Begitu pintu kamar mandi terbuka, Nisa yang duduk di sofa dekat jendela, sontak menegakkan punggungnya.
Rei telah berpakaian lengkap saat melangkah keluar dari kamar mandi. Kemeja lengan pendek warna putih dan bawahan berupa celana chinos, terlihat tampan dan segar, apalagi dengan gaya berjalan yang cool sambil menyeka rambutnya dengan sebuah handuk berukuran agak kecil.
Sama halnya seperti Nisa, ternyata Rei juga memilih mengganti bajunya didalam kamar mandi.
Lelaki itu nampak menanggalkan handuk kecil yang barusan ia gunakan diatas nakas begitu saja, dan langsung mendekati Nisa dengan jemari yang terlihat menyisir dan mengatur rambutnya dengan gaya seadanya.
Rei tersenyum saat mereka duduk berhadapan, membuat Nisa menelan ludah saat mencoba duduk dengan tenang.
"Capek..?" tanya Rei sambil memposisikan diri dengan nyaman saat berusaha terlihat santai dihadapan Nisa.
Sebenarnya sejak dari dalam kamar mandi Rei sibuk merancang susunan kalimat yang akan ia ungkapkan, namun yang ada, tak ada satu pun yang ia rasa tepat untuk ia katakan saat ini.
Ini sungguh berat, bagaimana bisa dihari yang sama setelah ia mengucapkan ijab qabul, ia kemudian harus mengatakan semua kebenaran yang diinginkan Liliyana dihadapan Nisa sekarang juga..?
Nisa terlihat mengangguk kecil. "Iya capek.. tapi hanya sedikit.."
Rei terlihat manggut-manggut.
Kemudian hening pun menguasai udara disekian detik berikutnya.
"Nisa.." panggil Rei pada akhirnya, membuat Nisa kembali mengangkat wajahnya yang sedari tadi terbenam pada pemandangan dua jemarinya yang lembab yang sedang saling meremas diatas pangkuannya sst sama lain. "Seperti yang aku bilang tadi, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu.."
Nisa mengangguk kecil, namun tak berniat untuk menyela. Seolah memberi kesempatan pada Rei untuk mengungkapkan apa yang lebih kurangnya bahkan telah ia ketahui titik pembahasannya.
"Begini Nisa, sebelumnya aku minta maaf, jika apa yang nanti aku ungkapkan akan melukai hatimu, tapi sungguh aku tidak bermaksud demikian.."
"Apa ini tentang.. 100 hari..?"
Rei tercekat seolah disengat lebah. Ia begitu terkejut mendengar kalimat yang terasa sangat sulit ia ucapkan malah telah diucapkan oleh Nisa dengan begitu entengnya.
"K-kamu.. sudah tau..?" Rei terperangah sambil menatap Nisa dengan takjub. Detik berikutnya ia telah tergolek dikursi begitu mendapati anggukan kepala yang terlihat begitu polos itu.
"Mommy Meta sudah mengatakan semuanya.."
'Astagah.. Mommy benar-benar..'
Rei telah menepuk jidatnya sendiri tanpa ia sadari, menyadari betapa Mommynya begitu nekad berterus terang tentang hal itu kepada Nisa.
"B-baiklah.. tapi.. bisa tidak mengatakannya kepadaku apa saja yang telah Mommy katakan..?" tanya Rei lagi, sedikit tergeragap.
Nisa terdiam sejenak, seolah berusaha mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan tentang pembicaraannya dengan Mommy Meta, sementara dihadapannya tatapan Rei tertuju penuh padanya.
"Mmm.. aku lupa kalimat tepatnya, tapi intinya, Mommy bilang bahwa kamu hanya bersedia menikahiku selama 100 hari saja, dan setelahnya.."
Mengambang. Rei menelan ludahnya yang kembali kelu mendapati wajah Nisa yang telah memerah ketika buru-buru menundukkan wajahnya.
"Nisa.."
"Egh.. i-iya..?" Nisa buru-buru mengangkat wajahnya lagi meskipun terasa begitu sulit baginya jika harus menentang mata Rei yang terlihat begitu sejuk di kedalamannya, namun terlihat datar dipermukaan.
"Katakan padaku dan berikan aku jawaban yang jujur.." ucap Rei lagi, tanpa sadar intonasi suaranya semakin dingin, seiring dengan perasaan kesal yang menyelimuti hati.
Entah kenapa ia merasa sedikit geram, saat mencurigai apa isi pembicaraan Mommy dan Nisa, yang membuat Nisa menerima pernikahan mereka barusan meskipun mengetahui dengan pasti bahwa semuanya hanya sandiwara.
"Tentang apa Rei..?" tanya Nisa tetap lembut seperti biasa, walaupun ia telah merasa warna wajah Rei telah berubah.
"Tentang dirimu."
"Aku?"
"Hmm.."
Alis Nisa terlihat bertaut sempurna.
"Sudah mengetahui semua kenyataannya bahwa aku hanya bersedia menikahimu dalam kurun waktu 100 hari, lalu kenapa masih menyetujui keinginan Mommy..?"
Meta terhenyak mendengar pertanyan lugas itu. "Aku..? itu.. itu karena aku.."
"Katakan."
"Itu.. itu.."
"Kamu pasti telah membuat kesepakatan dengan Mommyku kan?" tuduh Rei tidak bisa lagi mengendalikan warna suaranya. Entah kenapa ia merasa begitu kecewa mengetahui bahwa Nisa tetap menyetujui, meskipun tau dengan pasti bahwa pernikahan mereka seolah sebuah lelucon. Hal itu terasa seperti mencederai penilaian Rei terhadap Nisa yang selama ini memiliki ekspektasi yang cukup tinggi, bahwa Nisa adalah gadis baik yang begitu naif.
"Egh, t-tidak Rei.. bukan seperti itu.." Nisa menggeleng serentak.
"Apa yang telah Mommyku janjikan padamu..?" tuntut Rei lagi.
"Rei, sungguh.. tidak ada.."
Mendengar penyangkalan kembali membuat Rei tak sabar berdiri dari duduknya, berjalan melingkari meja hanya untuk meraih lengan Nisa sedikit kasar, menariknya, memaksa gadis itu untuk berdiri.
"Lalu katakan saja alasannya..!!" pungkas Rei tegas seraya menarik lengan itu sehingga tubuh Nisa terbentur sempurna ketubuhnya.. dan dalam hitungan detik, dua benda kenyal sukses menggenjet dada Rei dengan keras.
'Astaga.. apa tadi itu..?'
Rei langsung frustasi dalam sekejap. Amarahnya yang menggelora teralih begitu saja hanya karena serangan tak terduga, bak senjata makan tuan.
Rei sempat ling-lung sejenak sebelum akhirnya kembali mendorong tubuh Nisa menjauh dari tubuhnya sendiri, kali ini dengan gerakan yang tidak sekasar tadi.
"Bodoh.." umpat Rei kesal, lebih kepada dirinya, tapi Nisa yang mendengarnya tak ayal langsung meneteskan air mata. "Ya ampun.. Nisa.. kenapa malah menangis sih..?!" ucap Rei kali ini benar-benar telah melepaskan Nisa, membebaskan tubuh Nisa sepenuhnya dari tangannya yang sebelumnya bertengger dilengan.
"M-maaf.." ujar Nisa sesegukan.
Mendengar itu Rei memilih membongkar rambutnya yang masih sedikit lembab dengan kedua tangannya sekaligus. Benar-benar merasa frustasi.
Rei terbiasa menghadapi Liliyana yang menangis, terlebih saat menginginkan sesuatu.. namun entah kenapa air mata Nisa saat ini terlihat berbeda, seolah mampu menghancurkan setiap sekat jantungnya dengan begitu mudah.
Rei juga terbiasa menghadapi Liliyana yang agresif, yang bukannya membuat dirinya mesum melainkan membuatnya risih, tapi dua kali dihadapkan pada situasi absurd dan tak terduga bersama Nisa.. dadanya seperti mau meledak keras, rasa penasaran akan rasanya mulai mengotori benak, dan otak mesumnya pun bereaksi dengan cepat..!
Reaksi tubuh Rei bahkan lebih memalukan lagi. Permukaan kulitnya meremang seolah kena setrum, perutnya bergolak seperti ada ribuan kupu-kupu yang menari, dan si adik kecil juga terlihat sangat agresif dan mudah terbangun..!!
"Fine.. baiklah, baiklah.. maafkan aku. Aku yang salah karena telah berfikir terlalu over. Nisa tolong.. jangan menangis, pliiiss.." Rei berucap sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menenangkan Nisa yang masih sesegukan.
"Rei, maaf.. tapi sungguh, aku menjalani semua ini karena keputusanku sendiri. Mommy tidak pernah menawarkan dan memberikan apapun.. Mommy hanya mengatakan bahwa mendapatkan menantu seperti diriku adalah keinginannya.."
"Sekalipun Mommy mengatakan semua itu, bukan berarti kamu tidak bisa menolaknya, Nisa.." ucapan Rei yang bermuatan penyesalan mewarnai setiap kalimat yang meluncur dari bibirnya.
Lagipula apa sih yang ada di pikiran Nisa? bagaimana mungkin Nisa masih tetap nekad menyetujui keinginan Mommy setelah mengetahui segalanya?
"Lalu dimana salahnya, Rei..? hanya 100 hari, dan semuanya akan berakhir. Kamu bersedia melakukannya karena tidak ingin mengecewakan Mommy, aku pun begitu. Aku juga tidak bisa menolaknya karena alasan yang sama. Selama ini Mommy Meta begitu baik.. aku tidak ingin membuatnya kecewa.."
Rei membuang nafasnya perlahan, sambil menatap Nisa lekat.
"Baiklah, kalau memang seperti itu, tidak ada lagi yang harus kita bicarakan. Kamu telah mengetahui semuanya jadi saat ini, aku hanya bisa memohon padamu. Nisa, marilah kita bekerja sama. Janjiku adalah menikahimu dan memperlakukanmu dengan baik selama 100 hari.."
'Dan janjiku adalah mengejar cintamu dalam kurun waktu 100 hari..'
Bathin Nisa, gamang. Karena semakin kesini.. ia semakin tidak yakin jika semuanya bisa berjalan sesuai yang dirinya dan Mommy Meta inginkan..
.
.
.
Bersambung..
Jangan lupa Like, comment, and aupport Rei terus yah.. 🤗
Thx and Lophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
ellydoko
yeeeeee mana mungkin nisa tega memukul orang yang dia suka😅😅😅
palingan dalam hati nisa berkata,, "ko jantung aku berdetak seperti lari maraton ya"🤣🤣🤣
2021-11-18
1
ellydoko
hahahaha gitu aja kesedak 😅😅😅
nanti kalau uda ngerasa enak baru ketagihan
2021-11-18
3
ellydoko
enak kan rey,,, coba kamu suruh Liliyana yang masak,,, pasti kamu ngajak kluar untuk maka dari pada sakit perut🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-11-18
1