"Halo kak, aku berhasil menangkap 2 mata-mata yang menyelidiki tentang kita !" Ucap Jerry saat Bryan mengangkat teleponnya.
"Mata-mata apa ?" Tanya Bryan tidak mengerti.
"Pihak Evan sepertinya mengirim 2 orang untuk menyelidiki masa lalu kita. Sekarang mereka sudah kukurung ditempat aman !" Ucap Jerry membuat Bryan terkejut. Kalau betul apa yang dikatakan Jerry maka kemungkinan besar Evan sudah tau jati diri yang sebenarnya.
"Bawa mereka ke gudang rumah kita dan pastikan mereka berdua tidak bisa ditemukan !" Perintah Bryan.
"Oke kak !" Ucap Jerry mematikan sambungan teleponnya.
Bryan mengacak rambutnya kesal, rencananya semakin kacau, dia butuh rencana lain.
Bryan memasuki apartemen miliknya setelah memastikan tidak ada yang melihatnya segera menuju kamar Cleo dengan membawa 2 bungkus makanan.
Saat pintu terbuka, Cleo langsung berlari ingin keluar dan dengan sigap ditahan oleh Bryan.
"Mau kemana sayang !" Bryan tersenyum sambil mencengkram erat lengan Cleo.
"Lepas sakit, aku mau pulang !" Cleo merengek.
"Ini rumahmu sekarang, kan kamu sendiri yang minta aku bawa kamu pergi !" Bryan menyeringai.
"Bryan tolong, biarkan aku pulang. Aku janji akan lupain kejadian ini !" Cleo memelas.
Mata Bryan melotot saat Cleo tidak memanggilnya sayang. Sudut hatinya seperti tercubit.
"Ini aku bawakan makanan. Ayo makan !" Bryan menunjukkan plastik ditangannya.
"Nggak mau, aku gak lapar. Aku mau pulang !" Cleo kembali merengek.
Bryan mengabaikan rengekan Cleo, meletakkan dan membuka satu bungkus makanan seraya menawarkan pada Cleo.
Saat Bryan membawa makan itu kedepan wajah Cleo dengan cepat Cleo menepis makanan itu hingga jatuh berceceran dilantai.
Melihat itu, Bryan emosi ditariknya tangan Cleo dan ditamparnya wanita itu hingga menangis. Tidak puas, Bryan kemudian menariknya dan mendorong kepala Cleo hingga tersungkur menahan kepala Cleo diatas tumpahan makanan itu hingga mengotori wajahnya. Cleo menangis berusaha lepas dari cengkraman tangan Bryan dari kepalanya.
"Jangan bikin aku marah atau aku tidak akan segan-segan memukulmu !" Bentak Bryan sambil menarik rambut Cleo hingga sejajar dengan wajahnya.
"Tolong lepaskan aku Bryan !" Cleo berusaha mengiba.
"Panggil aku sayang !"
Cleo menutup mulutnya rapat, tidak ingin menuruti Bryan lagi.
"Ayo bilang !" Bryan memaksa seraya menarik keras rambut Cleo kebelakang membuat wanita itu mendongak.
"Bryan, tolong lepas sakit !" Cleo meringis kesakitan. Matanya sudah berembun.
"KATAKAN !" Bryan tidak sabar
"Sayang !" Lirih Cleo. Rasa sakit dirambutnya memaksanya menurut.
"Bagus, menurutlah dan kamu akan baik-baik aja !" Bryan menyeringai.
Cleo menangis dengan bulir-bulir nasi mengotori wajahnya. Wajah tampan didepannya amat menakutkan. Tak ada lagi senyum dan perlakuan lembut dari bryan, semuanya hilang sekejap mata. Dia tidak tahu siapa yang sekarang didepannya ini.
Melihat pemandangan didepannya membuat Bryan terhibur, apalagi membayangkan reaksi Kevin sialan itu jika melihat langsung ia memperlakukan anaknya.
Bryan tertawa terbahak-bahak membuat Cleo mengkerut takut.
'Papa, tolong Cleo !' Cleo membatin.
'Mas Evan !' Air mata Cleo kembali deras mengingat suaminya itu.
-----
Dikantor, Lala sedang menulis dimejanya saat telepon kantornya berbunyi.
"PT. Samudera Api, selamat pagi !" Sapanya.
"Selamat pagi. Maaf bisa bicara dengan Cleo ?" kening Lala mengkerut mendengar ini.
"Maaf dengan siapa saya berbicara ?"
"Saya teman kampusnya Cleo, Cleo sudah beberapa hari tidak masuk kuliah dan dosen pembimbingnya mau bertemu. Ponsel Cleo tidak aktif jadinya saya menelepon kesini karna hanya nomor ini yang bisa dihubungi !"
"Maaf, nona Cleo tidak sedang berada dikantor !"
"Ya udah kak, saya titip pesan saja, tolong bilang sama Cleo kalau dosen pembimbing mau bertemu ada hal penting mau disampaikan. Begitu saja, terima kasih !"
"Baik, akan saya sampaikan jika bertemu !" Lala menutup telepon dan menghela nafas, meski bukan pekerjaan namun jika berurusan dengan istri atasan pun juga penting.
Lala memasuki ruangan direktur, didalamnya ada Rizky yang sedang berdiskusi dengan Evan.
"Maaf pak, tadi ada telepon dari teman nona Cleo. Dosen pembimbing nona Cleo ingin bertemu tapi nona Cleo sulit dihubungi dan dia bingung menghubungi siapa maka dari itu dia menelepon ke kantor !" Evan dan Rizky terdiam mendengar laporan Lala.
"Baiklah !" Ucapan Evan membuat Lala pamit keluar. Evan segera meraih HP-nya dan menghubungi seseorang
"Halo pa, Cleo ada ?"
"Lho ? Bukannya dia udah pulang kerumahmu 2 hari yang lalu !" Tuan Kevin balik tanya. Sebab dia tak menemukan Cleo dikamarnya membuatnya berpikir Cleo kembali pada suaminya.
"Nggak pa, kemarin waktu papa telepon dan bilang Cleo nginap dirumah papa, sejak itu Evan udah gak ketemu Cleo pa !"
"Lalu dimana anak itu ?" Tuan Kevin mulai terdengar gusar. Evan hanya diam.
"Ya sudah pa, mungkin Cleo sedang sama teman-temannya, biasanya seperti itu !" Ucap Evan berusaha menghilangkan kegusaran mertuanya.
"Oke Van, kalau ada apa-apa telepon papa !" Ucap tuan Kevin
"Iya, baik pa !" Evan meletakkan teleponnya.
"Ada apa bos ?" Tanya Rizky saat menyimak omongan Evan.
"Cleo tidak ada dirumah orang tuanya dan dia juga gak pulang ke rumah kami !"
Rizky langsung mencium sesuatu yang tidak beres.
Waktu makan siang datang, Lala memasuki ruangan Evan membawa 3 boks kecil makanan. Ketiganya makan bersama dengan tenang.
Kasihan Rizky, dia harus melihat pemandangan nyelekit didepannya. Evan dan Lala suap-suapan, bahkan Lala tanpa canggung menyeka mulut Evan dengan tissue.
"Aaaaaaaa !" Lala menyuap Evan yang disambut dengan senang hati pria itu mengabaikan Rizky yang menatap ngeri pada mereka.
Dengan telaten Lala juga memberikan air minum pada Evan membuat pria itu merasa sebagai seorang raja.
"Ini rasanya enak, kamu coba deh !" Evan menyuap daging sapi pada Lala.
"Iya enak. Makanan aku juga enak ini !" Lala balas menyuap Evan daging ayam.
"Makan yang banyak supaya kamu gak gampang sakit !" Evan membelai lembut kepala Lala membuat Rizky mencebikkan bibirnya.
Semakin lama Evan dan Lala bisa mulai sedikit santai, tidak seperti diawal sedikit canggung apalagi jika ada orang lain disekitar mereka. Alarm waspada akan berbunyi dan akhirnya mereka menjaga jarak.
"Ingat, jangan lewatin batas !" Sindir Rizky. Evan dan Lala hanya melirik sebentar kemudian melanjutkan kemesraan mereka mengabaikan Rizky yang iri banget.
Hari ini, tiba-tiba Evan mengajak Lala kencan yang awalnya membuat Lala terkejut namun pada harinya disetujui gadis itu.
Jam 7 keduanya bertemu di sebuah mall A. Saat bertemu keduanya kompak memakai pakaian kasual bukan pakaian formal seperti hari-hari biasa. Melihat Evan sekarang terlihat amat menawan, perasaan Lala gelenyar-gelenyar gimana gitu.
Keduanya berkeliling dengan memakai masker meminimalisir jika ada yang mengenali mereka dan juga jaga jarak diantara mereka agar tidak terlalu dekat sehingga tidak ada yang berpikir mereka adalah sepasang kekasih.
