Setelah pekerjaan selesai dan sempat jalan-jalan bonus pernyataan cinta Evan. Kini keduanya telah berada di bandara. Terlihat Rizky menyambut mereka berdua. Rizky merasakan sesuatu yang lain, wajah keduanya tampak cerah bahagia.
Bahkan didalam mobil, keduanya sesekali bertatapan dengan senyum membuat Rizky mengernyitkan dahi.
Tiba-tiba saat melewati sebuah jalan gelap nan sepi sebuah batu melayang dengan mulus menembus kaca mobil dengan suara keras tepat pada Lala yang duduk disamping kemudi, batu itu tepat mengenai pelipisnya hingga berdarah.
Diiringi jeritan Lala, Rizky langsung mengerem, mobil berhenti seketika. Lala sudah menangis memegangi sebelah wajahnya.
"Kamu nggak apa-apa La ?" Evan langsung membalik tubuh Lala kearahnya. Dilihatnya darah merembes ditangan Lala diiringi Isak tangisnya menahan sakit, sepertinya luka dipelipisnya cukup parah.
Tiba-tiba 4 orang bertopeng muncul mengepung mobil dengan memegang balok kayu besar. Tak lama 2 orang datang mengendarai sepeda motor juga bertopeng ikut turun mengepung mobil Evan seraya mengacungkan pisau kecil dan yang satunya menggunakan pisau daging.
Melihat itu Lala semakin ketakutan dan tangisannya semakin deras. Ia menatap Evan dengan tatapan takut. Berbeda dengan Evan dan Rizky keduanya berwajah menyeramkan. Terutama Evan yang melihat Lala terluka, jangan ditanya seperti apa amarahnya sekarang.
"Keluar Lo semua atau gue hancurin nih mobil !" Bentak yang membawa pisau kecil sambil memukul keras kap mobil. Namun ketiganya didalam mobil tetap bergeming tak mengindahkan ucapannya. Hal itu membuat penjahat diluar tidak sabaran maka mereka memukuli kaca mobil dengan kayu hingga retak parah.
Sebelum kaca mobil itu pecah seluruhnya, Rizky keluar mobil dan menguncinya agar penjahat itu tak mudah masuk.
"Cepat serahin semua harta Lo ?" Si pemegang pisau daging menggertak Rizky seraya mengacungkan pisau itu dileher Rizky. Sedangkan yang lain berusaha membuka pintu mobil.
Saat itulah, saat perhatian si pisau daging teralihkan. Rizky memelintir tangannya hingga penjahat itu berteriak histeris, menonjok wajahnya dengan sangat keras, membenturkan wajahnya ke kap mobil berkali-kali dengan keras hingga wajahnya tak berbentuk kemudian mengangkat tubuhnya dan membantingnya di jalan beraspal dengan sangat keras. Seketika tubuh si pisau daging tak bergerak dengan darah yang merembes.
Penjahat yang lain tercengang melihat itu, apalagi wajah tengil Rizky yang tersenyum remeh pada mereka.
"Hey, pukul dia ?" Perintah si pisau kecil kepada orang didekatnya. Maka penjahat yang memegang balok kayu itu mulai menghantamkan balok kayu ke tubuh Rizky namun cowok itu mampu berkelit dan membalas dengan menendang keras ulu hati penjahat itu hingga ia tertunduk sambil terbatuk batuk, kesempatan itu dipergunakan Rizky untuk menginjak kepala belakang penjahat itu dan menghunusnya ke aspal dengan keras. Lagi, penjahat itu tak bergerak dengan darah yang merembes dari hidungnya.
Kali ini, temannya yang lain mulai menyerang Rizky bersamaan si pisau kecil meraih balok kayu di aspal dan memukul dengan keras kaca disamping kemudi hingga pecah seluruhnya dan Lala tertunduk menutup kedua telinganya dengan berteriak histeris.
Setelah berhasil membuka pintu mobil, si pisau kecil menarik Lala keluar dengan keras. Evan meradang ikut keluar.
"Lepasin dia !" Teriaknya tidak terima. Sedangkan Lala yang dibawa menjauh berontak. Hingga penjahat itu menempelkan pisau di pipi Lala membuat gadis itu membeku dengar air mata mengalir deras.
Sedangkan Evan, ia sudah dikeroyok, berhasil menumbangkan 1, kini 2 orang mengunci pergerakannya dan Rizky masih terlibat perkelahian, nampaknya lawannya kali ini tak sepayah 2 orang yang sudah berhasil dia kalahkan.
Kembali kepada Lala, penjahat didepannya menatap diam padanya. Melirik dari ujung kaki hingga ujung kepala. Meski pelipisnya penuh darah namun ia tetap terlihat sangat cantik. Seketika membuat penjahat itu memajukan wajahnya membuat Lala bergidik jijik, sekuat tenaga ditamparnya dengan keras penjahat itu seketika penjahat itu marah dan meninju pipinya. Lala tersungkur di aspal kemudian penjahat itu menyeretnya menuju semak-semak, dengan tenaga tersisa Lala berontak.
Melihat itu Evan murka, ia berteriak keras. Kedua penjahat yang menahannya yang tadinya tersenyum melihat Lala diseret seketika kaget dan refleks pegangannya mengendor. Kesempatan itu digunakan Evan dengan sekuat tenaga menonjok jakun pria didepannya. Seketika pria itu bergerak mundur, ia sulit bernafas. Saat masih berusaha mentralkan rasa sakit di tenggorokannya, Evan menendang masa depan penjahat itu membuat penjahat itu tertunduk merasakan sakit luar biasa namun sekali lagi dengan keras Evan menendang ulu hati hingga penjahat itu pingsan seketika.
Temannya yang terkejut berusaha kembali menahan Evan, namun Evan lebih cepat. Diraihnya tangan pria itu dipelintir dengan kencang dan wajahnya dibenturkan dengan keras dibadan mobil berkali-kali dan sentuhan terakhir tangan yang masih ia cengkram dengan kuat ia pelintir hingga terdengar bunyi patah membuat penjahat itu histeris dan pingsan.
Evan berlari kencang menuju Lala, yang masih mengesot karena diseret dengan jambakan rambut. Tenaga gadis itu benar-benar habis. Hampir dilempar ke semak-semak saat tangan penjahat itu ditangkap Evan.
Dengan cepat penjahat itu menyabet pisaunya pada Evan, walau Evan cepat menghindar namun tak ayal pisau itu berhasil menyabet dadanya hingga kemejanya robek dan dadanya mengeluarkan darah. Evan semakin marah, saat penjahat itu kembali menyerangnya dengan pisau, ditangkapnya tangannya dan memelintirnya hingga pisau itu terlepas dan dengan cepat ditonjoknya wajah penjahat itu dengan kemarahan maksimal.
Saat penjahat itu roboh di tanah, Evan meraih balok kayu tadi dan memukul masa depan penjahat itu dengan membabi buta. Rizky yang berhasil menumbangkan lawannya dengan menghantamkan balok kayu dengan keras di wajah penjahat itu seketika membuat penjahat itu roboh tak bergerak.
Melihat yang dilakukan Evan seketika membuat Rizky ikut ngilu di area pribadinya. Saat dilihatnya Evan yang murka dan tak berhenti memukul, Rizky berlari meraih tubuh Evan yang berontak masih ingin memukuli penjahat itu.
"Sudah bos, lihat Lala pingsan !" Mendengar itu, Evan menoleh ke arah Lala yang sudah tersungkur. Diraihnya tubuh gadis itu, darah sangat banyak dipelipisnya dan sebelah wajahnya membiru, Evan segera menggendongnya dan berlari kearah mobil.
Rizky masih terdiam ditempat, memandangi penjahat yang sudah tak berdaya akibat perbuatan Evan. Melihat celana pria itu mengeluarkan darah bisa dipastikan didalamnya sudah tak berbentuk dan juga mungkin sudah tidak berfungsi.
"RIZKYYYYYYYYYY !" Teriakan menggelegar Evan menyadarkan Rizky dari pikirannya.
"Iya bos.. !" Rizky berlari menuju mobil.
"CEPAT KE RUMAH SAKIT !" Teriak Evan panik. Lala yang tak sadarkan diri dipelukannya membuatnya panik.
"I.. i.. iya bos !" Rizky menyalakan mobil dengan gemetar. Dengan keadaan kacau balau Rizky berusah keras konsentrasi menyetir dengan kaca rusak parah.
Saat akan berbelok terdapat sebuah papan peringatan menghalangi jalan. Menghindari amarah Evan, Rizky segera keluar dan menyingkirkan papan itu yang ternyata mengatakan bahwa jalanan ini rusak dan tak bisa dilewati membuat Rizky berdecak. Para penjahat itu begitu cermat dalam merampok.
Saat tiba di rumah sakit, Evan berteriak memanggil dokter. Lala terlihat semakin pucat. Tenaga medis mulai menghampiri Evan, meletakkan Lala diranjang dan memasukkan ke UGD.
Evan menanti dengan gusar, ia bolak balik didepan UGD. Rizky tak berani menegurnya karna dipastikan Evan akan marah. Saat dokter keluar.
"Bagaimana keadaannya dok ?" Todong Evan langsung.
"Tidak apa-apa, pasien hanya syok. Kami akan segera memindahkan ke ruang perawatan. Biarkan pasien diopname 1 atau 2 hari maka sudah boleh dibawa pulang !" Jelas sang dokter. Evan dan Rizky merasa lega.
"Oh ya. Anda juga harus mengobati luka anda. Saya akan memanggilkan suster dan silahkan ikuti dia !" Ucap dokter memanggil suster dan memberi instruksi.
Evan awalnya enggan karena dia merasa baik-baik aja tapi Rizky berhasil membujuknya biar dirinya yang menunggui Lala selama bosnya mengobati lukanya.
"La, cepat sadar. Aku gak kuat lihat kamu seperti ini !" Evan menggenggam tangan Lala yang sudah berada diruang perawatan sambil memandangi wajah pucat itu. Rizky yang berada diambang pintu hanya terdiam dengan bungkusan makanan ditangannya.
"Bos, makan dulu !" Rizky bersuara, Evan tak bergerak.
"Bos..!" Rizky kembali memanggil.
"Taruh aja, nanti aku makan. Makan saja duluan !" Jawab Evan tanpa menolehkan wajahnya dari Lala. Tangannya pun makin erat menggenggam jemari gadis itu.
Rizky menghela nafas. Memerhatikan bosnya dalam diam.
Rizky ikut menginap menemani Evan yang ngotot ingin menginap di rumah sakit. Rizky pura-pura terlelap dan ia mengintip Evan yang mencium kening Lala.
"La, cepat sembuh. Tolong jangan buat aku khawatir. Buka matamu sayang !" Mata Rizky membulat mendengar kalimat itu.
"Apa mereka sudah pacaran ?" Pertanyaan itu muncul dikepalanya.
Evan membaringkan kepalanya disisi ranjang, masih tetap menggenggam tangan Lala dan menatap wajah pucat itu, tak lama Evan tertidur.
Keesokan harinya, dengan berat hati Evan harus meninggalkan Lala di rumah sakit karna pekerjaan kantor yang menunggunya menumpuk. Dia bahkan tidak mengganti pakaiannya, hanya melepaskan jasnya yang terkena darah Lala dan juga hanya mencuci muka dan segera berangkat ke kantor. Jadilah dia bos kucel.
Berita perampokan itu sementara tidak dilaporkan dahulu oleh Evan, agar Lala yang sedang diopname bisa tenang tanpa gangguan.
Tanpa berkata-kata Evan dan Rizky mulai fokus bekerja. Evan ingin secepat mungkin kembali ke rumah sakit.
Diruangan Evan, Rizky menyalakan televisi memindahkan Chanel TV dari satu Chanel ke Chanel yang lain dimana berita kriminal maupun berita gosip disiarkan, mencari siaran berita yang menampilkan kejadian semalam namun tak ada satupun berita yang menyiarkan tentang 6 perampok itu.
Terdiam dengan pikiran masing-masing saat seseorang memasuki ruangan.
"Kak, itu nenek lampir mana ?" Tanya Tiwi. Evan dan Rizky saling pandang.
"Oh, dia ijin gak masuk karna lagi PMS ?" Rizky yang menjawab. Tiwi mengerutkan kening.
"Dia bilang begitu padamu ?" Tanya Tiwi tak percaya, karena bahkan jika demam sekalipun Lala akan tetap pergi bekerja walau ujung-ujungnya dia pingsan.
"Udah Wi, biarin aja Lala istirahat, takutnya dia pingsan kalau maksa tetap kerja !" Kata Evan, Tiwi hanya mengangkat bahu dan berlalu dari sana.
"Bos, menurut anda apa perampokan ini murni hanya perampokan atau ada unsur kesengajaan ?" Rizky buka suara, mencoba menyampaikan pemikirannya pada Evan.
"Maksudmu ?" Evan bingung.
"Ya, seseorang ingin anda celaka atau kita semua celaka. Jadi menggunakan cara seperti ini untuk melenyapkan kita !" Jelas Rizky. Evan diam mencerna ucapan Rizky.
"Saya akan meminta bantuan detektif untuk menyelidiki ini dan juga menyewa bodyguard untuk menjaga anda !" Ucap Rizky.
"Tidak perlu bodyguard, hanya selidiki saja siapa dalang dari semua ini kemudian kita hancurkan dia hingga akarnya !" Mata Evan memerah.
"Apa menurutmu ini perbuatan Edi !" Evan tiba-tiba mengingat pria itu yang pernah mengancamnya.
Baru saja Rizky mau menjawab, saat suara opening sebuah berita kriminal menggema dengan keras membuat Evan dan Rizky tersentak. Rizky meraih remote untuk mengecilkan volume saat tivi itu berbicara :
"Pagi tadi dijalan x ditemukan 6 orang pria dalam keadaan babak belur tak sadarkan diri, diduga mereka komplotan perampok atau begal yang meresahkan masyarakat sekitar. Tempat dimana mereka ditemukan diduga kuat sebagai tempat biasa mereka beraksi merampok kendaraan yang melintas. Mereka juga adalah buronan para polisi yang selama ini sulit ditangkap. Jalanan yang gelap dan terkadang sepi serta minimnya kamera pengintai menjadikan sulit mengetahui pelaku yang menghajar komplotan tapi polisi terus menyelidiki dan mencari saksi. Keenamnya telah berada di rumah sakit C dan dilaporkan koma akibat mengalami luka parah. Saya Sumito, demikian sekilas info"
Evan dan Rizky saling pandang menonton siaran berita itu.
"Berarti ini murni perampokan biasa bos, tidak ada udang dibalik batu !" Ucap Rizky, Evan mengangguk setuju.
"Apa mereka akan menyelidiki penyebab para perampok itu terluka ?" Tanya Evan.
"Bisa jika mereka berhasil melewati masa kritis !" Rizky menyeringai, ia ingat telah memukul perampok itu dengan sekuat tenaga. Evan mangut-mangut.
Saat kembali ke rumah sakit, Lala sudah sadar. Gadis itu tersenyum melihat kedatangan Evan dan Rizky.
"Gimana keadaan kamu La ?" Pria itu segera berlari dan menggenggam tangan Lala.
"Aku udah baikan cuma masih pusing !" Lala hendak bangun dari tidurnya.
"Jangan, baring aja sampai kepalamu enakan !" Evan mencegah Lala bangun dan membimbingnya tetap berbaring.
"Udah makan, mau makan sesuatu ?" Tawar Evan. Lala menggeleng.
"Aku udah makan yang disediain di rumah sakit jadi sekarang sudah kenyang !" Ucap Lala. Evan membelai rambut Lala.
Evan mencium tangan Lala, tersenyum kemudian Evan mendekatkan wajahnya, Lala memejamkan mata saat Evan semakin dekat dan sedikit lagi....
"HATSYIIIIIII !" Suara bersin Rizky mengagetkan keduanya. Mereka melupakan keberadaan Rizky yang sejak tadi menganga melihat pemandangan didepannya.
Evan melirik jengkel kearah Rizky sedangkan Lala langsung memalingkan wajah, malu. Rizky menatap Evan penuh tanya.
"Iya, ini seperti yang kau pikirkan !" Ucap Evan santai menjawab tatapan Rizky. Lala terperanjat, tadinya dia akan meminta Evan untuk merahasiakannya dahulu. Namun sekarang Rizky sudah menatap aneh padanya.
Lala memerhatikan Evan dari ujung kaki hingga ujung rambut, melihat penampilannya yang kacau dan bajunya yang belum terganti, bahkan masih ada sedikit darah Lala masih menempel.
"Saya sudah baikan, bos tidak perlu khawatir. Tidak masalah kalau bos ingin pulang !" Ucap Lala membelai rahang Evan lembut.
"Kamu ngusir ?" Evan tak suka.
"Bukan bos, lihat bos juga butuh istirahat dan pakaian ganti !" Lala memerhatikan Evan.
"Anda bisa istirahat, saya sudah baikan dan ada dokter suster yang akan mengontrol saya !" Lala tersenyum. Ia yakin Evan pasti tidak nyaman dengan pakaiannya sekarang, Evan menghela nafas, memang yang ia butuhkan sekarang mandi kemudian tidur setelah lelah dan khawatir mendominasi tubuhnya.
"Oke, aku pulang dulu, besok aku akan datang kesini lagi !" Evan membelai pipi Lala membuat gadis itu mengangguk sambil tersenyum tak lupa ia mencium keningnya. Rizky kembali melongo melihat adegan itu.
"Cepat sembuh La, tadi kamu dicari sama Tiwi !" Ucap Rizky dengan pandangan aneh. Lala hanya mengangguk
Lala memandang Evan berlalu bersama Rizky, meninggalkan Lala yang langsung menutup mata dan terlelap.
Di mobil, Rizky melirik pada Evan yang duduk disampingnya. Evan sadar Rizky curi-curi pandang padanya namun dia pura-pura acuh.
"Kami jadian sehari sebelum balik kesini !" Ucap Evan memecah kesunyian, Rizky menginjak rem tiba-tiba membuat Evan terhuyung hampir terpentok dasboard.
"Lalu bagaimana dengan nona Cleo ?" Tanya Rizky horor.
"Aku berniat jujur padanya, aku pun tak ingin membohonginya atau mengkhianatinya !" Pandangan Evan beralih keluar jendela.
Rizky diam dan kembali menjalankan mobilnya, mencerna semua yang terjadi saat sebuah senyum terukir di bibirnya. Hatinya terasa ringan, sepertinya sebuah pintu akan terbuka untuknya dan dia tak sabar untuk itu.
"Cleo, kau akan menjadi milikku !" Batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments