Malam telah merambat naik, namun Evan masih setia duduk di kursi kebesarannya. Pikirannya kacau dan hatinya khawatir pada Cleo, berharap wanita itu baik-baik saja.
Pikirannya menerawang saat tahu ternyata Bryan tidak mencintai Cleo justru hanya memanfaatkan wanita itu membuat Evan bingung, lalu bagaimana hubungan mereka kelak ? Apakah tetap berpisah atau ?
Sibuk dengan pikiran-pikiran itu saat pintu ruangan Evan terbuka, Lala muncul dipintu.
"Kenapa belum pulang !" Tanya Evan saat Lala sudah berdiri didepannya.
"Aku khawatir padamu !" Wajah Lala sendu. Ia mendekati Evan dan membelai lembut kepala Evan.
Menikmati belaian itu, Evan mendongak menatap gadis didepannya kemudian menarik pinggang Lala, memeluknya dan membenamkan wajahnya diperut lala. Mencari ketenangan walau hanya sedikit.
"Apa sudah ada kabar tentang Cleo ?" Tanya Lala masih dengan membelai kepala Evan.
Evan menggeleng.
"Semua akan baik-baik saja !" Tiba-tiba Evan mendongak menatap Lala dengan pandangan nanar. Lala tidak menjawab meski merasakan kegelisahan Evan. Dia berusaha tersenyum agar pria itu tidak bertambah gelisah.
"Ingatlah janji kita. Apapun yang terjadi ingat janji kita !" Ucap Evan tegas dengan tatapan penuh harap.
"Iya !" Lala tersenyum menguatkan hati Evan.
"Ini sudah larut. Ayo kuantar pulang !" Evan melepaskan di pelukannya, berdiri, meraih jasnya dan menggenggam tangan Lala seraya berjalan keluar.
Pak Karyo sudah menunggu Evan dan saat melihat majikannya pak Karyo dengan sigap membukakan pintu mobil, mempersilahkan Evan dan Lala memasuki mobil.
"Pak, kita antar dulu Lala pulang !" Ucap Evan kepada pak Karyo.
"Baik tuan !" Pak Karyo menjawab sopan. Mobil mulai berjalan.
Evan meletakkan jasnya dipangkuannya, pandangan jauh menatap keluar jendela namun tangannya dengan pelan meraih tangan Lala dan menggenggamnya dibawah jasnya.
Lala menoleh kearah Evan yang terlihat acuh, tersenyum sambil ikut menggenggam tangan Evan. Momen seperti ini cukup bahagia untuk keduanya.
Perjalanan menuju rumah Lala terasa hangat dengan jari tertaut menutup gelisah dan menyampaikan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Terima kasih !" Lala tersenyum kearah Evan saat mobil sudah berhenti didepan kostnya.
"Sama-sama. Istirahatlah !" Evan membalas senyuman Lala.
"Terima kasih pak Karyo !" Ucap Lala sebelum keluar mobil.
"Sama-sama non !" Jawab pak Karyo.
Lala telah masuk ke kostnya dan mobil Evan telah berlalu.
"Halo Ky !" Jawab Evan.
-----
Rizky menatap lekat layar komputer didepannya. Sekarang dia berada di sebuah gedung alat elektronik yang dimana pemiliknya adalah seorang hacker dan sangat ahli. memperlihatkan mobil Bryan yang sudah dipasang alat pelacak yang masih terlihat berjalan, cukup lama menunggu hingga akhirnya mobil itu berhenti disebuah alamat.
"Itu daerah perbukitan !" Ucap si hacker bernama Bram itu.
"Oke, berikan alamat jelasnya supaya aku bisa memasangnya di google driver !" Ucap Rizky.
Tangan Bram dengan lincahnya tanpa kesalahan bermain di keyboar komputernya. Dengan cepat Bram sudah mendapatkan lokasinya dengan tepat.
"Thank you bro, kalau ini berhasil maka tunggu aja hadiahnya !" Ucap Rizky memukul keras bahu Bram membuat pria itu meringis.
"Dasar kampret lu !" Maki Bryan membuat Rizky tertawa keras.
"Oke bro, bye bye !" Tanpa menunggu jawaban Bram, Rizky dengan cepat melangkah keluar.
"Halo bos, saya sudah mendapat alamat rumahnya Bryan. Saya akan segera memerintahkan detektif untuk kesana dan saya juga sekarang menuju kesana. Saya akan mengirim alamatnya pada anda !" Ucap Rizky pada Evan. Cukup lama bicara Rizky memutuskan telepon.
"Halo, aku akan mengirim alamat rumah Bryan. Segera datang dan temukan Cleo sekarang juga !" Perintah Rizky pada detektif sewaannya.
Rizky mematikan telepon, dengan cepat masuk ke mobil dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
-----
Bryan memasuki kamar Cleo membawa nampan berisi makanan. Dilihatnya wanita itu terlelap dengan wajah sendu. Menatap intens wanita didepannya, Bryan baru sadar wanita itu semakin kurus dan tak ada lagi binar-binar ceria yang menambah cantik dirinya.
Bryan mendekat, duduk disisi ranjang. Dibelainya kepala Cleo dan dirasakannya kening wanita itu sedikit panas. Menyadari itu Bryan memejamkan mata, perasaan aneh yang kemarin sempat diusirnya keluar dari hatinya kini datang lagi sambil mengedor keras pintu hatinya.
"Cle, bangun. Ayo makan !" Bryan mengguncang pelan bahu Cleo.
Wanita itu terbangun, menatap sejenak Bryan dan bangkit dari tidurnya. Bryan menyiapkan makanan Cleo.
"Hmm... Aaaaa !" Bryan menyodorkan sendok didepan mulut Cleo. Cleo menurut, membuka mulutnya dan menyambut suapan Bryan dengan tatapan sulit diartikan pada Bryan. Cleo mengunyah dengan pelan. Bryan menyuap lagi dan lagi.
"Sudah, aku udah kenyang !" Saat suapan keempat Cleo menolak. Bryan menyodorkan air putih yang langsung diteguk Cleo dan kembali berbaring menutup mata.
Bryan menghela nafas, ditatapnya wanita itu dan tanpa sadar tangannya terulur membelai lembut kepala Cleo. Merasakan itu Cleo membuka mata menatap Bryan sejenak dan kembali menutup mata hingga kembali terlelap.
Bryan tersadar, menarik tangannya sama cepat dengan bangkitnya dari duduknya. Berjalan menghampiri jendela menatap kegelapan yang menyelimuti bumi. Perasaan aneh yang mengedor-ngedor pintu hatinya kini berhasil mendobrak pintu itu dan menerobos masuk tanpa permisi.
Bryan kembali menatap Cleo. Wanita yang terlelap dengan nafas teratur itu kini membuatnya risau.
Sekian lama berdiri memandang hamparan kegelapan yang hanya menemaninya membisu. Bryan berbalik memutuskan ikut berbaring disamping Cleo. Menarik pelan tubuh Cleo agar berbalik kearahnya setelah itu dipeluknya wanita itu, ikut memejamkan mata.
Tanpa ia sadari beberapa orang mengawasi rumahnya dari jauh. Posisi orang-orang masih cukup jauh dari sensor kamera pengawas, hingga keberadaan mereka belum terungkap.
Perlahan-lahan langkah mereka semakin maju. Melihat didepan rumah besar itu tidak ada penjagaan membuat mereka semakin merengsek maju.
"Halo bos, rumah target terlihat aman !" Lapor sang ketua.
"Baik, tolong cari keberadaan Cleo dan aku akan menelepon polisi untuk menuju kesana. Terus awasi, akupun sedang menuju kesana !" Rizky mematikan telepon.
Orang yang baru saja mematikan telepon memberikan kode kepada yang lainnya untuk berpencar sehingga memudahkan mereka mencari target dengan berpencar.
Mereka mulai memisahkan diri dan menuju arah yang menurut mereka aman, hingga salah satu dari mereka melintasi kamera pengawas menuju jalan masuk, seketika kamera pengawas itu berkedip-kedip membuatnya was-was, meski tak mengeluarkan suara namun tak dinyana membuat siapapun yang melihat kedipan lampu itu panik.
Serta merta semuanya berlari dengan cepat menuju rumah besar itu untuk bersembunyi menghindari tangkapan dari penghuni rumah.
-----
Jerry sedang berdiskusi dengan seseorang terkait pembuatan paspor kilat yang bisa segera selesai walau harus mengeluarkan lebih banyak uang.
Saat sedang asyik berdiskusi, alarm di ponselnya berbunyi membuat Rizky tersentak kaget dan secepat kilat memeriksa HP-nya. Agar lebih mudah dalam mengawasi, Jerry juga menyambungkan sensor video kamera pengawasnya ke HP-nya juga.
Jerry bernafas lega saat memeriksa ia melihat mobil Bryan lewat, sejenak menunggu dan tak lama mobil anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaga dan merawat isi gudang lewat, dimatikan bunyi alarm itu dan mengaturnya normal kembali.
Kembali berdiskusi dan mendapat kesepakatan yang akan membuat Jerry mengeluarkan banyak uang akhirnya mereka berjabat tangan.
Setelah itu Jerry memutuskan santai sejenak di club' malam, dentuman musik yang memekakan telinga serta penari-penari wanita cantik nan seksi memenuhi penglihatan dan pendengarannya. Beberapa wanita mencoba menggodanya namun ia menolak.
Memutuskan menyewa private room agar bisa minum dengan tenang dan santai. Namun baru saja ia akan minum dari gelas pertamanya saat alarm kamera pengawas berbunyi lagi. Tadinya ia pikir itu Bryan atau anak buahnya namun saat membuka kamera pengawas Jerry hanya disuguhkan pemandangan gelap yang hanya bercahayakan rembulan.
Jerry mengerutkan kening, mencoba fokus mencari penyebab bunyinya alarm. Mata Jerry fokus menatap layar kecil ponselnya yang menampilkan 6 kotak kamera pengawas, sejeli mungkin untuk mendapatkan sesuatu. Berusaha fokus pada kameranya, Jerry berjalan cepat atau berlari menuju parkir mobilnya. Terburu-buru dibukanya laptopnya sehingga ia bisa melihat lebih jelas.
Akhirnya setelah sangat fokus menatap layar, sebuah bayangan hitam terlihat bergerak bukan hanya satu tapi lebih dan langkahnya semakin cepat menuju ke rumah.
Jerry panik, segera dihubunginya sang kakak. Cukup lama berbunyi Bryan tidak mengangkatnya membuat Jerry jengkel. Lagi dan lagi dan lagi menahan rasa jengkelnya Jerry terus berusaha menghubungi dengan mata waspada kearah layar.
"Halo !" Suara bangun tidur Bryan terdengar.
"Kenapa baru diangkat !" Bentak Jerry membuat Bryan menjauhkan hp dari telinganya. Matanya langsung melek maksimal karena kaget.
"Kau itu kenapa ?" Bryan balas membentak. Nyawanya belum terkumpul semua.
"Udah.. udah. Kak, ada penyusup menuju rumah kita. Tolong waspada karena aku gak tau siapa mereka karna kamera pengawas hanya berbunyi saat mereka melintas !" Jelas Jerry dengan suara panik.
Mendengar itu mata Bryan menajam, segera berlari kearah jendela memeriksa namun nihil dan saat ia mengintip keluar pintu itu juga hening.
Baru saja ia akan memperingatkan anak buahnya yang menjaga isi gudang saat terdengar suara teriakan kemudian suara ambruk.
Bryan was-was, penyusup itu ternyata sudah memasuki rumah, berpikir keras Bryan segera menyelimuti Cleo dan mengendongnya. Ia mengintip lagi keluar pintu dan saat tak dilihatnya siapapun Bryan berjalan cepat menuju kamar sudut dengan tatapan waspada.
Bryan memasuki kamar itu masih dengan tatapan waspada dan menutup pintu serta menguncinya. Pas, setelah ia mengunci pintu baru terdengar beberapa derap kaki menaiki tangga.
Bryan yang berada dilantai satu bernafas lega walau mungkin hanya sebentar. Saat terbuka kamar itu hanya memiliki ranjang besar, lemari, meja kerja dan rak buku. Diletakkannya tubuh Cleo diranjang, dipakaikannya sepatu pada wanita itu, kemudian menggeser rak buku dengan kuat dan berhasil, rak itu terbuka menampilkan lorong menuju pintu lain menuju halaman samping.
Itu bukan ruangan rahasia atau pintu rahasia. Sejak awal kamar itu dibangun dengan lorong pintu itu yang memudahkan sang pemilik keluar masuk sesuka hati tanpa harus berputar memasuki pintu rumah dan l akhirnya diputuskan meletakkan rak buku yang bisa digeser persis didepan lorong agar terkesan penuh rahasia.
Setelah menggeser rak buku agar tertutup kembali segera ia menggendong Cleo yang mulai terusik tidurnya, mata wanita perlahan terbuka menatap bingung pada Bryan yang menggendongnya tampak terburu-buru.
Menyadari Cleo bangun, Bryan menurunkan tubuh itu dan membuka pintu dengan pelan.
"Kita mau kemana ? Ini dimana ?" Cleo menatap lorong kecil itu.
Tidak menjawab, Bryan mengintip suasana diluar, yakin suasana aman Bryan menarik tangan Cleo keluar menuju halaman samping rumah mengendap-endap pelan waspada.
Saat itulah ia berpapasan dengan salah satu dari penyusup itu, keduanya amat kaget dengan memegang dada masing-masing karna tadi hampir saja Bryan mencium pria itu. Secepat kilat Bryan menonjok pria didepannya dengan keras hingga pingsan. Dengan jeritan tertahan Cleo melihat kejadian itu Bryan dengan cepat menggandeng tangan Cleo berlari menuju mobilnya.
Menyadari beberapa orang lagi yang melihatnya serta mengejarnya, Bryan mendorong Cleo masuk dalam mobil dan mengemudikannya dengan cepat.
Saking cepatnya sebuah mobil dari arah berlawanan dengan mereka hampir menabraknya jika saja kedua pengemudi tidak saling menghindar walau benturan tak bisa dihindari.
Cleo yang menggenggam erat pegangan pintu mobil sempat menjerit melihat itu. Ia mengenali mobil tadi, mobil itu milik Rizky.
"Kita mau kemana !" Tanya Cleo dengan suara keras.
"Jauh dari sini !" Bryan menjawab tanpa menatap Cleo pandangan fokusnya amat menakutkan.
"Bryan, pelan-pelan !" Suara Cleo memelas. Matanya seketika melotot saat mobil lain muncul diikuti mobil polisi. Cleo mengenali mobil tadi, itu mobil papanya.
Sedangkan Bryan, ia hampir gila melihat mobil polisi itu. Diraihnya Hp-nya.
"Segera sediakan helikopter, kapal atau apapun itu yang bisa membawaku segera menjauh dari negara ini. Sekarang juga siapkan di dermaga x. Aku akan bayar berapapun !" Bryan meletakkan Hp-nya dengan gusar.
Cleo menoleh kebelakang dan dilihatnya mobil Rizky terlihat mengejar mobil Bryan dengan kecepatan yang hampir sama. Cleo menatap penuh harap pada mobil itu, tanpa sadar air matanya mengalir.
Bryan menambah laju mobil, membuat Cleo memejamkan mata dengan jantung berdebar kencang memacu adrenalinnya. Pegangannya semakin erat, beberapa kali ia melirik kebelakang.
Bryan berbelok dengan kecepatan tinggi disebuah dermaga membuat badan Cleo membentuk kaca mobil kemudian berhenti mendadak membuat Cleo hampir membentur dashboard. Sebelum itu Bryan meraih sebuah pistol dari dashboard, membuat mata Cleo membulat sempurna. Dengan cepat Bryan keluar dan menarik Cleo mengikutinya.
Setelah berlari keduanya sampai di dermaga, saat mendengar suara mobil yang semakin mendekat, Bryan menarik tangan Cleo bersembunyi disamping bangunan bobrok yang gelap.
Bryan memeluk seraya menutup mulut Cleo dengan tangannya. Matanya liar menatap kesana-kemari. Dirinya juga gusar melihat belum ada apapun yang tersedia disana. Laut itu terlihat tenang dengan suara deburan ombak yang menghantam permukaan beton.
Berusaha sabar menunggu sambil bersembunyi, mata Bryan juga waspada agar tak ada seorangpun menyadari keberadaan mereka meski tempat itu kosong.
"Jangan bersuara Cle, menurutlah !" Bisik Bryan saat dirasakannya Cleo bergerak tidak nyaman. Dinginnya angin malam membuat Cleo menggigil. Menyadari itu, Bryan melepas tangannya dari mulut Cleo, membalik tubuh itu dan memeluknya erat serta membelai lembut punggung wanita itu.
Cleo memejamkan mata bukan hanya menikmati pelukan hangat itu tapi juga menikmati suara detak jantung Bryan. Perasaan Cleo tersayat saat ini entah karena apa, dia sangat ingin sekali menangis.
"Cleoooooo !" Seseorang yang baru datang berteriak mengagetkan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments