Rizky mengunjungi tuan Robby saat jam pulang kantor, setelah sempat memberi kabar Rizky langsung mendatangi rumahnya. Kediaman itu terlihat sepi. Pembantu disana menyarankan Rizky kesamping rumah.
"Assalamualaikum tuan !" Sapa Rizky saat melihat pria tua itu sedang duduk santai disamping kolam ikan hias miliknya.
"Waalaikumsalam. Oh Ky.. sudah datang, sini duduk !" Sambut tuan Robby menunjuk kursi panjang didekatnya.
Tuan Robby memanggil pembantunya, memintanya untuk membawakan teh.
"Nyonya besar belum kembali dari Amerika ?" Tanya Rizky basa basi.
"Belum, mungkin besok. Kenapa ? Kamu ingin titip oleh-oleh ?" Canda tuan Robby. Keduanya tertawa dan berhenti saat pembantu tuan Robby datang menghidangkan teh dan kue untuk keduanya.
"Ayo Ky dinikmati !" Ucap tuan Robby seraya meraih cangkir tehnya.
"Terima kasih tuan !" Rizky melakukan hal yang sama. Keduanya terdiam sejenak menikmati hidangan.
"Jadi begini tuan, saya ingin bertanya apakah tuan memiliki rekan bisnis bernama Dharmawangsa ?" Tanya Rizky membuat wajah tuan Robby terkejut.
"Darimana kamu dengar tentang nama itu Ky ?" Tuan Robby malah bertanya.
"Sepertinya keluarga Dharmawangsa ingin mengusik tuan Evan. Maka saya sedang menyelidiki motif apa melatar belakangi "dia" ingin menganggu perusahaan dan tuan Evan !" Jelas Rizky. Wajah tuan Robby seketika gusar. Ia gelisah sesekali mengusap wajahnya.
"Tuan.....!" Rizky tidak sabar menunggu apa yang akan dikatakan tuan Robby.
Tuan Robby menatap Rizky lama menimbang-nimbang apakah ia harus menceritakan ini kepada asisten anaknya.
"Namanya Arif Dharmawangsa. Kami bersahabat sejak dibangku kuliah. Saya, Kevin dan Arif. Sampai bekerja kami masih sering bertemu duduk bersama sambil bercanda. Dalam bisnis kami biasa saling membantu, saling support dan berusaha ada disaat salah satu dari kami ada masalah. Namun suatu hari.............!" Tuan Kevin akhirnya memilih menceritakan pada Rizky yang notabe orang kepercayaannya juga Evan.
Rizky mendengar cerita tuan Robby tanpa memotong pembicaraannya. Dia pun terkejut mendengar cerita tuan Robby. Berusaha mengaitkan dengan hasil laporan yang ia terima. Otak Rizky merangkai setiap fakta-fakta yang dia temukan.
"Mungkinkah ?"
"Apakah Evan dalam bahaya ?" Tanya tuan Robby.
"Oh tidak tuan, dia yang saya maksud belum melakukan apa-apa. Hanya saja saya merasa dia akan segera menganggu dan sebelum itu terjadi maka saya akan lebih dulu melindungi Evan dan perusahaan !" Ucapan tegas Rizky membuat tuan Robby tersenyum lebar.
"Maka dari itu saya mencari tau dia dahulu untuk tau selanjutnya langkah apa yang akan saya ambil !" Lanjut Rizky membuat tuan Robby kembali bangga.
"Apa kamu butuh sesuatu Ky ? yang bisa membantumu melindungi perusahaan dan Evan ?" Tawar tuan Robby.
"Tidak tuan, kami baik-baik saja !" Rizky tersenyum kepada tuan Robby.
"Baiklah, jika kamu butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan minta padaku. Bagaimanapun kamu sudah kuanggap anak !"
"Terima Kasih tuan !" Rizky terharu.
Bryan sudah berada didekat rumah orang tua cleo. Memarkirkan mobilnya ditempat yang agak jauh agak gelap dan dengan memperhatikan sekeliling dia mendekat disamping rumah itu. Saat Cleo meneleponnya dan hanya minta jemput maka sekarang Bryan berada disini.
Bryan menatap rumah mewah itu dengan perasaan berkecamuk. Ingin sekali dia melempar bom pada rumah itu hingga hancur tak bersisa dan jika ikut membunuh penghuni didalamnya justru lebih bagus lagi.
"Halo Cle, aku sudah berada disamping rumahmu !" Ucap Bryan menelepon Cleo.
Tak lama, terlihat Cleo muncul dari pintu samping dan mengendap-endap sambil memerhatikan sekeliling memastikan tidak ada yang melihatnya, ia berjalan cepat menuju Bryan. Wanita itu langsung memeluk Bryan, menumpahkan air matanya di dada bidang pria itu.
"Bawa aku pergi dari sini !" Pintanya.
Meski masih bingung, Bryan tetap mengiyakan membawa Cleo dengan langkah cepat menuju mobilnya dan mengendarai dengan kecepatan tinggi.
Bryan membawa Cleo menuju sebuah apartemen.
"Ini tempat siapa ?" Tanyanya melihat bangunan itu.
"Tempatku, ayo turun !" Bryan turun lebih dulu memutar mobil dan membuka pintu untuk Cleo namun gadis itu bergeming.
"Aku janji gak akan macam-macam. Oke. Ayo turun !" Bryan paham akan kegundahan Cleo. Mendengar itu Cleo akhirnya ikut turun dan menuju sebuah kamar dilantai 7.
"Ada apa ?" Tanya Bryan saat mereka telah berada didalam apartemen. Netranya menangkap wajah Cleo yang sedikit bengkak. Gadis itu memakai baju coklat lengan panjang dan celana kain hitam panjang membuat Bryan tidak bisa melihat lukanya yang lain.
"Papa pukul aku !" Ucap Cleo menunduk. Bryan terdiam karna ia tahu apa penyebabnya.
"Lalu kamu minta bertemu untuk apa ?" Tanya Bryan datar membuat Cleo langsung menatapnya heran.
"Aku mau hidup denganmu say, aku mau ikut denganmu. Bisa kamu bawa aku pergi !" Cleo menggenggam sebelah tangan Bryan menatap pria itu penuh harap.
"Maksudnya bagaimana Cle ? Tolong bicara yang jelas !" Kata Bryan.
"Aku dan Evan udah sepakat untuk pisah. Aku akan cari waktu yang tepat buat urus semuanya. Jadi kita bisa sama-sama. Aku pikir aku bisa jelaskan ke papa tapi ternyata papa tidak akan pernah merestui kita ?" Jelas Cleo.
"Tunggu, kamu dan Evan sepakat pisah ? Kok bisa ?"
"Aku udah jujur sama dia tentang kita dan dia bisa terima. Dia juga setuju pisah makanya ayo kita pergi aja. Kita bisa kawin lari !"
Bryan melotot mendengar rencana Cleo. Pria itu melepaskan tangannya dan berjalan menuju jendela menatap langit hitam dengan pikiran yang kini kacau. Ia mengacak rambutnya frustasi.
Kalau mereka bercerai artinya tidak ada gunanya ia mendekati Cleo jika semudah ini. Berarti Evan tidak mencintai Cleo. Yang Bryan inginkan adalah pria itu kacau saat tau penyelewengan istrinya. Tapi sekarang hal tak terduga terjadi.
"Sayang !"
"Kenapa kamu ambil keputusan tanpa konsultasi dulu denganku Cle ?" Tanya Bryan ketus, marah pada wanita itu. Cleo terhenyak.
"Aku mau hubungan kita baik-baik aja. Aku gak mau kita sembunyi-sembunyi seperti ini !"
"Huh, tapi aku maunya Evan tau trus dia marah trus dia hancur. AKU MAU SEPERTI ITU !" Bryan berteriak membuat Cleo terjengkit kaget.
"Maksudmu apa say ?" Tanya Cleo pelan. Bryan menatap wanita itu nyalang.
"Aku sangat ingin menghancurkan Evan, kalau dia sudah hancur trus aku akan hancurin perusahaannya dan kemudian aku menghancurkan orang tuanya, keluarganya, semuanya yang berhubungan dengan dia !" Bryan melepas topengnya memperlihatkan dirinya yang sesungguhnya.
"Dan aku hanya menggunakanmu sebagai alat untuk mewujudkan semua itu tapi ternyata sekarang kau sudah tidak berguna !" Mata Bryan memerah.
"Menikah ? Kita ? Tidak akan. Karna kamu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku mau lihat keluarga Setyawan hancur tak bersisa !"
Cleo terperangah amat sangat, tidak percaya dengan apa yang baru saja Bryan katakan. Hatinya bagai diiris sembilu, sakit sungguh sakit. Dia yang tadinya rela meninggalkan keluarganya demi pria ini yang ternyata tidak mencintainya.
"Jadi selama ini kamu bohong sama aku. Semua yang kamu bilang itu bukan dari hati kamu ?" Tanya Cleo, hatinya terasa sesak menerima kenyataan ini.
"Iya, aku dekati kamu karna aku mau menghancurkan keluarga Evan dan aku tidak punya perasaan apapun padamu !" Saut Bryan enteng.
"Dan keluarga Pramana !" Lanjut Bryan membuat Cleo mengangga.
"Maksudmu ?" Cleo bertanya gugup.
"Papamu adalah target yang juga harus kuhancurkan !" Bryan menatap Cleo dengan pandangan aneh.
"Benar juga, kalau aku tidak bisa menggunakanmu untuk menghancurkan Evan maka aku bisa menggunakan untuk menghancurkan ayahmu sendiri !" Bryan menyeringai.
Cleo terperanjat, tidak menyangka Bryan seperti ini.
"Apa salah papaku dan apa salah keluarga mertuaku ke kamu ? Sampai kamu sejahat ini ?" Tanya Cleo.
"Kamu gak perlu tau, yang jelas aku tidak akan pernah memaafkan mereka !" Bryan berjalan mendekat kearah Cleo bersamaan gadis itu mundur dengan tubuh gemetar. Tatapan Bryan sungguh menakutkan. Cleo seperti tidak mengenali pria yang sekarang mendekat kearahnya. Saat Bryan sudah berdiri didepannya hendak menyentuh tangannya, secepat kilat Cleo menampar Bryan dan berlari kearah pintu.
Namun Bryan lebih cepat, sebelum tangan Cleo meraih knop pintu, Bryan sudah meraih pinggangnya dan memeluknya erat menyeretnya ke sebuah kamar.
Setelah mendorong Cleo masuk hingga terjatuh dilantai, dengan cepat Bryan menutup pintu dan menguncinya. Mengabaikan teriakan Cleo serta gedoran dipintu. Diraihnya tas Cleo yang masih utuh dompet dan HP-nya didalam kemudian menyimpannya disebuah laci meja televisi.
Menatap pintu yang tertutup rapat itu kemudian Bryan memutuskan pergi dari apartemen itu meninggalkan Cleo yang jatuh terduduk menangisi nasibnya. Penyesalan kini dia rasakan. Menyesal karena tidak mendengarkan nasehat orang tuanya. Menyesal mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Apalagi kini secara tidak langsung ia juga sudah kehilangan suaminya, Evan telah setuju berpisah. Mengingat itu Cleo menangis deras.
"Papa !" Lirihnya.
Bryan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan mengerem mendadak disebuah persimpangan jalan dekat pantai, ia keluar dari mobil dan berteriak keras meluapkan emosinya. Rencananya kacau gara-gara Cleo. Ia berjalan bolak balik dengan wajah mengeras, memikirkan apa yang akan dilakukannya pada Cleo.
"Sialan !" Teriaknya emosi.
-----
Dikantor, setelah makan siang semua orang kembali ke pekerjaannya masing-masing, terutama Rizky, ia langsung menyalakan laptopnya dan membuka email dari orang kepercayaannya. Mencoba mengkaitkan dengan cerita dari tuan Robby. Rizky berpikir keras, satu persatu puzzle sudah terpasang tinggal mencari puzzle lain untuk menyempurnakan gambaran.
Tok.. tok.. tok..
Rizky mendongak saat ruangannya terbuka, Lala masuk dan langsung duduk didepan Rizky.
"Tau gak Ky, sepertinya Tiwi dan Jerry tu pacaran !" Ucap Lala to the point.
"Jerry siapa ?" Tanya Rizky.
"Itu sepupunya Michael Sansgroup. Aku pernah lihat mereka makan di mall. Mesra deh, kayaknya mereka pacaran !" Ucap Lala.
"Oh ya !" Sahut Rizky datar karna menurutnya hal itu biasa aja.
"Tapi.......!" Lala ragu melanjutkan apakah tepat memberi tahu Rizky atau tidak.
"Tapi apa ?"
"Kayaknya Jerry dekat juga deh sama Cleo. Bukan berarti mereka pacaran cuma dekat soalnya aku lihat mereka dihari yang sama. Setelah jalan sama Cleo Jerry jalan sama Tiwi. Menurutmu gimana itu ?" Lala menatap lekat Rizky yang terdiam dengan kening berkerut.
Belum Rizky menjawab terdengar suara Evan mencari Lala. Gadis itu segera keluar dan menemui Evan.
Mendengar ucapan Lala barusan, sepertinya Rizky bisa menyimpulkan semua ini. Jari jemarinya menari diatas keyboard laptopnya menulis dengan tepat apa yang dipikirkannya
Malam harinya, hanya tersisa Evan dan Rizky diruangan direktur. Rizky menahan Evan untuk tinggal agar bisa memberitahukan temuannya.
"Bryan Adijaya atau Bryan Fahri Collins yang terdaftar dikartu keluarga Prana Collins yang dimana nama sebenarnya adalah Bryan Fahri Dharmawangsa. Anak pertama dari dua bersaudara ini lahir dari ayah bernama Arif Dharmawangsa dan Ibu Anastasia Collins. Adiknya bernama Jerry Farez Dharmawangsa !" Evan melongo mendengar ucapan Rizky yang mirip akta kelahiran itu.
"Bryan Fahri Dharmawangsa adalah CEO dari Angrace.group, perusahaan mereka bergerak dibidang bahan bakar yang berada di negara P. Dia kakak kandung Jerry, dimana selalu membantunya bahkan jika berurusan dengan nona Cleo dan sepupu dari Michael Collins CEO Sansgroup !"
"Bryan berhasil mendekati nona Cleo dan sepertinya hubungan mereka lebih dekat !"
"Aku sudah tau jika Cleo dekat dengan Bryan. Cleo sudah jujur padaku. Kami memutuskan berpisah baik-baik !" Evan menghela nafas sedangkan Rizky mematung seketika.
"Maksudnya bagaimana ? Anda dan nona Cleo berpisah agar nona Cleo bisa bersama Bryan ?" Tanya Rizky memastikan.
"Benar !"
Rizky terhenyak, apa itu artinya tidak kesempatan untuknya ? Harus merelakan Cleo bersama Bryan ? Oh tidak bisa. Rizky tidak akan mengalah semudah itu.
"Maaf bos, tapi sepertinya Bryan mendekati nona Cleo bukan karna cinta tapi sesuatu yang lain !" Ucap Rizky.
"Maksudmu Ky ?
"Bryan punya rencana lain !"
"Hah ? Rencana apa ?"
"Itulah yang masih jadi pertanyaan, sepertinya dia mendekati nona Cleo karena ada maksud lain. Karena bagaimana mungkin seorang pebisnis sukses dan tampan serta populer seperti Bryan tertarik pada istri orang jika bukan karna ada maksud tertentu !" Rizky berasumsi.
Rizky pun kemudian menceritakan apa yang ia dengar dari tuan Robby.
"Arif Dharmawangsa adalah sahabat dari tuan Robby dan tuan Kevin. Mereka sudah bersahabat sejak lama namun suatu hari tuan Arif berkhianat dengan menggelapkan uang kedua sahabatnya dan kabur !"
Memang jumlah uang sangat besar namun tidak sebanding dengan persahabatan mereka, jika saja tuan Arif bersedia jujur maka bisa dipastikan tuan Robby dan tuan Kevin akan merelakan uang itu tapi malah tuan Arif justru memilih kabur.
"Suatu hari tuan Arif kembali, ternyata dia sudah menikah dan memiliki 2 orang putra. Dan kembalinya dia dikarenakan bisnis yang dirintisnya nyaris bangkrut bahkan dia berhutang pada mafia dan saat itu tuan Robby dan tuan Kevin angkat tangan tak lagi ingin membantu membuat tuan Arif depresi, ancaman akan kebangkrutannya didepan mata juga tak ada satupun yang bisa menolong, ia pun bunuh diri bersama istrinya !"
"Angrace.group adalah perusahaan tuan Arif yang nyaris bangkrut namun Dibawah kerja keras Bryan dan bantuan dari tuan Prana, Perusahaan mereka berkembang pesat dan menjadi salah satu penghasil bahan bakar terbesar dan diekspor ke banyak negara.
"Apalagi sepertinya Tiwi menjalin hubungan dengan Jerry !" Tambah Rizky. Evan melongo kemudian tertawa.
"Hah ? Gak akan tenang aja, Tiwi tu rencananya mau dijodohkan dengan anak sahabat papanya. Jadi dia gak akan bertahan lama sama Jerry !" Evan masih tertawa, Rizky mengangkat kedua bahunya.
"Tapi Ky, untuk jaga - jaga tolong kamu sewa orang untuk menjaga dari jauh. Aku jadi khawatir dengan dia !" Ucap Evan.
"Baik bos, saya akan memerintahkan seseorang untuk menjaga Tiwi !"
"Kita juga harus menceritakan kepada nona Cleo bos !" Saran Rizky.
"Ponselnya tidak aktif, lagipula dia ada dirumah orang tuanya. Aku rasa dia aman !" Ucap Evan, Rizky mangut-mangut.
Rizky mencoba menelepon anak buahnya serta detective yang ditugaskan untuk menyelidiki Bryan, meminta mereka berdua untuk menghentikan penyelidikan mereka pada Bryan sebab dia sudah tau jawabannya.
Namun alis Rizky berkerut saat nomor keduanya kompak tidak aktif. Rizky menghela nafas dan memutuskan mengirim pesan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments