Rico tersenyum setiap kali melihat wajah Meta yang berseri-seri seharian ini.
Makan malam kali ini pun terasa berbeda, mungkin karena kehadiran Nisa, anggota baru di keluarga mereka yang membuat Meta semakin terlihat bersemangat.
Kali ini Rico kembali harus memuji istrinya itu, karena Nisa, menantu pilihan Meta sepertinya benar-benar bisa memenuhi standar Meta. Terbukti meskipun baru menikah tadi pagi, Nisa sudah memperlihatkan kemampuannya dalam menyuguhi sajian makan malam yang luar biasa barusan.
"Luar biasa.. ini yang masak makanan Nisa semua nih..?" tanya Rico. Baru tersadar bahwa dirinya menjadi orang terakhir yang meletakkan sendok dan garpu diatas piring yang telah tandas.
"Tidak semua, sama Mommy dan sama bibik juga, Dadd.." jawab Nisa sambil tersipu.
"Mommy dan bibik tadi hanya bantu sedikit kok. Tapi chef yang asli tentu saja menantu Daddy.." ucap Meta sambil mengerling kearah Nisa yang duduk disebelah Rei, semakin tersipu malu mendengar pujian kedua mertuanya yang silih berganti. "Bagaimana Rei, enak tidak masakan istrimu? kamu saja Mommy lihat sampe nambah dua kali.." todong Meta lagi kearah Rei yang baru saja meneguk air mineral dalam gelasnya.
Rei pun mengangguk sambil mengangkat jempolnya kearah Meta. "Enak, Momm.." ujarnya tulus, karena kenyataannya masakan Nisa memang enak, sehingga seperti kata Mommy dirinya bahkan sampai menambah dua kali.
"Kak Nisa.. ajarin Riri bikin bolu pisang yah, yang sering Mommy bawa pulang dari panti.." ujar Riri dengan tatapan yang berseri-seri.
"Boleh, memangnya kapan Riri mau bikinnya..?"
"Bagaimana kalau besok..?"
Nisa mengangguk. "Boleh saja.. tapi kita lihat dulu bahannya ada tidak didapur..?" ujar Nisa lagi dengan nada yang lembut.
"Kayaknya harus beli pisang dulu deh.." kali ini Meta yang menyahut. "Besok kita belanja aja, sekalian beli persediaan bahan-bahan kebutuhan dapur yang lain, sama isi kulkas juga yang mulai kosong. Minta anterin Rei.."
Rei menatap Meta dengan enggan. "Rei kan harus kerja, Mom.." tolak Rei halus.
"Memangnya pengantin baru tidak ada dispensasinya sama sekali, Dadd?" pungkas Meta sambil melirik Rico yang ada disampingnya.
"Bisa-bisanya Rei saja, Momm.. kemarin Daddy suruh ambil cuti sekalian honeymoon malah jawabnya nanti saja.." ujar Rico membela diri usai mendapati lirikan tajam si Nyonya besar. Kemudian detik berikutnya Rico memutuskan untuk menatap Rei sebelum kembali mendapat peringatan Meta. "Ambil cuti satu mingguan, Rei.. kalau belum mau berpergian, setidaknya bisa istirahat dirumah, atau ajak Nisa jalan-jalan.."
"Dan jangan lupa bikinin cucu yang lucu untuk Mommy dan Daddy.."
"Uhukk!!"
Rei langsung tersedak mendengar permintaan Meta yang terucap ringan.
Nisa yang melihatnya langsung menyambar gelas berisi air mineral dan menyodorkannya kepada Rei yang tersedak begitu saja usai mendengar kalimat mertuanya yang tanpa sensor itu.
"Momm.. berarti nanti Riri bakal punya ponakan dong.." celetuk Riri tersenyum sumringah, seraya menatap Meta.
"Iya, dong sayang.. Riri bakal punya ponakan yang lucu, trus Mommy dan Daddy bakal nimang cucu.." ucap Meta membuat Riri langsung bersorak, tak peduli dengan wajah Rei dan Nisa yang merah padam diseberang sana.
"Horee.. asiikk.. Riri mau punya ponakan. Debaynya pasti lucu. Kak Nisa, Riri mau request dong, debaynya yang cewek aja yah.. biar bisa belajar bikin kue bareng.. dandan bareng.. boleh yah, kak..?"
Nisa yang ditodong seperti itu sontak tersenyum kikuk, bingung mau menjawab apa. Saat ia menatap kedua mertuanya, sepasang suami istri yang terlihat sangat harmonis itu malah tampak tertawa kecil melihat keagresifan Riri yang berhasil memojokkannya begitu rupa, sedangkan Rei yang duduk disebelahnya malah terlihat menatap Riri dengan kesal sambil tersenyum masam.
"Dasar bocil, apaan sih? tidak usah menimpali omongan orang dewasa.. pake acara request segala, kamu pikir ini radio..?!" Rei menatap Riri galak, namun yang ditatap malah memeletkan lidahnya.
Saat Rei ingin kembali menimpali kelakuan manja Riri, dirinya pun urung melihat sepasang mata Rico dan Meta yang telah menyorot tajam, lagi-lagi menandakan pembelaan mereka pada si bungsu yang kelewatan manja itu.
XXXXX
Nisa yang masuk kedalam kamar dengan membawa segelas air mineral, nampak terkejut saat melihat Rei yang telah berada diatas ranjang. Pria itu terlihat sedang menyusun bantal yang ada seolah ingin membagi ranjangnya yang berukuran cukup besar itu menjadi dua bagian.
Perlahan Nisa menaruh baki kecil berisi gelas tersebut keatas nakas, sebelum kemudian mendekati ranjang, tempat dimana Rei telah menyambut kehadirannya dengan senyum bangga seolah sedang memamerkan apa yang barusan ia rancang bak sebuah maha karya.
"Bagaimana? begini cukup tidak..?" tanya Rei dengan wajah tanpa dosa, sambil menepuk beberapa bantal yang menjadi pembatas.
Nisa menelan ludahnya yang terasa kelu. "Mmm.. Rei, bagaimana kalau aku tidur di sofa saja..?"
Mendengar tawaran Nisa alis Rei nampak berkerut.
"Maksudku.. tempat tidurmu menjadi sempit kalau aku juga tidur disitu.." kilah Nisa memberi alasan. Karena yang sesungguhnya dirinya merasa benar-benar malu jika harus tidur dengan Rei diranjang yang sama, meskipun Rei telah membatasinya dengan bantal begitu rupa.
"Tidak apa-apa, ranjangku cukup besar untuk kita berdua. Lagian kalau tidur di sofa, nanti punggungmu sakit.." kilah Rei begitu membaca keraguan yang ada diwajah Nisa.
Nisa masih berdiri bimbang dipinggiran ranjang. Kakinya terasa berat dan enggan melangkah.
"Nisa, kenapa diam saja? apa kamu.. masih meragukan aku?" tanya Rei lagi begitu menyadari Nisa tak kunjung beranjak dari posisi semula yang tetap berdiri mematung.
"Meragukan..? meragukan apa?" alis Nisa bertaut mendengar kalimat Rei.
"Yah.. meragukan aku.. maksudku.. kamu ragu kalau aku akan bertindak seperti pria brengsek yang akan mengambil keuntungan darimu mungkin?"
Nisa menggeleng cepat.
"Lalu kenapa?"
Nisa membuang nafasnya berat menyadari Rei yang tak kunjung peka dengan apa yang ia rasakan. Tidur seranjang dengan pria yang ia sukai diam-diam.. dan pria itu telah resmi menjadi suaminya..
Akhh.. rasanya itu sangat berat bagi Nisa. Sejauh ini Nisa bahkan kesulitan mengontrol debar jantungnya sendiri setiap kali berdekatan dengan Rei. Lalu bagaimana jadinya harus menghabiskan satu malam dengannya..?
"Sudah.. sudah.. jangan banyak berfikir." Rei terlihat beringsut dengan dengkulnya diatas ranjang, mendekati Nisa yang masih berdiri gamang, langsung meraih pergelangan tangan Nisa dan menariknya kearah ranjang yang sama.
Nisa yang tidak menyangka dengan aksi nekad Rei tak sempat mengelak begitu tangan besar Rei meraih pergelangan tangannya tanpa canggung, menariknya dengan yakin hingga mau tak mau Nisa mengikuti kemauan Rei.
Rei tersenyum puas begitu menyadari seluruh tubuh Nisa telah berada diatas tempat tidurnya sambil menatapnya dengan tatapan gugup.
"Aku janji tidak akan menyentuh seujung rambutmu sekalipun. Kalau aku sampai melakukannya meskipun dalam keadaan tidur, pukul saja aku sekuat tenaga.." ucap Rei dengan pongah, sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
Nisa masih membisu, hanya sepasang matanya yang mengawasi wajah Rei yang terlihat tersenyum cerah. Membuat Nisa tersadar, salah satu hal yang membuatnya sangat menyukai pria dihadapannya ini adalah kepribadian Rei yang luwes.
Yah.. Reindra Affan Wijaya.
Nisa telah mengenal Rei sejak lama, begitupun sebaliknya. Wajar saja, karena mereka bahkan menimba ilmu dikampus yang sama. Salah satu universitas elite terbaik di negeri ini, yang bisa dimasuki Nisa berbekal beasiswa dari yayasan Indotama Group milik orangtua Sean, dimana Daddy Rico juga merupakan salah satu donatur terbesar disana.
Namun jika Sean terlihat kaku, dingin dan bahkan jarang bicara dengan sesama mahasiswa, maka Rei adalah pribadi yang sebaliknya.
Nisa bahkan sering bertemu Rei saat mengikuti beberapa kegiatan amal yang diadakan di kampus, dan Rei juga beberapa kali hadir pada kegiatan yang dilaksanakan Panti Asuhan Permata Hati bersama Mommy Meta.
Yah.. Rei, pemilik hati yang hangat dan penyayang. Pria dihadapannya ini memang telah mencuri hati Nisa sejak lama..
"Kok diem sih? takut.. atau masih tidak percaya..?"
"Kamu adalah suamiku, untuk apa aku takut..?" pungkas Nisa lirih sambil mengerling kearah Rei yang sedang mengawasinya. "Aku percaya padamu, Rei.. bahkan jika kamu tidak bisa memegang janjimu, aku akan berdosa besar jika memukulmu.."
"Egh..?" Rei terhenyak mendengar kalimat terakhir Nisa yang terucap dengan begitu lirih. Otaknya sedikit nge-lag saat ingin mencerna kembali maksud kalimat itu.. namun yang ada Nisa telah merebahkan tubuhnya, di area tempat tidur yang menjadi bagiannya.. membuat tangan Rei tanpa sadar menyentuh tengkuknya sendiri..
.
.
.
Bersambung..
Like yah guys.. support jangan lupa.. 🙏
Thx and Loophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ellydoko
hahahaha g bisa ngomong apa" kan kamu Rey
2021-11-18
1
Iis Ernawati
meriang dah si rei😅😅
panas dingin tiap malem
2021-09-13
2
Thita Mandau
sweeett
2021-08-20
1