Leon begitu bahagia. Sepertinya cita-citanya menyatukan kedua orang tuanya akan berhasil. Samuel, ayah kandungnya sepertinya menyukai ibunya.
Hal ini membuatnya semakin giat untuk berlatih. Ia semakin berambisi untuk memenangkan kompetisi ini. "Ayahku tak perlu mengetahui bahwa aku adalah anaknya. Aku hanya perlu menyatukan mereka untuk mendapatkan cinta kedua orang tuaku secara utuh. Tapi bagaimana cara menyatukan mereka?"
"Seandainya tak ada Pak Ray mungkinkah mami menerima ayahku kembali? Tapi Pak Ray juga pria baik." Berbagai pikiran menari di kepalanya. "Tidak. aku tetap akan menyatukan mami dan daddy-ku."
"Kau melamun!" Suara bariton itu mengejutkannya.
Leon mengamati wajah pria yang menyapanya. "Berlatihlah. Berusahalah, keluarkan seluruh kemampuanmu besok. Semua mata akan tertuju padamu. Ini adalah sebuah kesempatan emas.
Leon tersenyum, "Tentu saja. Apakah mami akan datang pada malam grand final?" Bocah kecil itu menatapnya penuh harap.
"Apa kau ingin mengirimkan undangan padanya secara langsung?" sahut Samuel yang disambut oleh anggukan tegas dari Leon.
"Tentu saja. Aku akan mengirimnya sendiri besok. Akan aku pastikan, ibumu datang." Janjinya pada bocah di depannya. "Sekarang aku ingin mendengar kemajuan latihanmu hari ini."
Bocah kecil itu dengan patuhnya mengeluarkan biolanya kembali dari hardcasenya. Ia meletakkan badan biolanya ke pundaknya dan mulai menggesekkan busurnya, mengeluarkan melodi yang lembut yang indah.
Dia berkembang dengan pesat. Emosi dalam lagu dapat tersampaikan dengan jelas. Samuel mendengarkan permainan biola sang bocah hingga akhir dan memberikan tepuk tangan sebagai apresiasinya.
"Ibumu pasti akan sangat bangga padamu." Pria itu menepuk pundaknya sebelum meninggalkannya.
"Yah, aku berharap kau juga bangga padaku," katanya dalam hati.
*****
Malam itu sangat cerah, hiruk pikuk jalanan kota yang padat. Terutama di seputar jalanan menuju gedung kompetisi.
Para penonton memadati tribun. Semua ingin melihat acara grand final kompetisi bakat bergengsi ini. Beberapa lampu sorot bergerak bebas, menyorot seisi ruang gedung yang luas itu.
Di balik panggung, para peserta kompetisi telah bersiap-siap untuk memberikan aksi terbaik mereka. Tak terkecuali si kecil Leon. Ia telah berkonsentrasi, menenangkan dirinya dan berusaha fokus dalam tujuannya. Ia harus memenangkan kompetisi ini.
Tak berapa lama kemudian, suasana menjadi sangat hening. Kemudian terdengar lagu pembuka acara, yang menampilkan kehadiran para juri di meja mereka masing-masing.
Gemuruh tepuk tangan dari para penonton yang hadir. Saat sang pembawa acara mulai membuka kompetisi dengan memanggil nama salah satu finalis. Seorang wanita muda tampil dengan penampilan glamour dan penuh percaya diri.
Wanita itu mulai menyanyikan lagu dengan suara lantang dan menjiwai. Ia bahkan menyanyikan not-not tingginya dengan sempurna dan improvisasi yang cemerlang.
"Selina. Penampilan luar biasa hari ini." Sang pembawa acara memuji penampilan wanita itu. Demikian pula ketiga juri.
Semua finalis mulai menampakkan kegugupannya. Mereka mulai ragu akan kemampuan mereka. Dapatkah ia menyaingi peserta yang telah tampil?
Leon duduk, bersila di lantai beralas karpet warna merah itu. Tangannya di letakkan di atas kedua pahanya. Matanya terpejam dengan dada membusung.
Ia bermeditasi di tengah keramaian, ia berusaha menenangkan diri ditengah kepanikan para peserta yang lain.
Sang pembawa acara kembali memanggil seorang peserta lainnya. Kali ini seorang pria muda yang tampan, ia membawa sebuah gitar di tangannya. Senyum ramah menghias wajahnya menghadirkan gemuruh sorak dari penggemar wanita di atas tribun.
Suara lembut keluar dari bibirnya, sementara jari-jari tangannya memetik senar gitarnya dengan lincah. Suatu permainan acoustic yang luar biasa. Bahkan dengan penampilan sederhana yang dikenakannya, ia dapat meraih perhatian sejumlah penonton di tribun.
Gemuruh tepuk tangan terdengar di seluruh area gedung setelah lagu yang dimainkannya berakhir. Pemuda itu tersenyum, sepasang lesung pipi yang menghias wajahnya membuat para penggemarnya berteriak semakin histeris.
Penampilan kedua yang juga berhasil memukau para penonton kompetisi membuat nyali peserta selanjutnya mulai menyusut.
Peserta ketiga terlihat gugup ketika namanya dipanggil. Ia tersenyum kecut ketika mulai melangkahkan kakinya keluar dari belakang panggung.
Ia merasa kalah sebelum bertanding melhat para peserta sebelumnya. Sehingga melakukan kesalahan pada nada tinggi lagu yang dibawakannya. Para juri menghela napas. Mereka menunjukkan ekspresi kekecewaan mereka.
Dan tak perlu dijelaskan lagi, para juri mengkritiknya. Benar-benar kasihan. Gadis itu menunduk malu, walaupun tak sedikit penggemarnya bersorak memberinya semangat.
Tak lama kemudian, pembawa acara itu memanggil Leon. Bocah kecil itu membuka matanya. Tidak ada sedikitpun kegugupan di wajahnya. Dengan tenang ia berjalan membawa biola dan bow di tangannya. Ia membungkuk hormat kepada para juri dan ke arah tribun penonton.
Tampak di barisan terdepan, Lia melambaikan tangannya. Di sebelahnya duduk Pak Ray yang bertepuk tangan memberinya semangat.
Tak lama kemudian suasana menjadi hening. Sangat hening. Dan bocah kecil itu mulai mengangkat biolanya, menggesekkan bow nya secara perlahan, mengalunkan sebuah melodi indah ke seluruh ruangan. Sebuah melodi yang benar-benar membuat seisi gedung takjub dan merinding dibuatnya. Bocah kecil itu menggesek biolanya dengan penuh penghayatan.
Bahkan seorang juri menitikkan air mata. Dia membawakan nada-nadanya dengan penuh emosional. Semua seakan mematung, tak bergerak dari posisinya mendengar permainan biola sang bocah kecil. Permainan yang biasanya berupa lagu-lagu ceria yang membuatnya bermain dengan gerakan tari yang energic, kini dibawakan dengan penuh emosional.
Notasi tinggi dibawakan tanpa sedikit pun kesalahan bahkan semua improvisasinya melebihi kualitas asli lagu itu. Hingga lagu itu selesai dimainkannya dan Leon menurunkan biolanya, seisi gedung tak bersuara.
Kesunyian dipecahkan oleh tepukan tangan dari Samuel yang berdiri dari kursinya.
"Kau tampak begitu sedih, Leonard. Bukan hanya lagu yang kau mainkan saja. 'My Heart Will Go On'. Rasanya hatiku benar-benar akan lenyap saat kau memainkan musikmu." Miss Erry mengusap air matanya.
🌹🌹🌹🌹🌹
Hai semuanya--
Kali ini Chocoberry bikin karya baru dan karya ini aku ikutkan pada lomba anak geniusnya Noveltoon.
Khas tulisan Choco ya... uwu dan bikin baper, tapi ringan ga bikin masalah hidup yang udah berat semakin berat. Ehem...
Ikutin terus dan jangan lupa tap ❤ - klik 👍 and vote. Eh dan jangan lupa tinggalkan jejak komen kalian ya... Komentar kalian adalah motivasi untukku.
사랑 해요
salang haeyo 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
sukaaak sama ceritanya 🤩🤩🤩
Belum pernah baca novel yg critanya begini 🤩🤩
2021-10-06
4
Aqiyu
19......
2021-09-29
1
Umi Ningsih Mujung
❤️❤️
2021-09-17
1