"Mami."
"Ya sayang," jawab Lia saat mengantar Leon berangkat ke sekolahnya.
"Leon sudah cukup besar. Maukah mami menceritakan tentang ayah Leon? Siapa dia? Apakah dia pria baik? Mengapa dia tidak tinggal bersama kita?"
Lia menghela napas. Pertanyaan yang benar-benar ditakutinya telah muncul. Tentu saja Lia tahu, Leon telah menyimpan pertanyaan sejenis ini sangat lama hanya untuk menjaga perasaannya.
Selama ini dia selalu bisa menghindar menjawab dengan berbagai macam cara.
Lia tersenyum, "Sayang, apa mama perlu menceritakan seperti apa ayahmu?"
Leon mengangguk. "Leon benar-benar menunggu mami menceritakan tentang ayah Leon. Sudah lama Leon ingin tahu seperti apa ayah Leon."
"Turunlah Leon. Sekarang bukan saat yang tepat," kata Lia. "kau akan terlambat masuk kelas jika mendengar cerita mami."
Dengan patuhnya bocah kecil itu membuka pintu mobil dan turun.
"Bye mami, see you," katanya sambil melambaikan tangannya.
Bocah kecil itu berjalan menyusuri lorong sekolah barunya. Ia harus mencari ruang kepala sekolah. Beberapa siswa menatapnya dengan heran. Ya, tentu saja mereka heran. Leon terlihat asing bagi mereka dan tanpa seragam.
Seorang guru pria yang berpapasan dengannya, menyapanya. "Hai-- apa kau siswa pertukaran itu?"
"Benar, Sir. Saya sedang mencari ruang kepala sekolah," jawab Leon.
"Panggil aku Pak Ray. Aku guru kesiswaan di sini," kata pria itu dengan senyum lembutnya. "mari aku tunjukkan tempatnya."
Leon mengikutinya dari belakang hingga sampai ke satu ruang di ujung lorong sebelum sebuah tangga naik ke lantai dua.
Pak Ray mengetuk pintu sebelum memutar kenopnya. Seorang wanita setengah baya menatap Leon dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Kau sudah tiba, Leon. Duduklah Leon. Dan Ray, terima kasih. Kau boleh meninggalkan kami," wanita itu menunjuk sebuah sofa panjang di samping tempat aku berdiri.
"Jadi, ceritakan alasanmu mengajukan diri sebagai peserta pertukaran pelajar, Leon," kata sang kepala sekolah tanpa berbasa-basi. Ia berjalan menuju sofa tempat Leon duduk.
"Saya ingin mengetahui tempat kelahiran orang tua saya, Mrs--"
"Tina," jawabnya. "hampir tidak mungkin bagi seorang pelajar yang masih seusiamu untuk mengikuti pertukaran. Apa kiranya yang membuatmu lolos dalam seleksi."
Bocah kecil itu tersenyum. "Kau akan segera mengetahuinya, Mrs. Tina."
"Baiklah. Aku akan bersabar untuk melihat alasanmu lolos dalam seleksi pertukaran yang terbilang cukup ketat dalam sekolahmu."
"Bolehkah aku bergabung dalam kelasku sekarang?"
"Mari," kata wanita itu. Ia berdiri dan berjalan keluar ruangannya menyusuri lorong sekolah. Leon mengikutinya dari belakang.
Mrs. Tina berhenti di depan sebuah kelas. Dia mengetuk pintunya sebelum memutar kenopnya. Suasana kelas menjadi sepi ketika wanita itu melangkah masuk.
"Anak-anak. Kalian mempunyai seorang teman baru. Ia adalah siswa dari sekolah St. Mary Singapore. Saya harap kalian dapat berteman baik dengannya."
"Baiklah, saya serahkan selanjutnya padamu, Miss Nadya." Mrs. Tina mengangguk pada seorang guru muda di sebelahnya. Setelah itu ia keluar dari kelas.
"Perkenalkan dirimu pada semua teman-temanmu." Suara ibu guru cantik itu terdengar seiring pintu kelas yang tertutup.
"Hai, namaku Leonard Savero. Umurku 7 tahun. Aku suka mathematic and music. Senang bertemu dengan kalian," kata Leonard.
Beberapa anak tersenyum. Leonard mempunyai wajah ceria. Ia mudah mencari teman baru dan beradaptasi dengan lingkungan barunya.
"Duduklah Leon," perintah Miss Nadya.
🌹🌹🌹🌹🌹
"Kita semua mempunyai keluarga, bukan. Jadi ibu guru harap, kalian bisa membuat suatu pohon keluarga. Tuliskan nama orang tua kalian dibagian atas. Lalu nama kalian dan saudara kandung kalian di bagian bawahnya," kata Bu Nadya menutup pelajaran hari itu. "dan besok ibu harap kalian bisa melakukan presentasi singkat tentang keluarga kalian. Cukup untuk pelajaran hari ini."
Ah-- lagi-lagi tentang keluarga. Bahkan aku tak mengenal siapa ayahku, siapa kakek dan nenekku. Apa aku harus menulis Grany Diane, Mami dan aku secara vertikal.
Bocah itu dengan kebingungan memikirkan bagaimana ia harus menyelesaikan tugas yang seharusnya sangat mudah ini.
^^^Apakah mami akan memberitahuku tentang siapa ayahku? Apa sebenarnya yang disembunyikannya? Apakah ayahku bukan pria baik-baik sehingga mami menghindarinya, bahkan menyembunyikannya dariku?^^^
^^^Ah-- mami. Kenapa misterius sekali. Bukankah aku berhak mengetahui siapa ayahku? Mengapa sangat sulit untuk mendapatkan hakku?^^^
Terdengar bunyi lonceng, tanda pelajaran telah usai. Leon mengemas peralatan tulisnya dan berjalan keluar dari sekolah.
Lia melambaikan tangannya. Ia menunggu Leon di depan pagar sekolahnya. Dengan senyum cerah, Leon menghampiri ibunya. Tasnya terayun-ayun di punggungnya seiring langkah kecilnya yang lincah.
"Mami," sapanya.
"Bagaimana harimu, sayang?" tanya Lia.
"Luar biasa mom. Aku banyak bertemu teman baru. Mereka sangat berbeda dengan teman-temanku di Singapore," celotehnya. "dan ibu guru wali kelasku. Bu Nadya adalah seorang guru yang cantik. Suaranya sangat lembut."
Lia tersenyum. Ia turut merasa bahagia melihat senyum merekah di wajah putera kesayangannya itu.
"Mami, aku ingin mendengar ceritamu tentang ayah. Bukankah tadi pagi kau berniat untuk menceritakannya?" Bocah itu menagih cerita yang belum sempat didengarnya pagi tadi. "Lagi pula Bu Nadya memberikanku tugas menceritakan keluargaku. Aku tak akan bisa membuatnya jika mami tak memberitahuku tentang ayahku."
Lia menghela napas. Ia tetap fokus pada kemudinya sambil sesekali melirik pada putranya. Leon menatap ibunya penuh harap.
"Kau ingin tahu ayahmu nak?" kata Lia. Perasaannya bercampur aduk. Gelisah tak tahu harus menjawab apa pada bocah kecilnya.
"Yang perlu kau ketahui tentang ayahmu, dia adalah orang yang gagah dan tampan. Dia seorang yang cerdas dan berbakat," kata Lia. "seperti kamu, Leon. Kau adalah putera yang selalu membuat mami bangga."
Terlihat rasa kecewa di raut wajah Leon. Dipalingkannya wajahnya, dan menatap ke luar jendela. Melihat hiruk pikuknya jalanan kota.
^^^Ah-- mungkin mami belum siap untuk mengatakan kebenaran tentang ayah. Aku harus lebih bersabar. Ataukah aku harus mencari tahu dengan caraku. Hmm-- aku harus mencari ayah dengan caraku. Bagaimana caranya agar mami mau menceritakannya padaku.^^^
Lia melirik putranya, ia menangkap rasa kecewa di wajahnya. Pikirannya sangat kacau namun ia berusaha menutupinya dan tetap fokus dengan kemudinya.
^^^"Leon, bagaimana aku harus menceritakan tentang ayahmu? Bahkan ayahmu pun tak tahu siapa ibumu ini, bahkan ia tak pernah tahu akan keberadaanmu, nak. Kau tak perlu tahu tentang cerita masa lalu ibumu yang kelam. Walaupun tanpa ayah, mami akan berusaha untuk membuatmu bahagia."^^^
Tak terasa air mata mengalir dari pelupuk mata Lia. Cepat-cepat ia mengusap pipinya dengan punggung tangannya.
"Mami, apa mami menangis?" suara bocah kecil itu memecah keheningan, menyadarkan Lia dari lamunan dan emosi yang memporak-porandakan hatinya.
"Tidak Leon. Mami tidak apa-apa." Lia mengarahkan lubang AC di depannya ke arah lain sambil tersenyum pada puteranya yang telah menangkap basah dia. "mata mami pedih kena sorotan AC."
🌹🌹🌹🌹🌹
Hai semuanya--
Kali ini Chocoberry bikin karya baru dan karya ini aku ikutkan pada lomba anak geniusnya Noveltoon.
Khas tulisan Choco ya... uwu dan bikin baper, tapi ringan ga bikin masalah hidup yang udah berat semakin berat. Ehem...
Ikutin terus dan jangan lupa tap ❤ - klik 👍 and vote. Eh dan jangan lupa tinggalkan jejak komen kalian ya... Komentar kalian adalah motivasi untukku.
사랑 해요
salang haeyo 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Aqiyu
apa Sam mencari Lia setelah malam itu?
2021-09-29
1
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
Ceritanya menarik, tp sayang cuma satu sudut pandang dr crita Lia saja ... tidak ada crita Samuel nya 😔
2021-09-28
1
R. Yani aja
cerita yang bagus K... mulai suka... aku masukin ke favorit ya, ditunggu kelanjutannya... 👍
2021-08-03
3