Hari yang ditentukan datang, Evan dan Lala melakukan penerbangan menuju kota M jam 10 pagi. 2 jam kemudian keduanya kini tiba di kota M, segera menuju hotel dan ingin segera istirahat di kamar masing-masing.
"Ini pak !" Lala menyerahkan keycard kamar Evan. Bersama menaiki lift menuju lantai kamar mereka.
"Istirahatlah, supaya nanti malam bisa tampil maksimal !" Ucap Evan aneh. Lala tersenyum geli.
"Baik pak !" Lala mengangguk. Keduanya masuk kamar masing-masing.
Tok.. tok.. tok..
Beberapa jam kemudian, Ketukan dipintu kamar mengembalikan kesadaran Evan, diliriknya jam yang menempel ditembok, ternyata ia sudah 4 jam tertidur. Ia bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu.
"Pak ini makan siang bapak !" Ucap Lala saat wajah bantal Evan muncul. Evan hanya mengangguk dan mempersilahkan masuk. Lala memberi instruksi pada pegawai hotel yang sejak tadi hanya diam, membawa makan siang yang terlambat itu ke kamar Evan.
"Silahkan dinikmati pak !" Ucap pegawai hotel kemudian pamit undur diri.
"Nanti malam kita harus siap tepat jam 7 !" Ucap Evan disela makannya.
"Baik pak. Kalau begitu saya permisi !" Lala pamit meningalkan Evan menikmati makannya.
-----
Di kantor, Rizky yang sedang duduk santai sambil tangannya bergerak lincah di keyboard laptopnya. Sesekali dahinya berkerut lalu tangannya kembali menari pada laptopnya.
Rizky merenggangkan tubuhnya kemudian bersandar pada kursinya serta menutup mata mencoba pikir.
Dia tidak menemukan apapun tentang Bryan Adijaya, namun mengapa dia bisa masuk dalam hidup Cleo. Rizky mengacak rambutnya.
'Berpikir..Berpikir..!" Dia mengetuk-ngetuk keningnya sendiri. Tiba-tiba tersadar teringat pada Jerry. Mungkin keduanya berhubungan. Baru saja Rizky ingin mulai mengetik saat sebuah telepon masuk.
"Ada apa ?"
"Nona Cleo berada di restoran x, sendirian sepertinya menunggu seseorang !" Lapor sang anak buah yang ia tugaskan untuk memata-matai apapun kegiatan Cleo. Meski ini perintah Evan sendiri namun Rizky pun melakukan untuk dirinya sendiri. Apapun yang berhubungan dengan Cleo membuatnya antusias.
'Apakah ini cinta buta ?'
Rizky memutuskan sambungan telepon kemudian bergegas keluar.
Saat berada di restoran x, dilihatnya Cleo sedang duduk disudut sambil memainkan hp-nya dengan wajah pucat.
"Nona Cleo !" Cleo mendongak seketika terkejut melihat keberadaan Rizky. Matanya melirik kesana kemari.
Tanpa dipersilahkan Rizky langsung duduk didepan Cleo.
"Belum pesan makanan atau sudah selesai makan ?" Tanya Rizky saat tak melihat apapun didepan Cleo.
"Belum pesan. Kamu sedang apa disini Ky ?" Cleo balik tanya.
"Evan memintaku menjagamu selama dia diluar kota. Nggak sengaja liat kamu disini ya aku samperin aja !" Bohong Rizky tersenyum pada wanita didepannya.
Cleo gugup, matanya melirik kesana kemari. Saat kesini ia pergi diam-diam tanpa sepengetahuan orang tuanya untuk bertemu Bryan dan sekarang tak disangka malah asisten suaminya yang muncul.
"Ya udah, ayo pesan !" Rizky menawarkan menu pada Cleo. Setelah keduanya memesan makanan.
Cleo meraih HP-nya, mengirim pesan pada Bryan untuk tidak menemuinya dulu. Namun bersamaan pesan itu terkirim Bryan muncul dipintu masuk, wajah Cleo memucat seketika saat Bryan menatapnya.
Netra Rizky mendapat itu membuat Rizky menoleh kebelakang mencari tahu apa yang sedang dipandang Cleo. Seorang pria tampan masih berdiri dipintu masuk dengan tatapan tajam kearah mereka.
"Ky, berapa lama Evan diluar kota ?" Tanya Cleo membuat Rizky mengembalikan tatapan padanya.
"Besok atau lusa udah pulang. Telepon aja minta oleh-oleh !" Canda Rizky. Cleo tersenyum.
Tiba-tiba Rizky meraih tangan kanan Cleo, mengenggamnya, Cleo terkejut berusaha menarik tangannya namun Rizky menahannya dengan senyum hangat dibibirnya.
"Ky.. tanganku !"
"Kamu kelihatan pucat Cle. Apa kamu makan dengan benar ?" Tanya Rizky menatap lembut wanita didepannya.
Cleo menatap bingung pada Rizky dan tangannya yang berada digenggaman Rizky. Cowok ini kadang bicara formal padanya namun kadang bicara santai padanya seperti seorang teman. Sedangkan disudut lain, Bryan melihat adegan itu menjadi gusar.
"Siapa dia ? Berani sekali !" Bryan bergumam sendiri. Cleo pun tak berani menoleh padanya.
Pesanan mereka datang membuat Rizky melepaskan genggaman tangannya. Keduanya makan dengan tenang.
"Nih... Aaaaaaa !" Sesendok nasi beserta lauk sudah berada didepan wajah Cleo membuat wanita itu makin bingung pada tingkah Rizky.
"Ayo makan. Aaaaaa !" Ulang Rizky melihat Cleo terdiam. Mau tidak mau Cleo membuka mulut menyambut makanan itu. Nanti akan diberitahukannya pada Rizky bahwa pria itu melewati jalur yang ia lupa bahwa wanita didepannya ini adalah istri atasannya bukan istrinya.
Keduanya kembali fokus pada makanan masing-masing. Saat makanan keduanya sama-sama habis, Rizky meraih tissue dan menyeka mulut Cleo. Wanita itu kembali terkejut melihat perlakuan Rizky.
Pura-pura tidak menyadari keterkejutan Cleo, Rizky menyeka mulut itu hingga bersih. Melihat senyum Rizky, Cleo salah tingkah.
"Oh ya. Kamu disini mau ketemu seseorang ?" Tanya Rizky.
"Nggak kok. Aku kesini makan siang aja !" Ucap Cleo. Dia tak berani menoleh kearah Bryan yang menatapnya dengan pandangan aneh. Perasaannya jadi tidak enak.
"Kalau begitu, ayo aku antar pulang !" Rizky sudah beranjak menatap Cleo. Mau tak mau Cleo bangkit mengikuti Rizky. Dia tak mau jika Rizky sampai tau tentang Bryan.
Dengan enggan, Cleo mulai berjalan diikuti Rizky dibelakangnya. Terulang lagi, Cleo tersandung kaki meja membuatnya hilang keseimbangan, dengan cepat Rizky menarik pinggang Cleo dan mendekapnya. Keduanya saling pandang. Cleo yang kaget menatap mata yang sedang menatap dirinya hangat sedang jantungnya berdebar-debar.
"Wowowowowowo !" Teriak cabe-cabean plus abege labil melihat adegan FTV itu.
Cleo salah tingkah, melepaskan diri dari Rizky dan berjalan cepat keluar dari restoran. Rizky hanya nyengir pada para abg yang meneriakinya.
Bryan yang sejak tadi tak luput menatap Cleo mulai murka. Tak lama ia ikut pergi meninggalkan restoran. Rencana yang sejak tadi dia susun dengan rapi kini berantakan gara-gara Rizky. Akan ia cari tau ada hubungan apa Cleo dengan pria itu.
"Terima kasih Ky, udah anterin aku pulang !" Ucap Cleo saat mobil sudah berhenti didepan pagar. Ia meminta Rizky mengantarnya ke rumah orang tuanya.
"Sama-sama nona !" Rizky tersenyum membuat Cleo kembali salah tingkah. Dia pun bergegas membuka pintu namun pintu itu tidak terbuka juga, Cleo berusaha menarik tombol kunci tapi gagal karena keras.
Cleo menoleh kearah Rizky bermaksud minta tolong namun saat ia menoleh bersamaan Rizky yang mendekat ingin membantu.
CUP.
Bibir Cleo dengan mulus mendarat di pipi Rizky. Keduanya mematung seketika. Cleo duluan tersadar refleks menunduk dan Rizky mulai menarik tombol kunci, saat itu Cleo berdebar-debar saat Rizky teramat dekat dengannya bahkan bisa merasakan hembusan nafas pria itu dipipinya.
"Terima kasih !" Saat pintu berhasil terbuka, Cleo segera berlari memasuki pekarangan rumah. Melihat itu Rizky terkekeh seraya memegang pipinya.
-----
Malam telah tiba, Evan pun telah siap dengan stelan jasnya didepan kamar, saat akan menghubungi Lala, gadis itu telah lebih dulu hadir didepannya. Evan langsung terpesona. Lala yang mengenakan gaun selutut tanpa lengan berwarna maroon terlihat menawan membuat Lala terlihat sangat cantik. Evan mematung seketika. Begitupun Lala, melihat penampilan Evan yang berbeda malam ini ditambah Evan sedang memelototinya membuatnya salah tingkah.
"Bos !" Panggil Lala menyadarkan Evan dari lamunannya.
"Ayo turun !" Evan sadar dari lamunannya. Didalam lift keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Setelah menunggu sebentar taksi pesanan sudah datang mengantar keduanya ke tempat acara.
Sebagian besar tamu undangan telah memenuhi tempat acara, dilihat dari penampilannya mereka semua orang-orang berpengaruh dan terpandang serta memegang jabatan tinggi dalam dunia bisnis.
"Selamat datang Van !" Sambut Rangga si Direktur Utama. Penampilannya dari ujung kaki hingga ujung rambut bisa dipastika sangat mahal. Dia juga teman kuliah Evan sehingga saat bertemu tak perlu terlalu formal. Tak lupa ia tersenyum pada Lala.
"Wow.. tempat yang bagus !" Puji Evan, Rangga hanya tersenyum.
"Ku kira kamu kesini ajak istri !" Bisik Rangga tak ingin terdengar Lala.
"Dia sibuk mau wisuda !" Evan balas berbisik.
"Silahkan dinikmati pestanya !" Ujar Rangga meninggalkan keduanya untuk menyambut tamu lainnya.
Evan dan Lala yang mengitari ruangan yang memperlihatkan berbagai macam berlian yang tersimpan dalam kotak kaca dan diletakkan ditengah ruangan sehingga pengunjung dengan leluasa melihatnya.
"Wah cantiknya !" Pekik Lala saat melihat kotak kaca yang memperlihatkan 10 cincin berlian yang berbaris rapi dengan berbagai bentuk dan ukuran.
"Yang mana cantik ?" Tanya Evan ikut memerhatikan cincin-cincin itu.
"Itu pak yang nomor 3 !" Evan meneliti cincin yang dimaksud Lala, cincin itu sangat cantik dengan beberapa berlian disekeliling. Evan menoleh pada Lala yang menatap mupeng cincin itu.
"Eh.. ayo duduk. Sudah mau mulai !" Evan meraih tangan Lala dan membawanya ke kursi.
"Terima kasih hadirin atas kesediaannya memenuhi undangan ini. Seperti yang pernah saya ungkap bahwa hari ini akan diadakan lelang dimana hasilnya nanti akan disumbangkan kepada korban bencana alam dan juga pengobatan penderita kanker dari anak-anak hingga orang dewasa yang kurang mampu didalam negeri maupun luar negeri. Semoga dengan kesediaan kita semua mampu meringankan beban mereka. Baiklah tanpa berbasa-basi lagi mari kita mulai acara ini !" Ucap Rangga memberi sambutan awal.
"Tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita mulai lelangnya !" Host acara mengambil alih. Kotak-kotak kaca tadi diangkat menuju panggung menyorotnya sehingga para tamu bisa leluasa melihatnya lewat layar besar.
Lelang pun dimulai dari memperlihatkan berlian besar yang masih utuh, dilanjutkan dengan yang telah berbentuk aksesoris. Beberapa orang memperebutkan dengan mengucapkan angka yang fantastis. Membuka jiwa kismin Lala meronta-ronta. Tibalah saat cincin idaman Lala yang diperlihatkan.
"Saya mulai dengan 50 juta !" Teriak sang host. Membuat beberapa mengacungkan nomor.
"60 juta !" Evan menaikkan nomornya.
"70 juta !"
"80 juta !"
"90 juta !"
"100 juta !"
"150 juta !" Teriak Evan, mendengar itu semua yang tadi ikut mengacungkan nomor terdiam. Merelakan cincin itu untuk dimiliki Evan. Kan masih banyak cincin yang lain.
Lala yang duduk disampingnya, menatap bingung pada Evan yang tersenyum puas.
'itu cincin buat Cleo ya ?' batinya. Wajahnya murung seketika. Padahal dia suka sekali cincin itu. Evan melirik sekilas, tersenyum melihat wajah murung Lala.
Setelah semua berlian habis dilelang dengan harga tinggi bahkan super fantastis. Lelang ditutup dengan mempersilahkan para tamu menikmati hidangan yang telah disiapkan dan juga menghadirkan penyanyi sebagai hiburan.
Menikmati lantunan lagu cinta dari penyanyi bersuara merdu, Lala mengitari meja prasmanan mencoba satu makanan hingga berbagai macam kue diembatnya. Saat sedang meletakkan kue coklat dipiringnya seseorang memanggilnya.
"Lala !" Lala menoleh ke asal suara Micahel tersenyum kearahnya.
"Mike !" Pekik Lala antusias.
"Apa kabar ?" Michael mendekat tersenyum pada gadis didepannya. Lala ikut tersenyum.
"Aku baik Mike, kamu sendiri apa kabar ?" Lala balik bertanya.
"Kamu kesini datang sama siapa ?" Tanya Michael.
"Berdua aja sama bos !" Kata Lala. Michael terdiam. Tadi dia menyadari keberadaan Lala saat melihat Evan memenangkan lelang.
"Kamu sendiri datang sama siapa ?" Lala balik tanya, belum Michael menjawabnya saat ada yang memanggilnya.
"Mike !" Michael dan Lala menoleh mendapati Jerry memegang dua gelas softdrink. Ia mendekat dan memberikan satu gelasnya pada Mike.
"Hai Lala !"
"Hai juga Jerry !"
Keduanya saling tatap, terutama Lala yang menatap Jerry tajam. Ingatannya tentang Jerry yang menggandeng Cleo dan Tiwi kini berputar dikepalanya. Pertanyaan tempo hari kini muncul lagi dikepalanya.
Sedang disudut lain, Evan yang sejak tadi menatap tajam Lala dan Michael. Terlihat ketiganya menatap kearahnya dan mulai berjalan mendekat.
"Apa kabar pak Evan ?" Michael mengulurkan tangan.
"Saya baik !" Evan menyambut uluran tangan itu dan menjabat tangan Jerry. Ikut berbasa-basi.
"Silahkan duduk !" Evan mempersilahkan, jadilah keempatnya duduk bersama. Evan dan Michael terlibat pembicaraan serius tentang pekerjaan masing-masing. Sedangkan Lala menatap Jerry yang sibuk dengan handphonenya, terkadang ekspresi wajahnya mengeras namun ia juga sering tersenyum sambil menatap layar hpnya kemudian jari-jemarinya dengan lincah menari disana.
'Apa di chat Cleo atau Tiwi yah ?' pikir Lala.
"Sampai kapan kalian berada di kota ini ?" Tanya Evan.
"Besok pagi kami sudah harus kembali karena masih banyak pekerjaan !" Ucap Micahel.
"Andai bisa lebih lama, pasti seru bisa jalan-jalan !" Michael menatap Lala yang hanya dibalas senyum gadis itu.
"Kalau kalian kapan pulang ?" Tanya michael balik. Baru saja Lala akan menjawab saat Evan menyambarnya.
"Mungkin besok dengan penerbangan siang !" Evan berbohong tak ingin melihat Michael banyak bertanya tentang mereka.
Setelah lama bercakap-cakap, keempatnya memutuskan pulang.
"Bro, gue balik dulu. Kapan-kapan main ke rumah gue. Sampai jumpa lagi !" Pamit Evan sambil menyalami Rangga.
"Pasti bro, tunggu cari waktu yang tepat. Jadi kalau aku kesana, jangan lupa traktir !" Rangga tertawa.
"Pasti !" Evan Sombong.
"Eh, pak Michael, terima kasih karena sudah meluangkan waktu buat datang kemari !" Ganti Rangga menjabat tangan Michael.
"Sama-sama pak Rangga. Acaranya sangat seru !" Michael tertawa kecil.
"Kami permisi pak Rangga !" Lala ikut menjabat tangan Rangga.
"Iya, terima kasih nona !" Rangga tersenyum.
"Ya uda bro, bye bye !" Evan mendorong tubuh Lala menjauhi Michael yang kemungkinan besar akan mendekati Lala lagi.
Mendorong Lala memasuki taksi meninggalkan Michael yang melongo.
"Mike.. ayo !" Panggilan Jerry membuat Michael tersadar. Keduanya segera memasuki mobil dan pergi dari tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments