Berita tentang kecelakaan tuan Kevin segera sampai ke telinga tuan Robby dan Evan. Apalagi diduga itu disengaja dan penjahat yang tertangkap tidak bersedia membuka mulut.
"Ky, pesankan tiket juga untuk papa. Pastikan malam ini papa berangkat bersama Tiwi !" Perintah Evan.
"Baik tuan !" Rizky segera keluar melakukan perintah Evan.
Lala masuk setelah Rizky keluar, menawarkan air pada Evan yang langsung dihabiskan oleh pria itu.
"Ada apa ?" Lala bertanya pelan.
"Cleo hilang dan ada yang berusaha menyakiti keluargaku !" Ucap Evan stres. Apa yang terjadi pada mertuanya tak dinyana membuatnya khawatir.
Evan beralih pada Lala yang terdiam bingung.
"Mulai sekarang kita mungkin tidak bisa lagi kencan seperti kemarin. Kalau hubungan kita tersebar maka kamu juga dalam bahaya !" Ucap Evan sendu membuat Lala menatapnya nanar. Mau tidak mau Lala mengangguk, tidak ingin menambah beban Evan.
"Cuma sebentar sampai keadaan baik-baik aja !" Evan membelai pipi Lala, baru akan memeluk gadis didepannya.
"Ehem, maaf bos !" Rizky mengintrupsi, menahan gerakan Evan yang hampir memeluk Lala. Lala berlalu keluar.
"Ada apa Ky ?
"Orang suruhan saya menemukan apartemen Bryan tapi rumah itu sudah kosong dan mereka menemukan tas nona Cleo !" Ucap sambil meletakkan tas wanita di meja dan ya Evan mengenali tas itu, memang milik Cleo.
"Dompet dan handphone masih utuh. Nampaknya Bryan pergi sebelum detektif menerobos masuk kesana !" Jelas Rizky.
"Apa Cleo baik-baik saja ?" Evan mulai khawatir.
"Saya rasa nona baik-baik saja. Saya yakin Bryan tidak akan menyakiti nona !" Ucap Rizky berusaha menghibur Evan padahal hatinya sendiri pun lebih khawatir.
"Bagaimana keadaanmu ?" Tanya tuan Robby pada sahabatnya itu. Saat ini tuan Robby, Rizky dan Tiwi menjenguk tuan kevin di rumah sakit, meski hanya memar namun tuan Kevin ingin diopname dikamar VIP pula.
"Seperti biasa, kuat dan segar bugar !" Ucap tuan Kevin sombong.
"Cih, ingat kau itu sudah kakek-kakek. Jangan samakan dengan dulu dan sekarang !" Cibir tuan Robby membuat Rizky dan Tiwi menahan tawa.
"Jangan salah, meski aku sudah seusia ini tapi performaku setara mesin baru !" Tuan Kevin tidak mau kalah.
"Mesin baru apa ? Mesin baru apa ?" Tanya tuan Robby sambil menekan luka memar tuan Kevin.
"Aw.. aw.. aw.. aw !" Jerit tuan Robby mengenyahkan tangan sahabatnya. Bu Nadia yang sejak tadi terdiam melihat tingkah dua orang itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Oh ya Rob, Cleo mana ya ? Kok dia gak bisa dihubungi ?" Tanya Bu Nadia. Dia pikir Cleo pulang ke rumah suaminya. Dia masih belum tau Cleo hilang.
tuan Robby, tuan Kevin dan Rizky saling pandang. Saling memberi kode lewat tatapan mata.
"Nona Cleo sedang sibuk mengurus tugas akhirnya jadi ponselnya susah dihubungi jadi dia bisa fokus dibantu tuan Evan !" Ucap Rizky menjelaskan, mendengar itu Bu Nadia mangut-mangut.
"Tolong sampaikan Ky, kalau papanya sakit !"
"Baik nyonya !" Ucap Rizky sopan. tuan Robby bernafas lega.
"Oh ya, aku akan ke Amerika untuk menjemput keluargaku !" Ucap tuan Robby.
"Baiklah, berhati-hatilah atau kau akan bertemu penjahat murahan seperti yang mencoba mencelakaiku !" Ucap tuan Kevin.
"Tentu saja. Kalau begitu kami permisi !" Ucap tuan Robby seraya memukul keras bahu tuan Kevin membuat pria tua itu mengerang kesakitan.
Rizky dan Tiwi pun pamit undur diri pada tuan Kevin dan Bu Nadia.
Rizky mengantar tuan Robby dan Tiwi menuju bandara.
"Aduh itu kak Evan gimana sih ? Kenapa gak nyuruh orang lain aja buat ke Amerika. Kenapa mesti aku ? Tau gak pekerjaanku banyak belum lagi aku harus menghadiri banyak undangan yang ingin melakukan kontrak dengan kita !" Tiwi mengeluh. Tuan Robby dan Rizky hanya melirik sebentar kemudian mengabaikan Tiwi.
Tiwi yang diabaikan merenggut kesal dan membuang pandangannya jendela.
"Ky, bilang sama kak Evan aku minta dibelikan hp baru. Hpku hilang !" Tiwi kembali bersuara.
"Hemmm !" Jawab Rizky membuat Tiwi ingin sekali menjambak rambutnya.
Sementara tuan Robby merasa aneh tiba-tiba diminta untuk ikut dengan alasan menjemput keluarganya, padahal rencana kepulangan istrinya telah ditentukan. Otak tua tuan Robby berpikir keras.
Saat tiba di bandara, Rizky menunggu hingga keduanya memasuki pesawat.
"Ini ?" Sodor Rizky pada Tiwi. Gadis itu tampak antusias melihat kado berbentuk kotak cukup besar bergambar love berwarna pink dan diikat menggunakan tali pink.
"Apa ini ?" Tiwi sumringah. Dikocoknya kado itu hingga terdengar suara berat.
"Ini hadiah, tapi harus dibuka saat sudah sampai jangan waktu di pesawat nanti sinyalnya menganggu pesawat !" Ucap Rizky membuat Tiwi senang. Dipikirannya itu adalah handphone baru.
"Oke, terima kasih !" Tiwi menurut, dia senang sekali. Sedangkan tuan Robby hanya terdiam dengan pikiran kemana-mana.
Saat pemberitahuan keberangkatan pesawat mengudara, Tiwi dan tuan Robby mulai melangkah untuk memasuki pintu keberangkatan.
"Semoga perjalanan anda menyenangkan tuan !" Ucap Rizky sopan.
"Iya Ky, terima kasih !" Tuan Robby dan Tiwi yang berdadah riang mulai masuk kedalam. Rizky tertawa saat membayangkan seperti apa reaksi Tiwi saat melihat isi kado itu ternyata adalah HP-nya yang hilang. Dipastikan gadis itu akan mengamuk.
"Halo bos, tuan Robby dan Tiwi sudah menaiki pesawat !" Lapor Rizky kemudian bergegas pergi dari sana sebab detektif sewaannya menemukan Bryan.
"Baik, secepatnya kita akan menyergap dia !" Rizky mematikan sambungan teleponnya dengan seringai dibibirnya.
Bryan berteriak kesal saat anak buahnya memberitahukan bahwa apartemennya diterobos mencari keberadaan Cleo.
Bryan emosi rencananya benar-benar kacau, dia bahkan belum melakukan apa-apa pada dua keluarga itu tapi sekarang dia sudah diincar. Padahal rencana matang sudah berada dikepalanya tapi hancur sekarang. Kemungkinan besar indentitasnya telah diketahui dan itu membuatnya tidak bisa keluar tanpa kewaspadaan. Orang suruhan tuan Robby atau tuan Kevin mungkin sedang mencarinya.
"SIALAN !" Teriaknya kesal.
"Bryan memasuki kamar Cleo, wanita itu sedang memandang keluar jendela.
"Kamu tidak akan bisa pergi dari sini tanpa ijinku !" Ucap Bryan penuh tekanan jangan lupa tatapan tajamnya seolah mampu menghunus jantung Cleo.
"Mau sampai kau menahanku disini ?" Tanya Cleo. Bryan melirik kearah Cleo.
"Sampai maut memisahkan kita !" Bryan menyeringai.
"Bryan, apapun kesalahan papaku, aku minta maaf. Tolong jangan celakai papaku !" Cleo mengiba.
"Lalu bagamana dengan papamu yang membuatku kehilangan papaku !" Bryan memelototi Cleo.
"Apa maksudmu ? Papaku membunuh papamu ?" Tanya Cleo, Bryan diam dengan tatapan masih menghunus.
"Kamu pasti salah paham, papaku memang galak tapi dia tidak pernah mencelakai orang ataupun membunuh. Kamu pasti salah !"
"Huh, kamu yang salah. Salah besar. Sangat salah menilai papamu sendiri !"
"Tap....!" Belum selesai Cleo bicara Bryan menaikkan tangannya memberitahu untuk Cleo berhenti bicara.
"Cukup, apapun yang kau katakan bakal percuma itu tidak akan merubah pikiranku !" Gigi Bryan bergemeletuk. Cleo hanya bisa menatap nanar.
Bryan menghampiri kasur dan duduk sambil menyandarkan punggungnya.
"Kemari !" Panggil Bryan, telunjuknya bergerak pada Cleo sambil membuka lebar kedua kakinya. Tatapannya mengintimidasi. Cleo menurut, perlahan berjalan kearah Bryan.
Bryan menarik tangan Cleo, memposisikan wanita itu duduk diantara dua kakinya dan menarik bahunya untuk bersandar padanya.
"Kau suka posisi ini ?" Bryan memainkan rambut panjang Cleo. Jujur saja Cleo tidak nyaman dan waspada agar Bryan tidak melewati batas.
Terdiam dengan Bryan yang memainkan rambutnya serta membelai kepalanya.
Perasaan aneh dirasakan Bryan saat tubuh Cleo begitu dekat, aroma tubuhnya yang tanpa pewangi apapun itu mampu membuatnya membeku. Bryan menggelengkan kepala berusaha mengusir perasaan aneh itu sebelum masuk semakin dalam.
"Bagaimana ya reaksi papamu jika aku mengirimkan potongan tubuhmu padanya ?" Ucapan Bryan membuat Cleo tersentak. Refleks wanita itu menoleh ke Bryan dengan mata melotot
"Pertama-tama aku akan kirim tangan kananmu lalu tangan kirimu lalu kaki kananmu lalu kaki kirimu kemudian badanmu dan terakhir kepalamu !" Bryan memalingkan wajah Cleo agar pandangannya kembali lurus kedepan. Rasa takut merayap dengan cepat dihati Cleo.
"Aku benar-benar ingin tau seperti apa reaksi wajahnya melihat anaknya sudah terpotong-potong !" Bisik Bryan sensual membuat tubuh Cleo gemetar dengan wajah panik.
HAHAHAHAHAHA
Bryan tertawa melirik wajah pucat Cleo. Kedua tangannya melingkar memeluk tubuh Cleo serta kepalanya direbahkan dikepala Cleo. Posisi yang mesra dan romantis.
"Sekali saja apa kau pernah mencintaiku ?" Pertanyaan itu membuat Bryan terhenyak, pandangannya tiba-tiba kosong.
Tidak menjawab pertanyaan Cleo, Bryan mencium puncak kepala Cleo lama membuat wanita itu ingin menangis.
Jerry sedang duduk didalam mobilnya seraya menatap lekat laptopnya. Dalam layar terlihat 6 bagian rekaman yang menyorot berbagai tempat rumah orangtuanya. Depan, belakang dan samping rumah serta jalan yang menuju rumah itu Jerry juga memasangnya sejauh 400 meter dari rumah sehingga memudahkan untuk mengetahui penyusup.
Saat memastikan semua kamera berfungsi dengan baik, selanjutnya Jerry mengatur serta mengaktifkan sensor yang akan berbunyi jika ada kendaraan atau manusia yang melintas didekat kamera pengawas itu. Jerry membeli langsung semua kamera itu di negara P, super canggih dan super mahal.
Jerry termenung menatap jalan beraspal didepannya. Asyik melamun, HP-nya berbunyi mendapat pesan dari sang kakak untuk bertemu.
Tanpa Jerry sadari seseorang menguntitnya dari jarak aman. Memerhatikan mobil Jerry yang terlihat diam namun seseorang penuh pergerakan didalamnya.
"Bos, target berada didepan gedung Sansgroup !" Lapor penguntit Jerry.
"Baik, bos. Saya akan terus mengikuti dia !" Si penguntit mematikan telepon fokus pada mobil didepannya.
Waktu berjalan, malam telah tiba.
Jerry menuju sebuah restoran biasa dia datangi, memesan private room dan langsung memesan makanan.
Jerry terdiam menatap langit-langit ruangan, pikirannya berkelana tak tentu arah. Jika ditanya, dia ingin hidup bahagia bersama kakaknya dan tidak ingin terlibat keadaan rumit begini.
Pesanan makanan Jerry sudah datang dan terhidang di meja. Jerry hanya menatap semuanya, belum ingin menyentuh hidangan itu.
Pintu terbuka menampilkan orang yang dikenalnya. Bryan melepas jaket dan maskernya serta topi kemudian langsung duduk didepan Jerry dan langsung menikmati hidangan. Meski mulutnya mengunyah namun Jerry bisa melihat tatapan mata Bryan sangat gelisah.
"Apa Cleo baik-baik aja ?" Tanya Jerry, ia tidak pernah melihat Cleo bahkan saat Bryan telah memindahkannya ke rumah orang tua mereka.
Bryan melirik Jerry sekilas dan mengangguk.
Bryan semakin terlihat gelisah. Baru memakan 3 sendok, ia sudah meletakkan sendoknya.
"Ada apa kak ?" Akhirnya Jerry bertanya juga setelah melihat tingkah Bryan.
"Rencanaku sudah kacau, aku tidak bisa lama-lama ada disini atau Evan akan menangkapku duluan !" Bryan gusar.
"Maksudnya !" Jerry kurang mengerti. Bryan menatap Jerry.
"Aku akan kembali ke negara P, sampai keadaan mendukung dan.... !" Bryan terdiam.
"Dan.....? Jerry menunggu apa yang akan diucapkan kakaknya.
"Aku akan membawa Cleo. Sampai aku punya rencana yang matang aku akan membawa dia sebagai sandera !" Ucap Bryan. Jerry menatap Bryan dengan tatapan sukar.
"Apa ?" Bryan risih melihat tatapan adiknya.
"Kakak mencintai Cleo kan ?" Tebak Jerry membuat Bryan melotot ngeri.
"Enak aja. Jangan sembarangan bicara !" Semprot Bryan sewot memelototi adiknya.
"Iya itu terus ?"
"Sebagai sandera.. dengar nggak ?" Bryan meraih lauk kecil dipiringnya dan melempar ke Jerry.
"Ih kok sensi sih. Baperan amat jadi orang !" Jerry meledek Bryan membuat Bryan ingin menelannya bulat-bulat.
HAHAHAHAHAHAHA
Jerry tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Bryan.
"Serius kak, sepertinya anda sudah jatuh pada perangkap anda sendiri !" Tawa Bryan semakin keras.
"Tidak akan !" Bantah Bryan.
"Kakak sudah jatuh cinta sama Cleo makanya kakak mau bawa dia kan. Pake kata-kata sandera, cih !" Jerry mencibir membuat Bryan gusar.
"Daripada dia kumutilasi dan potongan tubuhnya kukirim pada ayahnya satu persatu !" Ucap Bryan membuat Jerry terdiam.
'ini orang serem amat yak?' Jerry membatin.
"Jangan gitu ah kak, sayang lho Cleo bening gitu masa dimutilasi !" Jerry masih menggoda membuat Bryan mencibirnya.
"Ya sudah, aku cuma mau bilang ini. Secepatnya aku akan kembali ke negara P dan membawa Cleo. Tolong buatkan Cleo paspor supaya secepatnya aku bisa pergi dari sini !" Ucap Bryan.
"Baiklah, beri aku waktu beberapa hari !" Jerry menghela nafas mengalah.
"Berikan besok !" Tegas Bryan.
"Yang bener aja kunyuk, emang dikira bikin spanduk !" Jerry jengkel meraih potongan tomat dan melemparnya ke Bryan.
"Bodo amat, pokoknya aku mau besok !" Tandas Bryan seraya bangkit kembali memakai jaket masker dan topinya.
"Disana aku akan memikirkan rencana yang yang lebih baik setelah itu baru aku kembali dan kau... Awasi terus Evan dan keluarganya !" Tunjuk Bryan pada Jerry kemudian keluar ruangan meninggalkan Jerry yang menggelengkan kepalanya pusing.
"Berhati-hatilah, aku tak mau terjadi apa-apa padamu !" Bryan berbalik sebelum membuka pintu memandang adiknya khawatir.
"Percayalah, aku tidak perlu dikhawatirkan. Aku bisa jaga diri. Tolong jangan perlakukan aku seperti anak perempuan !" Jerry memelototi kakaknya.
HAHAHAHA
Bryan keluar dengan tawa kencang.
Dengan langkah cepat Bryan menuju mobilnya, saat berada persis didepan mobilnya Bryan menabrak keras seorang pria hingga pria itu jatuh tersungkur dan membentur kap mobil.
"Aduh, sakit !" Keluhnya sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan dan sebelah tangannya lagi tanpa kentara menyusup kebawah mobil dan menempelkan sesuatu disana.
"Heh, kalau jalan pake mata. Kamu bisa menghancurkan mobilku dengan jidatmu itu !" Bentak Bryan.
"Maaf, saya tidak sengaja !" Pria itu memelas.
"Minggir atau kulindas kau !" Bryan masih membentak dan dengan kasar memasuki mobilnya.
Seolah memang kesakitan, pria yang terjatuh itu berdiri dan segera berjalan tertatih menjauh. Saat Bryan sudah menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, pria itu meraih hp disakunya dan menelpon seseorang.
"Bos, alat pelacak sudah terpasang !" Lapornya dengan senyum kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments