Keesokan harinya,
terlihat Lala fokus pada dokumen didepannya. Mengerjakannya satu persatu dengan seksama. Saat sedang asik menulis pintu lift terbuka dan memperlihatkan Tiwi yang berjalan mendekatinya. Melihat gelagat gadis itu akan cari gara-gara lebih dulu, Lala berdiri dari duduknya tersenyum manis siap meladeni Tiwi.
Saat mereka berdua sudah berhadapan dengan jarak yang cukup dekat, baru saja Tiwi akan mengatakan sesuatu saat sesosok yang tertutupi kain putih seluruhnya tiba-tiba berdiri dari balik sofa panjang yang diperuntukkan sebagai tempat tunggu untuk tamu membuat keduanya menoleh bersamaan dan seketika menjerit kaget.
"Aaaaarrrrrrhhhhhhgggg !" Teriakan keduanya menggelegar membuat Evan menoleh dari gawainya. Tak ingin beranjak dari duduknya ia menggerakkan mouse komputer membuka rekaman cctv di depan ruangannya dan melihat apa yang terjadi.
Sosok lain putih itu pun terjengkit kaget mendengar teriakan keduanya dan refleks ikut berteriak.
"Aaaaaarrrrrrgghhhh !" Teriakannya membuat Evan yang sedang menonton pun terkejut. Lala dan Tiwi tanpa sadar berpelukan erat karena takut. Kain putih yang sejak tadi menutupi sosok itu melorot jatuh ke lantai memperlihatkan wujud asli sosok itu. Hening seketika.
"Kakek gayungggggggg !" Lala kesal bukan main. Jantungnya serasa loncat-loncat. Sedangkan Tiwi ikutan kesal karna jujur dia kaget banget.
"Bisa gak jangan prank pagi-pagi ?" Semprot Lala.
"Ku kira hantuuu !" Bentak Tiwi. Dadanya masih berdebar.
"Heh, Dimana ada hantu setampan ini ?" Ucapnya narsis menunjuk diri sendiri.
"Tampan dari Hongkong, sekarang tetap nakutin !" Tiwi masih senewen.
"Justru 2 kali lebih nakutin dari hantu !" Tambah Lala. Rizky berkacak pinggang
"Heh.. dua kuntilanak. Hantu gak boleh teriak hantu. Coba kalian berdua ngaca. Kalian itu mirip kuntilanak, belum kalau ketawa atau teriak. Persis banget kuntilanak. Persis, sangat persis, lebih persis dan super persis !" Lala dan Tiwi menganga. Rizky melenggang memasuki kamar mandi mengabaikan keduanya.
Lembur kemarin, Rizky memutuskan menginap. Rizky memilih tidur dibelakang sofa dengan menggelar kasur tipis yang bisa digulung, sengaja dibelinya untuk jaga-jaga jika lembur. Meski ruang kerjanya luas namun ia memilih tidur dibelakang sofa agar bisa menyandarkan punggungnya pada sisi sofa sehingga membuat tidurnya nyaman.
Lala dan Tiwi tersadar saat mendengar percikan air dan senandung Rizky dari kamar mandi, dengan langkah cepat Tiwi meraih sakelar lampu kamar mandi yang terletak diluar itu, dimatikannya dan segera berlalu pergi, ia sudah lupa apa yang ingin disampaikan pada Lala.
Bersamaan itu terdengar teriakan Rizky dari dalam. Meski di pagi hari tapi kamar mandi itu akan terlihat menyeramkan tanpa sinar lampu. Kepala Lala jadi pusing, dinyalakan lampu kamar mandi menghentikan jeritan Rizky dan melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Evan yang sejak tadi menonton di layar komputernya hanya geleng-geleng kepala, hanya 3 orang tapi keributannya mengalahkan ribuan bebek. Evan menghela nafas dan kembali fokus pada gawainya.
Saat kembali fokus dengan gawainya, handphone Evan bergetar, tanpa mengalihkan pandangannya dari gawainya Evan meraih HP-nya.
"Halo ?"
"Halo Van, papa sudah periksa kamera pengawas rumah, Cleo pergi dengan seorang laki-laki !" Ucap tuan Kevin to the point.
Evan langsung mengangkat wajahnya, fokus dengan ucapan mertuanya.
"Laki-laki siapa pa ?"
Tuan Kevin tersadar bahwa ia keceplosan, seharusnya ia tidak memberitahu Evan, padahal ia berniat menjaga agar penyelewengan Cleo tidak sampai pada Evan.
"Pa !" Evan melirik layar HP-nya yang masih tersambung dengan mertuanya.
"Ehem, sepertinya dia penculik !" Kening Evan berkerut mendengar itu.
"Pa, bisa tolong kirim rekamannya. Nanti Evan akan suruh Rizky menyelidiki keberadaan Cleo !" Terdengar helaan nafas kasar tuan Kevin, Evan bisa merasakan kalau mertuanya itu gelisah.
"Baiklah Van, nanti papa kirim kamera pengawas rumah papa dan juga punya tetangga karna mobil pria itu tertangkap kamera pengawas tetangga !" Ucap tuan Kevin.
"Iya pa, Evan tunggu !" Setelah mengatakan itu Evan mematikan sambungan telepon.
Evan mengusap wajahnya, ia bingung mengapa Cleo kabur.
'Ada apa denganmu Cle ?' Evan membatin.
Satu jam kemudian...
Evan memerhatikan layar komputernya bersama Rizky.
Cleo yang celingak-celinguk sekitar kemudian langsung berlari memeluk Bryan dan divideo kamera pengawas tetangga terlihat Bryan yang masih memeluk Cleo membukakan pintu dan segera meninggalkan tempat itu dan sebelum menghilang dari pandangan, nomor mobil itu berhasil tertangkap kamera.
Jujur saja melihat itu, hati Rizky tidak terima. Api menjalar mengerumuni dirinya.
"Dia yang bernama Bryan ?" Tanya Evan tanpa menolehkan wajahnya.
"Benar bos !"
"Hemmmm.. mengapa Cleo kabur disaat kami sepakat berpisah baik-baik ?" Evan masih belum paham.
"Sepertinya ini penculikan dan nona Cleo tidak sadar masuk perangkap !"
"Maksudmu ?" Evan semakin tidak mengerti.
Mau tidak mau, Rizky menceritakan jati diri Bryan sebenarnya. Evan yang mendengar itu membulatkan matanya.
"Jadi maksudmu, papa dan papa mertuaku terlibat dengan kematian orang tua Bryan ? dan Bryan berencana balas dendam dengan mendekati Cleo ?" Evan menatap Rizky dengan mimik horor. Rizky mengangguk.
Evan berdiri berjalan mondar-mandir dengan gusar. Perasaannya gelisah. Pria yang tiba-tiba muncul dan langsung berhasil mendapatkan Cleo ternyata adalah ancaman untuk keluarganya.
"Ky, sewa bodyguard untuk melindungi kedua adikku di Amerika kemudian untuk orang tuaku juga. Untuk Tiwi dan keluargaku yang menurutmu wajib mendapat perlindungan !" Perintah Evan. Mendengar nama Tiwi, Rizky teringat sesuatu.
"Sepertinya Tiwi pacaran dengan Jerry bos ?" Kata Rizky.
"Siapa Jerry ?"
"Dia manajer pemasaran Sansgroup, sepupu dari Michael dan dia adik kandung Bryan !" Mendengar itu Evan melotot.
"Lalu menurutmu dia mendekati Tiwi juga karena dendam ?" Tanya Evan. Rizky mengangguk
"Bagaimana ini, kita harus menjauhkan Tiwi dari Jerry karna pasti juga melakukan niat buruk pada Tiwi !" Evan gusar.
"Saya punya rencana bos !" Rizky menjelaskan pemikirannya.
"Baiklah, lakukan yang terbaik !" Mendengar rencana Rizky Evan langsung setuju.
Saya akan menyewa beberapa detektif untuk mencari keberadaan Bryan dan nona Cleo !" Ucap Rizky kemudian keluar dari ruangan Evan.
Tiwi terlihat sedang fokus dengan dokumennya saat Rizky berdiri menjulang didepannya.
"Ada apa ?" Tiwi beralih dari dokumennya kearah Rizky.
"Sistem pemasaran di Amerika mengalami gangguan jadi pak direktur memutuskan agar kamu yang pergi kesana untuk menyelesaikan gangguan itu !" Saat Tiwi fokus dengan ucapannya, tangan Rizky tanpa kentara meraih hp Tiwi yang tergeletak tak jauh darinya dan langsung mematikannya. Mencegah gadis ini menghubungi Jerry.
"Hah, kok gitu !" Tiwi dengan mimik protes.
"Itu perintah direktur langsung lho !"
"Tapi gak tiba-tiba gini. Pekerjaanku masih banyak !"
"Ini perintah direktur utama. Aku udah pesankan tiket untuk berangkat malam ini juga !"
"Hah ?" Tiwi menganga, matanya melotot.
"Silahkan anda pulang sekarang untuk mengepak barang anda dan semoga perjalanan anda menyenangkan !" Rizky berucap dengan mimik mengejek membuat Tiwi mengeluarkan taringnya siap mencabik Rizky.
Rizky meninggalkan Tiwi yang kelimpungan melihat pekerjaannya yang sangat banyak ditambah handphonenya hilang entah kemana membuatnya tambah stres
Mobil tuan Kevin terlihat sedang membelah jalanan dan terhenti sebentar di lampu merah kemudian supir mengendarai dengan kecepatan sedang. Tuan Kevin sedang fokus pada HP-nya berharap menemukan titik terang keberadaan anaknya.
"Halo, bagaimana ? Apa sudah menemukan anakku ?" Tanyanya dan jawaban yang ia terima membuat ia menghela nafas kasar.
"Cari anakku sampi ketemu. Kerahkan lebih banyak orang untuk membantu mencari Cleo. Paham !" Sentak tuan Kevin dan langsung mematikan teleponnya. Ia benar-benar khawatir kepada Cleo, berharap Bryan yang bersama Cleo sekarang ini tidak menyakiti wanita itu.
Tuan Kevin menghembuskan nafas kasar dan merebahkan kepalanya serta memijit keningnya sendiri. Ia tidak sadar sedang diikuti. Saat dijalan cukup sepi mobilnya ditabrak dengan keras dari belakang hingga menabrak pohon dan penyok.
Yang menabraknya terdiri dari 2 orang dan keduanya segera menghampiri mobil tuan Kevin dan membuka paksa pintu mobil. Dilihatnya supir tuan Kevin pingsan dengan kening berdarah dan tuan Kevin pun terlihat memar dipelipisnya.
Saat akan menyentuh tuan Kevin, dengan gerakan cepat tuan Kevin meraih leher salah satu dari mereka. Mengcengkramnya dengan keras menggunakan sebelah tangannya hingga penjahat itu megap-megap dan sebelah tangannya lagi membantunya keluar dari mobil.
Tanpa ba-bi-bu, dengan sebelah tangan masih mengcengkram leher penjahat itu dan dengan sebelah tangannya lagi tuan Kevin menampar bolak-balik penjahat itu dengan keras dan cepat.
Tuan Kevin sangat marah saat mobilnya ditabrak dan kepalanya terantuk cukup keras, ia masih merasakan kepalanya berdenyut sakit dan ia tidak terima.
Saat teman penjahat ingin menolong dengan menyerang tuan Kevin namun belum ia sempat menyentuh tuan Kevin saat tangan tua itu menonjok hidung penjahat dengan keras hingga penjahat itu terpelanting dengan hidung bengkok nan berdarah. Berusaha menahan sakit Penjahat itu segera kabur, meninggalkan temannya yang panik dan berontak berusaha melepaskan diri dari cengkeraman pak tua didepannya.
Tuan Kevin menoleh kearahnya, belum puas ia kembali mengeratkan cengkramannya dan kembali menampar bolak-balik penjahat itu.
"Ampun pak tua !" Lirih penjahat itu, kedua pipinya terasa panas dan ngilu.
Mendengar itu sontak tuan Kevin semakin marah, kembali ia tampar bolak balik penjahat itu hingga lemas dan dengan sentuhan terakhir tuan Kevin menonjok keras wajah didepannya yang seketika pingsan dengan hidung berdarah.
Tak lama warga semakin banyak berkerumun, menelepon polisi serta ambulance membantu supir tuan Kevin yang terjebak tak berdaya.
Bryan gusar saat orang suruhannya menelepon bahwa misinya gagal.
"Masa mengurus laki-laki tua seperti itu saja kau tidak bisa ?" Bentak Bryan.
"Dia sangat kuat bos !" Suara sebrang telepon gemetar.
"Ah, dasar kau tidak berguna, Kevin itu sudah tua pasti bisa dengan mudah dikalahkan !" Bryan masih membentak.
"Tapi.....!"
"Ah sudah, dasar kau memang tidak berguna !" Teriak Bryan sembari melempar ponselnya ke sofa. Dia menggusar rambutnya kasar, ekspresi kesal nyata terlihat.
"Brengsek, sepertinya si tua Bangka itu tidak bisa dianggap enteng !" Sengit Bryan tanpa tau bahwa Cleo bisa mendengarnya dari balik pintu.
Wanita itu menutup mulutnya menahan tangis saat tau Bryan berusaha mencelakai papanya. Rasa khawatir hinggap di dadanya memikirkan papanya.
Terdengar suara langkah kaki Bryan terdengar mendekat, Cleo segera bersembunyi setelah meraih asbak kayu di meja.
Bryan melangkah masuk dan pandangannya mengitari ruangan mencari keberadaan Cleo. Wanita itu bersembunyi disamping ranjang waspada saat Bryan berjalan memeriksa kamar mandi, dengan mengendap-endap Cleo mendekati Bryan. Bryan yang berbalik saat menemukan kamar mandi kosong kaget saat Cleo langsung menghantamkan asbak itu dipelipis Bryan. Pria itu langsung ambruk dilantai.
Segera wanita itu berlari keluar, Bryan yang kesakitan memegangi pelipisnya yang berdarah tetap berusaha bangkit dan mengejar Cleo. Tangan Cleo hampir sampai di knop pintu saat Bryan menarik tubuhnya dengan keras dan menjatuhkannya ke lantai.
Keduanya bergelut, sekuat tenaga Cleo melawan Bryan yang kini sudah duduk diatas tubuhnya.
PLAKKK
Bryan menampar Cleo, wanita itu mematung sebentar kemudian kembali berontak. Berhasil menggulingkan tubuh Bryan dan duduk diatas tubuh pria itu Cleo membalas.
PLAKKK
Tangan lembutnya mendarat di pipi Bryan. Tak hanya sekali, Cleo menampar Bryan bolak-balik hingga tangannya terkena darah pelipis Bryan yang terluka.
"Beraninya kau mencelakai papaku !" Bentak Cleo sembari tetap menampar bryan.
Bryan yang awalnya terkejut dengan kepala menoleh ke kanan dan kekiri, langsung menangkap tangan Cleo berusaha melumpuhkan wanita itu namun Cleo masih melawan membuat Bryan kewalahan bahkan kepalanya yang kena pukul asbak berdenyut sakit.
Dengan cepat Bryan bangkit dan memutar tubuh Cleo, memeluk wanita itu dari belakang dan membekap kencang hidung dan mulutnya seketika Cleo berontak sulit bernafas namun tenaga Bryan yang kuat membuatnya akhirnya melemas dan akhirnya pingsan.
Cleo terbangun dikamar asing, ia tidak mengenali ruangan itu. Sekitarnya terlihat sangat kotor bahkan kasur yang ia tiduri pun kotor, matanya meneliti sekeliling. Cleo bangkit dan membuka tirai jendela tapi yang dilihatnya hanya pepohonan dan tanaman liar, tak ada bangunan lain berdiri. berjalan ke satu jendela ke jendela lain berharap mendapat celah tapi semua jendela memperlihatkan pemandangan yang sama.
Pandangan Cleo liar kesana kemari namun tak bisa menemukan apapun. Pintu menuju balkon terkunci rapat dan dan pintu keluar pun juga terkunci.
Terdengar pintu terbuka membuat Cleo menoleh, Bryan masuk dengan membawa nampan makanan.
"Ayo sini makan !" Bryan menghampiri Cleo, menarik tangannya lembut hingga duduk dipinggir kasur.
"Nih Aaaaaa !" Bryan menyuap Cleo, wanita itu membuka mulut menyambut sendok itu. Untuk sekarang Cleo memutuskan menurut pada Bryan hingga ia bisa kabur dari tempat ini.
Bryan tersenyum melihat kepatuhan Cleo. Seolah melupakan beberapa waktu yang lalu keduanya saling pukul. Dibelainya lembut kepala wanita itu seperti biasa dia lakukan, Cleo terdiam tak bereaksi.
"Aku suka kamu menurut seperti ini !" Bryan masih membelai rambut itu.
Cleo hanya menatap datar padanya. Walau ingin sekali mencakar-cakar wajah tampan didepannya.
"Ini dimana ?" Tanya Cleo.
Bryan menaikkan sebelah alisnya, pandangannya mengitari ruangan.
"Ini rumahku. Rumahmu juga !" Bryan tersenyum aneh.
"Kapan kamu akan melepaskanku ?" Tanya Cleo.
"Sampai kapan yah ? Mungkin sampai tujuanku tercapai !" Senyum Bryan semakin aneh. Ia berjalan menjauh dari Cleo dan berhenti pada jendela yang tadi menjadi tempat Cleo berdiri.
"Apa maksudmu ? dan apa tujuanmu ?" Suara Cleo terdengar hampir menangis.
Bryan mendekat dan menatap lekat wajah Cleo. Cleo menahan nafas saat wajah Bryan berada sangat dekat dengan wajahnya.
"Rahasia !"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Gamar Abdul Aziz
ceritanya lebee ke teror thor
2024-10-07
0