Pagi itu, perusahaan kedatangan tamu dari Sansgrouop, perusahaan yang bergerak dibidang alat berat untuk mengajukan kerjasama pada PT. Samudera Api. Evan, Rizky, Lala & Tiwi menyambut tamu datang.
Kini utusan yang berjumlah 4 orang itu terdiri dari CEO Michael Akbar Collin dan sepupunya Manajer pemasaran yaitu Jerry Farez Collin keduanya sangat tampan blasteran Inggris - Indonesia bersama staff yang bernama Iwan dan Dika untuk membantu mempresentasikan kualitas alat mereka yang telah terbukti dan bersertifikat.
Saat memberi salam, memperkenalkan diri dan memberi sedikit keterangan tentang alat berat yang mereka miliki tatapan sang CEO Michael lebih sering menatap Lala. Siapapun yang berada diruangan itu menyadari hal itu terutama si target Lala.
Selesai memperkenalkan diri, Michael kemudian tersenyum pada Lala membuat dada Evan bergejolak serta tangannya terkepal kuat. Rizky yang duduk disampingnya menyadari api cemburu tersulut pun merasakan panas.
Kini giliran Jerry menjelaskan sedikit kualitas beserta pengakuan internasional hingga sertifikatnya. Melihat Jerry, Tiwi senyum-senyum sedangkan Lala sulit fokus karna salah tingkah, Michael masih memperhatikannya dengan senyumnya. Evan pun tidak fokus sebab dadanya masih bergejolak menahan cemburu. Sedangkan Rizky berusaha keras memerhatikan penjelasan yang didengarnya karna dia tahu hanya dia yang fokus.
Setelah kedua staff lainnya memberikan gambaran serta cara pengoperasian. Hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta cara perawatan dijelaskan dengan cermat dan teliti sebisa mungkin membuat sang konsumen puas dengan penjelasannya.
Mewakili Evan yang memang tak mudeng sejak awal, pikirannya fokus ingin menendang Michael hingga menembus angkasa, Rizky berbicara kepada lawan
"Sepertinya kami cukup tertarik pada alat berat itu !" Ucap Rizky pada 2 staff itu.
"Kalau begitu, kami menunggu kabar baik dari anda. Jika anda benar membeli maka akan kami beri garansi perbaikan selama 3 tahun !" Ucap pria bernama Dika itu.
"Tentu, selama alat sesuai dengan apa yang kalian tadi jelaskan, maka perusahaan kami dengan senang hati membelinya dan jika tidak sesuai maka siap-siaplah kalian... !" Rizky tersenyum sedangkan Iwan dan Dika terdiam saling pandang mendengar ucapan Rizky yang mengandung unsur ancaman.
Saat Rizky masih terlibat pembicaraan serius. Maka Michael sudah berada disamping Lala disertai tatapan horor Evan.
"Perkenalkan, Michael panggil aja Mike !" Michael mengulurkan tangannya pada Lala sambil tersenyum mengabaikan tatapan membunuh Evan.
"Mirela, anda bisa memanggil saya Lala !" Lala menyambut uluran tangan Michael. Lala merasakan aura neraka dibelakangnya apalagi Michael belum ingin melepas tautan tangan mereka.
"EHEEEMMM !" Keras sekali deheman Evan membuat suasana sunyi seketika, semua orang menoleh padanya, taring dan tanduk tak kasat mata itu muncul padanya. Nafasnya berhembus bagai banteng yang siap menyeruduk lawannya.
Rizky yang menyadari itu berusaha mencairkan suasana.
"Eum, ini sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau kita semua makan siang bersama ?" Rizky memecah kesunyian.
"Oh iya, saya sudah memesan tempat di restoran A, mari kita bersama kesana !" Ajak Lala.
Sedangkan, Evan dan Michael tidak bergeming. Keduanya saling menatap tajam dan sama-sama menembakkan sinar laser tak kasat mata pada satu sama lain.
"Cincin anda bagus !" Ucap Micahel tiba-tiba. Pandangan semua orang kearah jari Evan, satu-satunya cincin kawin yang menghiasi jarinya.
"Terima kasih !" Ucap Evan datar dengan tatapan mata tajam terhunus pada Michael. Pria ini sengaja membuat Evan sadar akan statusnya, agar tidak menghalangi ia berbicara pada Lala.
"Mari semuanya kita menuju restoran !" Ucap Lala. Gadis itu melangkah menuju pintu keluar.
Rizky yang berdiri tak jauh darinya memajukan satu kakinya saat Lala berjalan semakin dekat kearahnya, saat hampir mencapai pintu Lala tersandung kaki Rizky membuat ia seketika hilang keseimbangan, tubuhnya terhuyung kedepan. Mata Lala terpejam saat tubuhnya meluncur kedepan namun sebuah tangan meraih lengannya dengan cepat dan menariknya dengan keras.
Didepan semua mata, Evan dengan tarikan kencang pada lengan Lala yang hampir mencium lantai membuat tubuh Lala pun dengan keras memeluk tubuh Evan dan yang membuat semua menahan nafas saat bibir Lala berada diujung bibir Evan. Seketika Lala dan Evan mematung.
"Ehemm !" Michael berdehem. Ia ikut terkejut melihat adegan itu. Sedangkan yang lain menganga.
"Maaf bos saya tidak sengaja !" Ucap Lala menunuduk, ia sangat malu menatap Evan.
"Kamu tu sengaja kan !" Evan yang ikut malu dan salah tingkah secepat kilat memiting leher Rizky.
"Eh.. eh.. Gak sengaja bos. sumpah gak sengaja !" Rizky yang gelagapan menaikkan jari telunjunjuk dan tengah.
"Udah eh.. malu dilihat tamu !" Tiwi yang sejak tadi diam pun segera memukul lengan Evan dan Rizky kesal melihat dua orang itu tak bisa jaga imej.
"Ayo semua, mari kita segera makan siang !" Tiwi kembali mengulang seraya mengandeng Lala keluar diikuti semua.
Direstoran seafood, saat makanan telah tersedia dan semua orang yang duduk lesehan pada private room mulai menikmati hidangan.
"La, kamu sudah punya pacar ?" Tanya Micahel. Semua mata melirik Lala.
"Saya belum punya pacar !" Jawab Lala.
Jawaban itu membuat Micahel tersenyum senang. Melihat itu, Evan keki abis. Aura neraka kembali menyelimuti Evan, Rizky hanya bisa menawarkan jus jeruk pada Evan yang langsung diteguk hingga tandas oleh Evan berharap pria itu mereda emosinya. Sedangkan Tiwi mulai menyadari ada yang salah pada Evan.
'Ini bos geng cemburu ?' begitu pikiran Tiwi melihat tatapan tidak suka Evan pada Michael yang mencoba pendekatan pada Lala.
Michael menatap Lala, ia sudah terpikat saat pertama kali gadis itu menyambutnya beserta anak buahnya. Saat tersenyum semakin terlihat manis membuat jantung Michael seketika bergetar. Ia ingin terus menatap gadis itu dan berharap bisa mengenalnya lebih dalam. Namun ia harus melewati si direktur utama yang posesif terhadap bawahannya.
"Nanti kamu pulang jam berapa ?" Pertanyaan Michael membuat semua mata melirik kearah Lala menunggu jawaban gadis itu.
"Dia tidak pulang. Dia tinggal dikantor, tidurnya di sofa !" Evan yang menjawab membuat Tiwi dan Rizky tersedak menahan tawa.
Michael memicingkan mata, sepertinya dugaan pada Evan yang hanya posesif sebagai atasan kini berubah. 'Apakah mereka memiliki hubungan dimana Evan telah menikah ? Apakah mereka pacaran ? Apakah Lala menyukai Evan ?' pikiran-pikiran itu kini memenuhi kepala Michael.
"Maaf, saya pulang jam 5 sore !" Jawaban Lala menyadarkan Michael dari lamunannya serta Evan yang menatap ngeri padanya.
Michael kembali tersenyum yang juga dibalas senyum ramah Lala. Yang lain hanya melirik satu sama lain, apalagi wajah Evan lecek abis.
Makan siang dengan suasana tegang sedap akhirnya berakhir. Pihak Michael memutuskan pamit.
"Terima kasih jamuannya !" Michael mengulurkan tangannya pada Lala.
"Sama-sama, semoga kedepannya kita bisa menjadi partner kerja yang baik !" Evan menyambar tangan Michael yang baru akan disambut Lala.
Michael terkejut, menatap Lala dan Evan bergantian.
"Baiklah, senang berkenalan dengan anda pak Evan !" Ucap Michael tersenyum dan membalas jabatan keras Evan. Keduanya tersenyum dengan tangan bertaut erat.
Tiwi menepuk lengan Evan, membuat jabatan tangan Itu terlepas. Michael masih tersenyum manis pada Lala sebelum memasuki mobilnya.
Didalam mobil Evan, Tiwi yang duduk disamping kemudi melirik spion memerhatikan Evan dan Lala yang duduk dibelakang. Menerka-nerka apakah ada sesuatu diantara sang direktur dengan sekertarisnya. Tapi melihat wajah Lala yang biasa membuat Tiwi yakin tidak yakin.
La, malam Minggu nanti jalan yuk. Aku mau kenalin kamu ke temenku. Dia cakep, trus pemilik hotel. Mau gak ?" Tanya Tiwi sembari menoleh ke belakang. Netranya menangkap Evan mendongak dari gadgetnya dan menatap tidak suka padanya. Sedangkan Lala hanya bengong dengan ucapan tiba-tiba Tiwi.
"Atau kamu udah naksir si Mike tadi kah ? Tapi dia emang cakep sih, CEO juga pasti kalau nikah sama dia enak banget !" Tiwi menerawang pada kemewahan apa yang akan didapat Lala jika bersama Michael.
"Iya La, iyain aja si Mike daripada kamu jones melulu !" Rizky ikut mengompori, melirik Evan lewat spion dan terlihat jelas wajah Evan sudah tidak enak dipandang.
"Eum.. aku belum kepikiran kesana. Mungkin nanti aja. Nggak sekarang !" Jawab Lala ambigu.
"Ya jangan nanti.. nanti.. ntar si Mike disambar cewek lain. Tinggallah dirimu mewek nyesal !" Tiwi berdrama.
"Balik depan sana. Jangan ribut !" Semprot Evan, jengah mendengar kata-kata Tiwi.
"Kak, harusnya kakak dukung aku buat cariin Lala pacar. Sayangkan Segede ini masih jomblo !" Tiwi berkilah. Ekspresi wajah Evan mengeras.
"Balik depan gak ? Masih bicara lagi kupotong gajimu !" Ancam Evan. Tiwi langsung mingkem tak bersuara lagi melihat mata melotot Evan.
Suasana mobil kembali sunyi hingga kembali ke kantor.
----
Lala langsung menghempaskan dirinya ke sofa ruang tunggu. Matanya terpejam menikmati sejuknya AC kantor saat teleponnya berbunyi.
"Halo, Lala. Saya butuh segera tanda tangan Evan di dokumen yang kemarin saya serahkan. Saya ada permintaan pembangunan dari perusahaan lain. Jadi Evan harus kasih keputusan secepatnya, saya nggak mau waktu saya terbuang percuma karna saya masih banyak perusahaan lain yang membutuhkan jasaku. Jadi jangan membuatku menunggu lama. Harus cepat ya. Bagaimana pun caranya secepatnya serahkan dokumen yang sudah ditanda tangani Evan. Oke !" Tut. Edi langsung menutup telepon.
Lala tercengang dengan telepon masih melengket ditelinganya. Dengan pelan diletakkannya telepon kembali. Menahan emosi akibat Edi. Ingin sekali Lala memaki-maki pria itu, karna sering digunakan jasanya Edi menjadi sombong dan egois.
"Ky, itu si kampret minta dokumennya segera ditanda tangani bos !" Ucap Lala pada Rizky yang melintas didepan mejanya.
Rizky yang tadinya ingin masuk ke ruangan Evan pun berhenti.
"Si kampret ? Siapa dimaksud ?" Tanya Rizky.
"Itu Edi Gunawan kampret. Seenaknya aja perintah-perintah. Dia pikir dia siapa ?" Dada Lala naik turun gara-gara emosi.
Rizky bergeming. "Ya udah, ayo sampaikan ke bos !" Ajak Rizky, Lala pun mengikuti Rizky.
Saat telah berada didepan Evan, Lala menyampaikan persis yang dikatakan Edi. Mendengar itu, Evan mengatupkan rahangnya.
"Silahkan duduk !" Horor sekali cara Evan mempersilahkan bawahannya duduk membuat Rizky dan Lala merinding. Ketiganya duduk di sofa dengan Evan didepan mereka berdua.
"Pembangunan pabrik Batu bara di daerah D itu, bagaimana menurut kalian berdua !" Mata elang Evang menatap tajam dua orang didepannya membuat Rizky dan Lala kembali merinding.
"Me..me..menurut saya pak tempat itu tidak cocok dalam pembangunan pabrik. Pabrik lebih baik dibangun ditempat yang sangat luas dan jauh dari jangkauan penduduk!" Ucap Rizky.
"Benar pak, jika pembangunan tetap dilaksanakan disana maka kita harus membeli seluruh persawahan disekitar !" Tambah Lala
"Mengapa begitu ?" Tanya Evan meminta penjelasan
"Limbah pabrik !" Ucap Lala singkat
"Itu benar.. limbah pabrik pada dasarnya akan dibuang di sungai dan sungai disana adalah hal utama penduduk untuk sawah mereka dan jika air sungai yang sudah tercemar limbah pabrik memasuki persawahan kemungkinan akan membuat panen busuk dan kerugian pada kita jika para petani menuntut kita pak !" Jelas Rizky disambut anggukan kepala Lala.
"Dan mereka tidak bersedia menjual sawah mereka pada kita karna bagi mereka sawah itu adalah hidup mereka pak !" Tambah Lala.
Evan terdiam mencerna ucapan keduanya.
"Kita harus pintar mengolah limbah menjadi aman agar tidak mempengaruhi persawahan atau kita harus mencari alternatif lain untuk membuang limbah tanpa menyentuh sungai sekitar !" Setelah mengucapkan itu Rizky berpandangan dengan Lala menunggu jawaban dari Evan.
"Tolong jangan lupa, pak Edi lah yang mengatur segalanya diproyek ini. Sebelum kita memulai kita harus membereskan laki-laki itu pertama kali !" Semua mata menatap Rizky.
Edi Gunawan adalah seorang pembangun yang handal. Tidak hanya dalam mendesain ia juga mumpuni dalam mencari peluang dan menjadikan kesempatan dalam bisnis yang menguntungkan, pekerjaannya dalam pembangunan didesain sangat teliti dann penuh perhitungan sehingga ia sangat bisa diandalkan dan pekerjaannya selalu memuaskan. Satu kekurangannya yang juga ikut menonjol, Edi orang yang tamak. Tidak peduli proyeknya merugikan orang kecil selama menghasilkan uang sangat banyak maka ia akan tetap melanjutkan dan hanya fokus pada keuntungan semata.
Baru saja Evan membuka mulut saat pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang wanita cantik.
"Sayaaaangggg !" Ucapnya lembut nan manja. Cleo langsung duduk dipangkuan Evan disambut tatapan terkejut Evan membuat Rizky dan Lala saling pandang. Tanpa menghiraukan keberadaan Rizky dan Lala, Cleo mencium lembut bibir Evan namun Evan hanya diam tak membalas, netranya menatap Lala yang menolehkan wajahnya kearah lain.
"Yank, kartu kredit dong. Aku mau shopping !" Pinta Cleo manja, disandarkan kepalanya di bahu Evan.
"Shopping lagi ?" Tanya Evan, sebab hampir setiap hari Cleo slalu berbelanja membuat Evan tak bisa memberikan kartu kredit pada Cleo untuk dipergunakan sesuka hati.
"Iya yank, aku butuh baju baru, sepatu baru dan tas baru buat ke pesta ulang tahun temanku. Boleh ya !" Cleo merengek menatap manja suaminya.
Evan menghela nafas, mengangkat sedikit tubuhnya mengambil dompetnya. Saat itu Cleo merasa diperhatikan hingga ia melirik kearah lain. Saat itulah Evan menatap padanya ingin menyerahkan kartunya saat netranya menangkap sesuatu di leher Cleo. Sebuah kissmark, kecil dan tersembunyi, sangat mudah ditutupi rambut.
Perasaan Evan langsung kacau balau, mendapati tanda itu di leher istrinya namun ia sadar masih dimana untuk tidak meneriaki Cleo.
Memberikan ruang kepada Evan dan istrianya, Rizky dan Lala keluar ruangan.
"Thank you yank !" Cleo menyambar kartu ditangan Evan, mengecupnya sekilas dan bergegas keluar.
Evan menatap kepergian Cleo dengan hati tak menentu.
Lala yang baru akan duduk di kursinya bersamaan dengan Cleo keluar dari ruangan Evan. Wanita itu teramat fokus pada dompetnya hingga tak memperhatikan jalan sampai ia tersandung meja Lala dengan keras. Wanita itu terhuyung jatuh kesamping namun sebuah tangan dengan cepat meraih pinggangnya dan mendekap erat tubuh Cleo.
Lala yang tadinya terpekik kaget melihat Cleo yang tersandung dan hampir jatuh kini hanya bisa menelan Saliva melihat pemandangan didepannya. Detik-detik saat Cleo berada di pelukan Rizky, kepala Cleo yang menempel dileher Rizky membuat Rizky dengan mudah menikmati wangi rambut lalu pelipis Cleo.
Cleo yang shock menatap Rizky yang mendekap erat pinggangnya, pandangan cowok itu lembut namun sulit diartikan. Jantung Cleo berdebar-debar. Segera ia mendorong Rizky.
"Terima kasih !" Ucapnya tanpa memandang Rizky dan segera menuju lift.
"Besok, undang Edi untuk datang kita bicarakan tentang proyek itu. Saya tidak akan menyetujui pembangunan di lokasi !" Ucap Evan yang membuat Lala yang tadinya terpaku menatap perlakuan Rizky seketika terjengkit kaget. Evan sudah berdiri diambang pintu.
"Baik bos !" Ucap Lala dan Rizky bersamaan. Keduanya kemudian berpandangan berharap Evan tidak melihat kejadian tadi.
-----
Jam pulang telah tiba, Lala masih berdiri menunggu angkutan umum lewat. Rutinitas setiap hari pulang pergi kerja dengan jasa angkutan umum.
Masih melirik kesana kemari mencari angkot yang tak kunjung datang saat sebuah mobil mewah berhenti didepannya dan sesosok tampan menggunakan kacamata hitam keluar dari dalam mobil.
"Mike !" Ucap Lala tak percaya melihat sosok tampan itu.
"Hai La !" Sapa Michael membuka kacamatanya, senyumnya selalu menghiasi bibir.
"Sedang apa disini ?" Tanya Lala.
"Saya mau jemput kamu !" Michael masih tersenyum.
"Eh ?" Lala kaget.
"Silahkan !" Michael memutari mobil dan membuka pintu berpose layaknya pangeran. Lala mematung tak tau harus apa, Ingin sekali menolak tawaran Mike tapi tak tau harus bilang apa.
Melihat Lala tak bergerak, Michael meraih tangan Lala, berbisik "saya mau mengenalmu lebih dalam !" membuat Lala menatap Michael tak percaya.
"Bolehkah ?" Tanya Michael menatap intens wajah Lala.
"Boleh !" Sebuah suara ikut nimbrung, Michael dan Lala menoleh ke asal suara.
"Boleh banget, kebetulan Lala ini jomblo. Dan jomblonya itu sudah masuk ke tingkat mengkhawatirkan !" Tiwi sudah berdiri disamping Lala mengoceh tanpa titik koma. Lala melotot horor padanya dan Michael tersenyum senang.
"Kalau begitu ayo La !" Michael kembali mempersilahkan Lala masuk ke mobilnya. Lala menoleh kearah Tiwi yang diangguki oleh Tiwi.
Akhirnya Lala memutuskan ikut dengan Michael, tapi sedetik sebelum tubuhnya masuk kedalam mobil saat sebuah tangan menariknya dan menyeretnya menjauh.
Lala amat kaget saat Evan menarik tangannya kasar dan mendorongnya memasuki mobil Evan.
"Jalan pak !" Perintah Evan pada pak Karyo. Rizky yang duduk disamping kemudi hanya bisa terdiam.
Michael melongo melihat kejadian ini, Tiwi dengan ekspresi aneh. Keduanya berpandangan, Tiwi mengangkat bahu melihat tatapan bingung Michael.
"Maaf kak, Evan berencana menjodohkan Lala dengan Rizky karena mereka sudah kenal lama makanya Evan tau kalau Rizky yang terbaik untuk Lala. Jadi maaf, anda tidak beruntung !" Ucap Tiwi berbohong. Kemudian meninggalkan Micahel yang masih kebingungan.
Tadinya Tiwi pun tak sengaja melihat interaksi antara Lala dan Michael namun saat mobil Evan terlihat dan Evan keluar menatap sinis pada keduanya membuat Tiwi berinisiatif untuk mengetes Evan.
Dan sekarang Tiwi semakin yakin bahwa Evan memiliki perasaan yang tidak seharusnya untuk sekertarisnya itu.
Di mobil Evan, sunyi senyap. Aura menyeramkan dari Evan mendomisili keadaan.
"Jangan pernah menerima Michael !" Ucap Evan tiba-tiba.
"Maksud anda pak ?" Hati-hati sekali Lala bertanya pada ucapan tidak jelas Evan.
Evan hanya menoleh horor padanya
"Baik, saya mengerti !" Ucap Lala menghindari tatapan mematikan Evan.
"Terima kasih pak tumpangannya !" Ucap Lala saat mobil sudah berhenti didepan kostnya.
"Hmmm !" Balas Evan. Mobil kemudian kembali berjalan meninggalkan Lala yang setia menatap mobil itu hingga hilang dari pandangan.
Mobil berjalan membelah sore saat Evan tiba-tiba Evan kembali meminta mobil berhenti. Pandangan Evan tertuju pada pasangan yang baru saja turun dari mobil dan memasuki sebuah hotel bintang 5.
Wanita yang dirangkul itu adalah Cleo istrinya. Evan yakin itu meski wanita itu memakai masker menutupi wajahnya karna pakaiannya masih sama saat wanita itu datang ke kantornya dan pria yang sedang merangkulnya adalah Jerry.
Tangan Evan mengepal, tanpa ia sadari pria yang duduk disamping kemudi juga ikut mengepalkan tangan menahan amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ita Putri
wah wah wah
cinta segi berapa yaaaaaaa
2024-10-08
0
Ita Putri
kok ada bau bau kebucinan yaaaaaa
2024-10-08
0