Saat sampai dirumah, Evan terkejut melihat Cleo menyambutnya dengan senyum manis. Dipeluknya suaminya dan diciumnya pipi Evan yang hanya disambut dengan diam oleh Evan. Tidak biasanya Cleo berlaku manis seperti ini.
Di meja makan pun Cleo mengambilkan nasi beserta lauk ke piring Evan.
"Makan yank !" Senyum manis itu terpancar untuk Evan, setelah kedunya makan dalam diam. Namun Evan merasa ada yang berbeda pada Cleo, istri yang tadinya ceria sekejab menatap piringnya dengan kosong dan memakan makanannya tanpa minat.
"Yank !" panggilan Evan seketika membuat Cleo terjengkit kaget.
"I.. I.. Iya yank !" Karena kaget Cleo jadi gugup. Wajahnya tiba-tiba pucat.
"Kenapa makanannya diaduk aja, ayo makan. Kamu kenapa ? Sakit ?" Evan menatap intens istrinya.
"Nggak yank, cuma sekarang sibuk disemester akhir, banyak banget tugas !" Cleo beralasan seraya tersenyum kaku pada Evan.
Meski merasa ada yang aneh, Evan hanya menganguk dan meneruskan makannya. Cleo pun berusaha menghabiskan makanannya.
Didalam kamar, Cleo memandang awan hitam yang terpapar sinar bulan yang mengintip, apalagi ditemani dengan taburan bintang-bintang kecil membuat pemandangan itu sangat indah namun sayang Cleo sedang tidak bisa menikmatinya. Pikirannya berkelana dalam satu arah yang belum menemukan ujungnya.
Bunyi kamar mandi terbuka menyadarkan lamunan Cleo. Wanita cantik itu menoleh dan menatap dalam pada Evan yang telah memakai piyama tidurnya dan mulai duduk menyandarkan kepalanya pada diranjang.
"Ada apa ?" Tanya Evan melihat tatapan tak biasa Cleo. Wanita itu menggeleng. Ia mendekat dan duduk dipangkuan Evan. Ditatapnya dalam manik mata suaminya.
Belum Evan kembali membuka suara, Cleo memeluk leher wajahnya mendekat dan mengecup lembut bibir Evan. Keduanya memejamkan mata sambil merasakan hangatnya bibir satu sama lain. Tak lama Cleo mulai ******* bibir hangat itu, Evan yang awalnya terkejut dan terdiam mulai pun memejamkan mata ikut terbawa suasana panas itu.
Tangan Cleo masuk kedalam piyama Evan, meraba dadanya dan mencubit kecil permen ChaCha disana. Perlahan Cleo melepas satu persatu kancing piyama Evan, membuka dan melemparnya jauh memperlihatkan perut sixpack Evan. Evan merasakan tubuhnya berdesir saat tangan halus Cleo meraba lembut perutnya.
Masih dipangkuan Evan, Cleo meloloskan dress-nya sendiri. Menyisakan dua penutup terakhir. Kembali mengecap mulut Evan dan tangannya meraba lembut paha Evan yang masih terbungkus celana piyamanya.
Evan mulai mengikuti arus, ikut melingkarkan tangannya ditubuh cleo. sebelah tangannya memegang kepala Cleo sehingga ia lebih leluasa menikmati bibir istrinya membuat wanita itu terhanyut gairah sedangkan sebelah tangan Evan yang bebas bermain usil didada Cleo membuat nafas wanita itu tak beraturan. Dalaman yang menutupi entah kemana Evan melemparnya.
Evan membalikkan posisi kini mengungkung tubuh Cleo, dengan cepat melepas kain terakhir tubuhnya dan mencumbu Cleo yang kembali melingkarkan tangannya di leher Evan. Menyambut dengan rasa yang sama-sama menginginkan.
Evan tak tahan lagi, ditariknya penghalang terakhir tubuh Cleo hingga polos juga, membuka paha Cleo dan menyatukan tubuh mereka membuat Cleo memekik kecil seraya meremas sprei.
Suara desahan dan erangan memenuhi kamar itu, Evan yang memulai dengan tempo pelan segera naik ke tempo cepat membuat Cleo seketika gila. Evan yang juga hilang kendali dan menggila membuat tubuh Cleo terguncang-guncang dibawahnya. Rasa yang bergelora secara alami memuncak pada diri masing-masing yang dengan senang hati menikmatinya sebagai pasangan halal
Satu jam berlalu, Evan mengerang kuat saat pelepasannya. Tubuhnya jatuh menindih Cleo. Mengatur nafas yang berlari kesana kemari, Evan menggulingkan tubuhnya melirik Cleo yang mengatur nafas sambil memejamkan mata. Setelah pernafasan mereka kembali normal, keduanya jatuh tertidur.
Terbangun lebih dulu dipagi hari, Evan menatap Cleo yang tertidur dipelukannya. Disibaknya rambut yang menutupi wajah Cleo hingga memperlihatkan wajah polosnya. Ditatapnya intens wajah istrinya, membelai lembut pipi itu.
Gadis disampingnya bergerak, matanya terbuka perlahan. Matanya menangkap wajah Evan yang juga menatapnya, Cleo meraba rahang tegas Evan, menatap wajah itu dengan tatapan sulit diartikan. Tak lama sebuah senyum menghiasi wajah cantiknya
"Pagi yank !" Cleo mencium pipi suaminya.
"Pagi juga ?" Balas Evan mencium kening istrinya.
Setelah membersihkan diri dan tampil rapi keduanya menuju meja makan bersama, makan dengan tenang.
"Hari ini kamu mau kemana ?" Tanya Evan, Cleo terdiam sesaat.
"Ke kampus aja mungkin !" Jawab Cleo kembali fokus pada piringnya. Evan terdiam.
Setelah itu Cleo melepas suaminya pergi kekantor, tatapan nanarnya mengiringi mobil Evan hingga hilang dari pandangan.
Cleo terkejut saat handphonenya berbunyi. Ia kembali terdiam saat nama "Jerry" muncul dilayar. Wanita itu menghela nafas.
"Iya Jer ?" Sapa Cleo.
"Baiklah !" Cleo menutup panggilan.
Cleo masuk kerumah dan kembali keluar dengan menenteng tas kecilnya dan segera mengendarai mobilnya keluar.
----
Dikantor, Lala terlihat senyum-senyum melihat layar komputernya. Sebuah email undangan yang datang menyertakan katalog yang bergambar berlian-berlian yang sangat indah berupa cincin dan kalung. Lala tak bosan-bosan menatap keindahan itu.
Rizky yang baru saja dari toilet mengerutkan kening melihat tingkah Lala, ia pun mendekati gadis dan ikut mengamati layar komputer Lala.
"Eh, apatuh !" Pekik Rizky membuat Lala terjengkit kaget.
"Kakek gayungggggg... Aku kaget. Bisa gak pagi-pagi jangan bikin orang jantungan !" Lala balas memekik. Dipukulnya tubuh Rizky hingga cowok itu meringis.
"Huh, ini adalah salah satu keindahan yang sulit ditolak cewek. Seumpama dirimu menyukai seorang cewek, kasih aja dia cincin begini pasti langsung diterima !" Celoteh Lala kembali berbinar-binar menatap layar komputernya.
"Itu batu akik memang semahal itu yah ?" Mendengar itu Lala mendelik.
"Berlian. Hello, yang bener aja. Berlian cantik ini teruntuk gadis-gadis cantik nan lemah lembut sepertiku !" Ucap Lala centil membuat Rizky mencibir padanya.
"Nah kalau batu akik aka cincin om jin itu cocok untuk kakek gayung spertimu !" Lala menunjuk Rizky. Dengan cepat Rizky memiting leher Lala membuat gadis itu menjerit-jerit kegelian.
"Eh geli. Lepas !" Lala menjambak rambut Rizky.
Bersamaan dengan itu, Evan keluar dari lift, berjalan dengan geleng-geleng kepala sambil menatap datar Tom and Jerry dunia nyata itu.
"Tolong buatkan kopi !" Perintah Evan pada Lala. Rizky melepaskan lengannya dari Lala yang segera beranjak dari duduknya dan menuju pantry.
"Pak, ada undangan Berlianlove.group. Mereka melelang beberapa berlian untuk bantuan amal. Waktunya besok lusa. Saya sudah mngecek penerbangan, anda bisa berangkat pagi jadi tidak terlalu capek dan bisa istirahat sejenak !" Ucap Lala panjang lebar seraya meletakkan segelas cappucino didepan Evan.
Evan menatap lekat Lala yang sedang berbicara didepannya, Evan tidak fokus pada perkataan sekertarisnya karena pikirannya jauh berkelana tak berarah, dia hanya memandangi wajah itu yang masih sama membuat hatinya bergetar.
"Jadi bagaimana pak ?" Tanya Lala menyadarkan Evan dari lamunannya.
"Bagaimana apanya ?" Tanya Evan balik karna dia memang tak mendengar sepatah katapun dari Lala.
Lala mengerutkan kening.
"Undangan dari Berlianlove.group mereka akan melelang banyak berlian !" Ucap Lala sambil menyerahkan logo iklan perusahaan berlian yang diprintnya.
"Anda akan berada disana selama dua hari satu malam !"
"Baiklah. La, kamu ikut denganku kesana. Biarkan Rizky menghandel perusahaan. Jadi siapkan segala sesuatunya !" Perintah Evan.
"Baik pak, permisi !" Lala segera melakukan perintah Evan. Memesan tiket pesawat dan kamar hotel. Ia sangat antusias dan tak sabar bisa melihat langsung berlian-berlian itu.
Pikiran Evan kembali jauh menerawang, mengingat tingkah aneh cleo yang berujung dengan membuatnya mabuk kepayang. Setelah melihatnya bersama Jerry tiba-tiba bersikap manis membuat Evan menyimpan banyak tanya.
"Bos !"
HUAAAAAAAAAAAA
Evan berteriak kaget, Rizky yang juga kaget ikut berteriak. Lala juga ikutan kaget namun tetap meneruskan pekerjaannya setelah hanya menoleh sebentar.
"Ada apa ?" Evan kembali normal.
"Apanya ?" Efek masih kaget Rizky membuatnya lambat loading.
"Ada apa datang kemari ?"
"Oh ya !" Rizky terdiam tampak berpikir.
"Bagaimana penyelidikanmu tentang Cleo ?" Tanya Evan bosan melihat Rizky terdiam.
"Masih diselidiki bos karena nona Cleo lebih sering berada di kampus !" Kilah Rizky untungnya Evan percaya.
"Aku harap secepatnya bisa dapat kabar darimu !" Kata Evan.
"Baik bos !" Rizky mengangguk dan berbalik keluar.
-----
Jam pulang kantor, Lala memutuskan ke sebuah mall untuk membeli sebuah gaun, saking antusiasnya ia pun ingin tampil oke punya saat berada disana.
Saat akan memasuki sebuah toko pakaian wanita, Lala terdiam saat melihat Cleo berjalan santai keluar dari toko pakaian wanita sambil mengandeng lengan Jerry. Keduanya berjalan santai dengan wajah datar. Lala memerhatikan hingga keduanya hilang dari pandangan.
"Ada hubungan apa mereka berdua ? Apa jangan-jangan ..... !" Lala menggelengkan kepala atas gumamannya sendiri. Memutuskan segera mencari dress kemudian pulang.
Cukup lama berkeliling karena mencocokkan satu gaun dengan gaun lainnya entah warna, potongan dan juga panjang menjadi pemikiran keras Lala.
'Ya ampun itu cantik tapi terlalu terbuka' Lala menatap gaun putih pendek dengan belahan dada rendah. Tidak.
'Wow yang lavender oke' Lala mendekat memerhatikan gaun sebatas lutut tanpa lengan itu modelnya sangat anggun, memutuskan membeli saat mata Lala ingin keluar saat melihat enam angka nol berjejer cantik pada harga gaun itu. Lala menoleh kesana kemari sperti maling kemudian sesegera menghindar dari gaun itu.
'Wow, itu yang warna hitam oke juga' Lala mendekat, gaun lengan panjang diatas lutut itu memberikan kesan seksi bila dipakai. Namun lagi Lala melotot menatap harga yang tak sesuai kantongnya itu.
Berjalan mengitari satu gaun ke gaun lagi, sampai pandangan Lala tertuju pada sebuah gaun warna merah maroon dengan motif abstrak, gaun itu selutut tanpa lengan dengan bahan yang halus, terdapat dua tali mengitari pinggang. Tatapan Lala tak lepas menatapnya, mengintip harganya menghela nafas meski masih tinggi namun masih bisa ia jangkau.
Memutuskan membeli seketika membuat dompetnya kempes tapi ia puas dan senang juga mendapatkan gaun ini. Dipeluknya paperbag dengan perasaan bahagia disertai tatapan aneh karyawan toko dan pengunjung lain tapi Lala tak peduli.
Melirik jam tangannya, ternyata sudah maghrib, Lala memutuskan menuju lantai mall dimana disediakan tempat sholat beserta mukena dan sarung sehingga pengunjung bisa beribadah dengan tenang. Setelah selesai Lala memutuskan pulang.
Namun belum juga Lala jauh melangkah, Lala melotot. Disebuah tempat makan tak jauh dari tempat ia berdiri ia melihat Jerry lagi namun kali ini dia bersama Tiwi. Ekspresi Jerry kali ini lebih lepas tertawa. Jerry terlihat memperlakukan Tiwi selayaknya tuan putri membuat Lala melongo.
'Buaya buntung' pikir Lala. Lala berjalan pelan sangat hati-hati, menutup wajahnya dengan masker agar Jerry tak mengenalinya. Lala duduk persis dibelakang Tiwi hingga mudah mendengar pembicaraannya.
Salah seorang pelayan mendekat dan menawarkan menu, Lala menunjuk makanan dan minuman tanpa mengeluarkan suara khawatir Tiwi menyadari keberadaannya. Pelayan itu menatap bingung dan Lala memberi kode seolah tenggorokannya sakit dan pelayan itu pun mengangguk dan pergi.
"Aku suka liat kamu senyum, makin terlihat cantik !" Suara gombalan Jerry terdengar membuat Lala melengos.
'gak tau aja dia tu nenek gayung suka ngomel ' Lala menahan tawa mengingat tingkah Tiwi jika ada pekerjaan tidak sesuai keinginannya dia akan mengomel panjang kali lebar hingga ruangan Evan, Tiwi baru berhenti ngomel jika Evan mulai memelototinya.
"Nggak kok kak, biasa aja. Kakak tu yang ganteng banget kalau senyum !" Lala menganga mendengar suara lembut manja Tiwi membuatnya merinding.
"Oh ya Wi, itu Evan dan istrinya akur nggak ?" Pertanyaan itu membuat mata Lala membola.
"Mereka akur banget kak, Cleo biasa kalau datang kekantor pasti langsung nempel, trus gak ragu-ragu cium kak Evan didepan bawahannya. Hehehe !" Tiwi menjawab santai.
"Hmm.. brarti mereka saling mencintai yah. Bagus kalau begitu, lebih mudah jadinya !" Lala semakin bingung dengan maksud perkataan Jerry.
Pesanan Lala datang, setelah mengucapkan terima kasih dengan cara mengatupkan kedua tangan didepan dada yang diangguki pelayan tadi, Lala menikmati makannya dengan tenang serta telinganya yang mode on.
"Mereka kemarin dijodohkan, tapi sekarang kayaknya mereka saling suka. Soalnya mereka gak pernah berantem trus kalau ketemu Cleo slalu nempel sama kak Evan !" Jelas Tiwi, gadis itu tidak sadar dengan sinyal aneh dari setiap pertanyaan Jerry.
"Begitu yah, aku jadi semangat dengarnya. Berarti gampang !" Jerry tersenyum miring.
"Maksudnya bagaimana kak ?" Tiwi loading juga.
"Eh bukan maksudnya aku juga berharap bisa mendapat pasangan yang gak suka berantem dan pastinya sayang sama aku !" Suara Jerry kembali ke mode gombal membuat Tiwi tersipu.
'Hueks, dasar Buaya buntung' Lala melengos.
Tiwi terdengar pamit ke toilet, Lala segera menelungkupkan wajahnya di meja menggeser piringnya yang telah kosong.
Hening tercipta, hanya terdengar suara dari pengunjung lain sampai handphone Jerry berbunyi.
"Halo kak !" Sapanya.
"Kakak tenang aja, aku akan jaga Cleo dan sekarang aku banyak dapat informasi tentang keluarga mereka !"
"Tapi kak, apa yang akan lakuin ke Cleo ? Kakak tidak akan menyakiti dia kan ? aku gak mau kakak kenapa-napa " Terdengar nada khawatir Jerry.
"Iya kak, aku ada dipihak kakak. Aku pasti bantu kakak. Oke kak !" Jerry mematikan telepon. Mendengar itu kecurigaan Lala semakin tinggi.
'Siapa kakak yang disebut Jerry ? Apa Michael ?' Lala membatin.
'Ada apa gerangan ?' Pikirnya kalut antara Jerry, Tiwi, Evan dan Cleo.
Tak lama Tiwi kembali membuat Lala memutuskan pergi dari sana sebelum dua orang itu tau kalau sejak tadi dia menguping.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Fafa
waalaikumsalam..
salam kenal..
2021-08-14
1