telah membulatkan hati dan tekadnya, untuk bisa membangun kembali salah satu jaringa bisnis warisan Lila.
Kisah singkat yang telah diungkapkan Rico kepadanya seolah menambah kobaran semangat yang ada didalam jiwa Rei.
Hotel Mercy pada awalnya memang merupakan warisan kakek. Tapi berkat usaha gigih seorang Ariella Hasyim, sehingga hotel itu berkembang menjadi hotel terbaik pada masanya dan bisa memiliki cabang dibeberapa kota besar dalam waktu singkat, sebagai wujud dari melebarkan sayap bisnis yang berkembang pesat. Mercy Green Resort juga merupakan bukti, betapa keras dan gigihnya seorang Ariella Hasyim.
Mendengar semua itu semangat Rei semakin tersulut. Selain ia merasa tertantang untuk membuktikan diri sebagai seorang anak dari wanita yang setangguh Ariella Hasyim, Rei juga merasa tidak rela buah perjuangan yang gigih itu terbengkalai dan terlupakan.
Rei ingin membangun kembali semuanya, sebagai bentuk cintanya untuk Mommy Lila, yang tidak pernah bisa ia tunjukkan karena begitu cepatnya sang Khalik memanggilnya.
"Kenapa melamun..?"
Rei terhenyak begitu Nisa menyentuh bahunya, yang terdiam cukup lama.
"Memikirkan apa sih..?"
Rei menatap wajah teduh Nisa, yang entah kenapa selalu terasa menenangkan jiwanya.
"Tidak.. aku.. hanya merasa sedikit cemas.."
"Kenapa..?"
"Selama ini aku selalu berada dibelakang Daddy. Terasa aneh saat membayangkan aku harus menghadapi semuanya seorang diri, dan melangkah sendirian.."
"Kata siapa sendirian? lalu aku, kamu anggap apa, Rei..?" celetuk Nisa mencoba bercanda, seolah ingin meredam sedikit keraguan yang selalu mengganggu langkah dan tekad Rei.
Rei tersenyum kecut. "Maksudku karena selama ini aku selalu berjalan dibelakang Daddy dan.."
"Sekarang, mari kita belajar untuk mengganti posisinya agar kamu semakin terbiasa.."
"Apa..?"
"Berusahalah untuk menjadi seperti Daddy Rico. Mulai sekarang, biasakan dirimu berjalan didepanku, dan aku juga akan membiasakan diriku berada dibelakangmu.."
Rei tertegun mendapati kalimat sederhana, namun entah kenapa bisa langsung menyentil sudut hatinya yang terdalam.
Kemudian keheningan nampak menguasai keseluruhan udara, dengan Nisa yang terus berdiri didepan Rei dengan seulas senyum.
Terus seperti itu.. dan tatapan mereka baru terlepas manakala getaran serta suara ponsel disaku celana Rei mengembalikan kesadaran masing-masing ketempat semula.
Rei merogoh saku celana jeans yang ia kenakan untuk meraih ponselnya yang terbenam disana.
Detik berikutnya ia terlihat melengos kesal mengetahui siapa gerangan si penelpon tersebut, yang nyaris dua minggu terakhir ini seolah menghilang dari seluruh perputaran roda kehidupannya yang bergulir cepat.
Sean Argano Putra Djenar..
Calling..
.
.
.
Bersambung..
Petualangan Mengejar Cinta akan segera dimulai.. 🤗
Kruistik*) : atau tusuk silang adalah salah satu jenis sulaman yang memakai jahitan benang yang bersilangan di atas kain tenunan sejajar.
Pemindangan*) : atau ram diperlukan untuk menahan dan mengencangkan permukaan kain supaya lebih mudah untuk disulam.
Jarum tumpul*) : jarum tapestri berujung tumpul dengan mata jarum berukuran besar agar bisa dilewati beberapa helai benang sekaligus.
LIKE and SUPPORT Rei yah.. 😀
Thx and Lophyuuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ellydoko
yaudin dech Rey,,,,
toh kamu g tau kan asli dari Liliyana
2021-11-18
0
ellydoko
namanya kamu g mau mengenal nisa lebih dalam lagi Rey 🤭🥰
2021-11-18
1
Frisky cipan
iiiiii gk sabar aku menanti petualangan cinta ny🤭🤭
2021-09-02
1