Setelah itu keduanya memasuki restoran pizza memilih duduk disudut tersembunyi tanaman hias yang agak besar yang pastinya akan sukses menyembunyikan wajah mereka.
"Kencan ternyata bikin deg-degan gini ya ?" Lala melepas maskernya setelah mereka selesai memesan.
"Deg-degan bagaimana ?" Tanya Evan.
"deg-degan seperti dikejar hantu. Hehehe !" Lala berucap garing membuat Evan tertawa kecil.
"Suatu hari nanti kita akan jalan-jalan dengan terbuka, percaya diri gak pake diam-diam lagi !" Ucap Evan yakin.
"Suatu hari itu kapan ya ?" Lala memiringkan kepalanya menggoda Evan. Laki-laki itu mendengus dan mencubit hidung Lala.
"Aduh sakit, lepas !" Lala memukul tangan Evan yang menjepit hidungnya.
"La, aku dan Cleo udah setuju untuk pisah. Kami akan pisah baik-baik dan kalau sudah waktunya aku gak mau nunggu lama-lama, ayo kita segerakan hubungan kita nanti !" Evan berbicara serius sambil menyentuh tangan Lala. Cincin berlian no 3 itu membuat jemarinya tampak cantik.
"Eh, pisah baik-baik ? Maksudnya ?" Lala penasaran.
"Kami sadar kalau kami sama-sama sudah tidak saling mencintai !" Evan mengangkat bahu. Lala tersenyum.
"Bisa begitu yah ? Tadinya aku khawatir suatu hari nanti nona Cleo tau trus dia datangin aku, Jambak rambutku dan membuatku viral di media sosial !" Ucap Lala dengan mimik horor.
Melihat itu Evan tertawa membuat Lala cemberut.
"Aku serius. Kami akan pisah baik-baik, sampai hari itu tolong sabar ya demi kita kedepannya !"
" Aku akan sabar menunggu !" Lala ikut mengenggam tangan Evan, keduanya tersenyum bahagia.
"Janji apapun yang terjadi kita akan tetap bertahan dalam keadaan apapun !" Evan menaikkan jari kelingkingnya.
"Aku janji akan bertahan dalam keadaan apapun. Aku cinta kamu !" Lala menautkan jari kelingkingnya pada kelingking Evan. Evan tersenyum lebar mendengar ucapan Lala.
"Aku juga cinta kamu !"
Suasana di meja itu penuh dengan ❤️ yang berterbangan dari hati Lala maupun Evan. Bahagia terasa dan berharap hal ini akan bisa lebih lama bertahan sampai keinginan keduanya terpenuhi.
Selesai makan, keduanya memutuskan nonton, film horor comedy menjadi pilihan. Menikmati film yang membuat penonton kadang teriak kadang tertawa dan saat adegan romantis tampil dilayar kaca, semua penonton tersipu malu.
Tangan keduanya saling menggenggam erat, tanpa sadar Lala sudah merebahkan kepalanya dibahu Evan. Menikmati kebersamaan mereka yang pastinya sangat jarang terjadi.
Saat sebuah adegan ciuman terpampang dilayar, seluruh penonton berteriak heboh sebagian malu dengan adegan itu dan yang memiliki pasangan memanfaatkan kesempatan dalam gelapnya ruang bioskop dengan mencuri kecupan dan yang jomblo hanya bisa gigit jari dengan wajah mupeng.
Saat rasa malu karna melihat adegan romantis dilayar kaca, Lala terperanjat saat merasakan Evan mengecup dahinya. Ia memejamkan mata, jantungnya berdebar atas perlakuan Evan. Setelah itu Evan ikut merebahkan kepalanya dikepala Lala.
"Jangan lewati batas !" Lala mencubit pelan perut Evan membuat cowok itu terkekeh. Keduanya kembali larut menikmati film juga kedekatan mereka sekarang ini.
Sedangkan di kantor, Rizky memutuskan lembur. Beberapa kali ia menghubungi anak buahnya juga si detective namun masih sama tidak aktif membuat ia amat jengkel dan ingin melempar ponsel itu ke lantai. Mengingat harganya yang sangat mahal seketika membuat Rizky tersadar kemudian memeluk handphonenya seraya mencium mesra.
"Maaf, aku takkan menyakitimu lagi !" Ucap Rizky lebay sembari membelai lembut handphone mahalnya itu.
Tiba-tiba sesuatu melintas dipikirannya 'apakah hilangnya keduanya berhubungan dengan hilangnya Cleo ?'
Rizky kembali berjibaku dengan laptop membuka internet mencari tahu tentang seorang Arif Dharmawangsa. Dari mulai bisnisnya serta keterlibatannya pada anggota mafia hingga berita kematiannya membandingkan dengan laporan dari anak buah dan detective.
Rizky membaca dengan seksama dari satu berita ke berita lainnya, berharap mendapatkan apapun itu.
Rizky teringat sesuatu dan kembali ke berita kematian tuan Arif bersama istrinya. Sesuatu ia temukan disana kemudian membuka internet dan mengetikkan sesuatu, saat hasilnya keluar seketika seringai muncul diwajahnya.
Sepertinya kepingan-kepingan puzzlenya nyaris sempurna membuat Rizky tersenyum puas namun ketiadaan kabar dari anak buahnya dan juga Cleo masih mengganjal hatinya.
Bryan berhenti didepan sebuah rumah besar dan kosong, rumah yang berdiri didaerah perbukitan itu hanya satu-satunya yang berada disitu dengan halaman yang sangat luas.
Rumah itu dibeli ayahnya saat kembali ke Indonesia, saat itu mereka berencana memulai hidup baru dirumah itu tapi takdir berkata lain.
Tatapan Bryan beralih pada sebuah gazebo bobrok tak terawat yang terletak didekat teras yang dulunya sering ia habiskan bersama keluarganya, canda penuh tawa. Bryan bahkan seolah melihat dirinya dulu. Ia berlari mengejar si kecil Jerry dan lomba lari bersama, saat itu Bryan berlari kencang ke pelukan ibunya membuat Jerry menangis cemburu dan langsung menjambak rambut kakaknya membuat kedua orang tua mereka tertawa.
Mengingat itu, airmata bryan menetes. Segera ia menghapusnya.
Bryan melangkah masuk, rumah itu kotor tak terawat. Barang didalamnya hampir semuanya rusak tak terawat. Pandangannya tertuju pada kamar orang tuanya dulu, hatinya kacau mengingat kasus bunuh diri orang tuanya.
"Kenapa diam ? kangen ?" Sebuah suara membuat Bryan langsung menoleh. Jerry meneguk minuman kalengnya lalu membuangnya sembarangan.
"Seharusnya dirumah ini kita bahagia. Papa dan mama bisa hidup sampai sekarang !" Ucap Bryan sendu. Jerry membisu.
"Lihat ini. gelas kesayangan kita ?" Dua Mug kecil bergambar power ranger satu berwarna merah milik Bryan dan biru milik Jerry.
Bryan menatap dua gelas itu yang kini sudah retak parah diiringi warna kuning dan coklat membuat gelas itu jadi jelek.
Dulu Ibu mereka selalu membuatkan susu di gelas itu dan memberikan pada keduanya secara bersamaan. Setelah itu ibu akan menciumi mereka secara bergantian tapi sejak kematian orang tua mereka tidak ada lagi sosok ibu yang membuatkan susu hingga akhirnya dua gelas itu terabaikan.
Bryan memalingkan wajahnya menghadang air matanya yang akan kembali jatuh dan langsung berlalu menuju gudang.
Memasuki gudang, ia langsung melihat 2 orang sedang terikat dikursi, keduanya pingsan dengan badan penuh darah.
"Apa mereka mati ?" Tanya Bryan.
"Cuma pingsan !" Jawab Jerry.
"Bagaimana bisa kamu menemukan mereka ?" Bryan melirik Jerry.
"Beberapa kali tertangkap kamera mobil, karena sering, aku jadi curiga jadi aku menyuruh orang menangkap mereka dan ternyata benar mereka mata-mata !" Kata Jerry sambil menyerahkan handphone dua orang itu pada Bryan.
Bryan memperhatikan seksama dua ponsel itu, isinya hampir sama berisi foto-foto kebersamaannya bersama Cleo atau fotonya dirinya yang sedang melakukan kegiatannya.
"Gawat, brarti Evan sudah tau siapa aku dan kemungkinan besar Robby dan Kevin juga sudah tau siapa aku !" Bryan kesal.
"Kalau begitu kita harus cepat sebelum mereka bertindak duluan !" Bryan langsung keluar ruangan diikuti Jerry.
"Eh, kamu mau kemana, siapa yang jaga mereka ?" Tunjuk Bryan pada pintu gudang.
"Aku akan memerintah anak buah kita untuk berjaga disini !" Jawab Jerry kemudian keduanya berlalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments