Bocilku, I Love You
Samuel Augusto menyesap habis wine di dalam gelasnya. Suasana club malam itu cukup ramai. Ia lebih memilih duduk diujung bar, menyendiri menikmati minumannya.
Hingar bingar suara keras music yang disuguhkan sang DJ cukup membuat kepalanya pusing, tapi pria itu tetap tenang bahkan mengkode sang bartender untuk menambahkan minumannya.
Seorang gadis menabraknya, badannya yang limbung tak mematahkan semangatnya untuk tetap menari di lantai dansa. Tanpa bantuan, gadis itu kembali berdiri dan menatap pria yang ditabraknya.
Samuel tak menggubrisnya. Ia kembali menikmati dan menyesap kembali wine di dalam gelasnya.
"Hei, kamu!" seru gadis itu mengangkat jarinya dan menunjuk ke arah Samuel. "Apa aku mengenalmu?"
Kali ini pria itu menoleh, menatapnya dengan pandangan heran. Di hadapannya berdiri seorang gadis cantik dengan kulitnya yang putih pucat dan rambut ikalnya panjang tergerai.
Gadis itu menatapnya dengan pandangan aneh dan ujung jari-jari tangannya mulai menyentuh kulit Samuel. Jari-jari kecil itu menyentuh hidung, mulut dan turun ke dada Samuel.
"Siapa kamu, apakah aku sedang bertemu seorang malaikat? Kenapa kau terlihat sangat tampan." Gadis itu meraih kedua pipinya lalu mendekatkan bibirnya untuk menciumnya.
"Pergilah, jangan ganggu aku," katanya. Samuel menepis kedua tangan yang memegang pipinya, "Atau kau akan menyesal."
Gadis itu merebut gelas winenya dan meneguk habis semua isinya sekaligus. "Hmm, ini benar-benar enak."
"Ah... kau benar-benar mulai menyebalkan." Samuel terpaksa memesan gelas lain untuk dirinya.
"Kau tahu, malaikatku. Aku sudah menyelesaikan sekolahku. Semua nilaiku bagus. Orangtuaku bangga padaku. Tapi sekarang aku sangat capek. Bisakah kau mengajakku ke surga, sekarang? Aku bahkan sudah tak ingin melihat sebuah buku pelajaran sekalipun." Gadis itu mulai meracau.
"Aku tak akan keberatan jika harus berangkat ke surga bergandengan tangan dengan malaikat tampan sepertimu."
Tiba-tiba gadis itu jatuh tak sadarkan diri. Sepertinya ia telah minum terlalu banyak. Samuel bergerak refleks menahan tubuhnya.
"Daamn!" serunya. "Baiklah. Karena kau yang terus meminta, aku akan menuruti permintaan untuk membawamu."
Cornelia Christa tak pernah menyangka dia akan kehilangan barang paling berharga miliknya malam itu. Bahkan ia memberikannya pada seseorang yang sama sekali tidak ia kenal!
Samuel dengan langkah terhuyung memanggul tubuh gadis itu di pundaknya. Gadis itu masih dalam keadaan tak sadar, rambut panjangnya seperti menari-nari setiap kali langkah sang pria berpindah. Langkahnya terhenti di sebuah pintu kamar dan pia itu segera memutar kenopnya setelah menempelkan kartu dan lampu hijau berkedip seakan mengizinkannya masuk.
Sebuah kamar dengan ranjang berukuran king size berada ditengah ruangan. Sebuah sofa, meja rias dan lemari set berada di sudut-sudut lain dalam ruangan yang terbilang cukup luas itu.
Diletakkannya tubuh sang gadis di atas ranjang. Dia masih dalam keadaan tak sadar. Sesekali bibirnya mencecap, seperti merasakan sesuatu di dalam rongga mulutnya.
Samuel menatap tubuh sang gadis. Kulit putihnya dengan pipi merona kemerahan. Wajahnya yang cantik dengan hidung runcingnya dan bibir yang tipis. Tanpa sadar tangan Samuel mulai menyentuh wajahnya.
Gaunnya yang tersingkap, menyodorkan sepasang paha yang putih menantang. Semuanya membuat Samuel lupa diri apalagi ia sedang dalam pengaruh alkohol. Ah ... menyentuh kulit putih nan halusnya saja dengan segera membangkitkan gairahnya.
Cornelia merasa ada seseorang yang merabanya, ia mulai membuka matanya. "Malaikatku. Kenapa kau begitu tampan. Jangan pernah tinggalkan aku," katanya tanpa sadar. Tangannya meraih leher pria yang berada di hadapannya dan menariknya.
Samuel terkejut dan kehilangan keseimbangan. Tubuhnya jatuh menimpa sang gadis yang kembali menggodanya dengan serangan ciumannya.
"Kau benar-benar gadis nakal dan merepotkan. Baiklah, aku akan memberikan keinginanmu, mengajakmu ke surga," katanya meracau sambil melucuti helai perhelai pakaiannya.
Samuel melihat sebuah tatto lebah di tengkuk gadis itu. "Lebah kecil, kau benar-benar menggangguku," katanya sambil mengecup tatto yang menghiasi tengkuknya.
🌹🌹🌹
Demikian malam berlalu begitu saja. Lia sangat terkejut ketika mendapati dirinya berbaring dengan seorang pria. Dan celakanya, mereka berdua dalam keadaan tak sehelai benang di tubuhnya.
Lia menutup mulutnya. Ia menatap wajah pria yang terbaring di sampingnya. Wajah yang sangat familier. Bahkan Lia melihatnya setiap minggu dalam sebuah acara di televisinya. Samuel Augusto!
Ia mulai menyusun keping-keping puzzle dalam ingatannya. Apa yang dilakukannya dengan pria ini?
Apa yang telah terjadi semalam? Bagaimana bisa dia ada di kamar itu? Kepalanya masih berdenyut. Seperti ada sebuah gendang yang ditabuh dengan kuat di dalamnya.
Dengan perlahan-lahan, Lia turun dari ranjang, mengambil gaunnya dan memakainya sebelum mengendap-endap keluar dari kamar itu.
Pria itu tertidur lelap. Dia hanya berpikir untuk menyelamatkan diri. Dia sendiri tidak mengerti kenapa dia ada di sana. Apakah pria ini menculiknya? Dimana teman-temannya yang lain?
Sebaliknya, saat Lia telah berada jauh. Samuel mulai terbangun. Kepalanya terasa sangat pening. Masih teringat samar-samar di kepalanya yang telah dilakukannya semalam. Gadis itu, siapa dia?
Wajahnya hanya diingatnya samar-samar. Yang masih melekat dalam memorinya hanyalah kehangatan dan wangi tubuhnya dan juga sebuah tatto lebah di tengkuknya.
🌹🌹🌹
Lia membanting tubuhnya ke atas ranjang kamarnya. Dengan pandangan kosong, ia menatap langit-langit kamarnya.
Di telinganya kembali terdengar kata-kata dokter wanita yang baru ditemuinya.
"Sebaiknya kau mulai menjaga kesehatan tubuhmu. Kau tidak boleh egois karena saat ini, kau tak hanya memelihara tubuhmu saja. Kau juga harus menjaga seseorang yang tumbuh dalam rahimmu."
"Walaupun kau tak ingin makan, tapi tubuhmu membutuhkan asupan gizi. Tetaplah berusaha untuk makan," kata dokter cantik itu.
"Tapi dok, bagaimana mungkin ada sesuatu." Mata Lia membulat karena terkejut.
"Kau belum bersuami? Aku harap kau segera menikah. Dan membesarkan bayi itu bersama suamimu."
^^^Menikah? Bagaimana mungkin. Bahkan dia tak mungkin meminta seorang Samuel Augusto untuk menikahinya secara tiba-tiba.^^^
Tiba-tiba suara gaduh terdengar dari luar kamar, membuyarkan lamunan Lia. Suara pintu kamar yang terbuka dengan keras. Seorang pria setengah baya menghampiri dan menampar wajahnya. Suaranya yang keras, seakan menyatakan kemurkaannya.
"Anak tak tahu diuntung! Berani-beraninya kau mencemarkan nama keluarga!" bentak ayahnya, "Kemas barang-barangmu, ayah tidak mau semua kerabat dan relasi papa membicarakan keluarga kita gara-gara kelakuanmu."
"Tapi, Ayah, " kata Lia sambil terisak dengan tangan yang masih memegang pipinya. Bekas tamparan ayahnya terasa sangat panas di pipinya.
"Lia harus kemana jika harus keluar dari rumah ini?" Gadis itu menangis, ia semakin kebingungan. Kepalanya ditundukkan, tak mampu menatap wajah ayahnya yang telah dibuatnya kecewa.
"Keluar dari negara ini. Ayah tak ingin usaha yang dengan susah payah ayah bangun menjadi hancur karena ulahmu."
"Ayah, maafin Lia."
🌹🌹🌹🌹🌹
Hai semuanya--
Kali ini Chocoberry bikin karya baru dan karya ini aku ikutkan pada lomba anak geniusnya Noveltoon.
Khas tulisan Choco ya... uwu dan bikin baper, tapi ringan ga bikin masalah hidup yang udah berat semakin berat. Ehem...
Ikutin terus dan jangan lupa tap ❤ - klik 👍 and vote. Eh dan jangan lupa tinggalkan jejak komen kalian ya... Komentar kalian adalah motivasi untukku.
사랑 해요
salang haeyo 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Annisa Khairani
uwuww 😍
2023-09-15
0
Aqiyu
😯😯😯😯😯
2021-09-29
1
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
yeeay setelah om Alfred... ahkirnya mampir kesini 🤩🤩
2021-09-28
1