Sam tertawa keras. "Salah paham? Tentang apa? Pembicaraanku di telepon tadi." Sam menepuk bahu Lia, "Kau tak perlu tahu urusan pekerjaanku. Uruslah Leon. Pastikan ia berlatih dengan baik."
Lia sedikit lega, itu berarti kemarahannya tidak ada hubungannya dengan anaknya. "Jadi siapa yang akan kau habisi? Aku rasa kau bukan pria baik-baik. Dan maaf, aku akan membawa Leon pulang."
Sam menghentikan langkahnya, ia membalikkan badannya. Beberapa peserta di rumah karantina menatap mereka dengan tatapan aneh.
Sam menggaruk hidungnya sambil tertawa pelan. Ia berjalan mendekati Lia. Ia memegang tangannya dan menyeretnya ke dapur dan mengunci pintunya.
Tatapan matanya yang tajam, sangat mengintimidasi. Lia menundukkan wajahnya, dia tak dapat lagi bergerak. Tubuhnya telah terpojok di dinding sudut ruangan.
Lia sangat ketakutan. Ketika sebuah tangannya menyentuh wajahnya dan mengangkatnya. Sejenak sepasang mata mereka saling bertatapan.
"Rumah ini penuh dengan peserta pencarian bakat. Jadi tolong bicaralah dengan baik. Bukan karena Leon peserta terkecil berarti dia adalah segalanya. Aku harap kau paham."
Sam melepas pegangan tangannya. Ia berjalan menuju mesin kopi, meracik dan menyeduh ke dalam dua cangkir. Disodorkannya secangkir kepada Lia.
Sebuah senyuman mengembang di bibirnya. Dia berjalan ke sebuah meja kecil di sudut ruangan.
"Terima kasih. Maaf, tak seharusnya aku mencurigaimu dan bereaksi seperti tadi." Lia duduk di kursi di depan Sam.
"Berapa potong gula yang kau butuhkan?"
"Dua. Terima kasih."
Sam berjalan menuju lemari pendingin, "Apa kau suka cake?" Tangannya mengambil sebuah kotak putih dari dalam kulkas lalu berjalan kembali ke meja makan.
"Dari pembicaraanmu, Leon adalah seorang anak yang cerdas," kata Sam sambil menyodorkan irisan cake dalam sebuah piring kecil. "Aku rasa dia memperdayaku untuk menjemputmu."
Sam tertawa kecil menyadari kebodohannya. Lia ikut tersenyum. Sesaat kemudian tatapan mereka bertemu.
Lia segera menunduk menatap americano di cangkirnya dan menyeruputnya. Ah, benar-benar canggung.
Sementara Sam belum berhenti menatap wanita cantik di hadapannya. Ada perasaan aneh dalam hatinya. Perasaan kagum akan kemandirian, ketegasan dan juga harus diakuinya, kecantikannya.
Lia tersedak dalam situasi yang sangat canggung itu. Ia minum dengan tergesa-gesa. Spontan Sam berdiri dan menepuk-nepuk punggungnya.
Lia terbatuk-batuk sambil berdiri berusaha menghindari Sam. "Permisi. Aku akan melihat Leon. Terima kasih atas kopinya."
Lia bergegas keluar dari dapur. Sementara Sam berdecak dengan kesalnya. "Aku harus mendapatkannya. Wanita itu. Apapun caranya."
Lia membuka kamar Leon. Bocah kecil itu menyambutnya dengan senyum cerah. Ia tahu, ayah dan ibunya sudah mulai berkomunikasi. Itu suatu pencapaian besar baginya.
Lia mencubit gemas hidung anaknya. "Leon, mami tahu ini hanya akal-akalanmu saja bukan?"
Leon tersenyum, ia masih menutupi keinginannya agar ayah dan ibunya bersatu. "Aku ingin mami sering-sering mengunjungiku."
"Iya, dia akan sering mengunjungimu." Tiba-tiba terdengar suara bariton di belakang Lia.
"Yess...! Dan aku akan berusaha keras memenangkan kompetisi ini," sahutnya dengan suara ceria.
Leon segera menyambar biolanya dan mulai menggeseknya. Sebuah irama yang merdu mengalun di seisi ruangan kamar. Sam dan Lia menikmatinya hingga lagu berakhir.
Mereka bertepuk tangan bersama dan kembali tanpa sengaja, tatapan mereka saling bertemu. Lia begitu gugup.
"Su- Sebaiknya aku pulang sekarang." Lia bangkit dari kursinya. "Aku akan mengunjungimu lain waktu, Leon."
Leon meletakkan biolanya. "Apa mami tak suka mendengar lagunya?"
"Bu- bukan Leon. Mami hanya harus pulang. Berlatihlah dengan baik dan buat mami bangga, sayang." Lia memeluk anaknya.
"Berjanjilah, mami akan sering mengunjungi Leon."
"Apa ini sebuah sinetron? Kalian akan segera bertemu lagi." Sam mulai tak sabar. "Aku akan menunggumu di depan, Lia. Aku akan mengantarmu pulang."
Pria itu berjalan dengan angkuh keluar dari kamar Leon. Kedua tangannya dimasukkannya ke dalam saku celana jinsnya.
"Kau tak seharusnya meninggalkan rumah karantina hanya untuk menjemput dan mengantarkanku pulang," kata Lia. Selain rasa canggung, kini Lia pun merasa menjadi beban.
Samuel tertawa. "Bagaimana jika sebaliknya. Aku memang ada acara keluar, jadi sekalian membawamu pulang."
Lia tersenyum, "Acara apa itu, apakah menghabisi seseorang beserta keluarganya?"
Samuel menjawab, "Benar. Tepat sekali."
Lia sedikit merinding mendengar pembenaran itu. Siapa sebenarnya Samuel Augusto, apa bisnis terselubungnya selain seorang musisi.
"Lia, kau adalah seorang single parent. Apa kau tidak ada rencana untuk sebuah pernikahan?" Pertanyaan yang tiba-tiba terucap dari bibir Samuel sontak membuat Lia tersenyum kecut.
"Pernikahan?"
Samuel tiba-tiba menepikan mobilnya. Ia melepaskan sabuk keselamatannya. Lalu pria itu menarik Lia untuk mengecup bibirnya. Lia mendorong tubuhnya menjauh. "Apa yang kau lakukan?!"
"Lia, menikahlah denganku."
Lia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa. Aku tidak bisa, Sam." Wanita itu membuka pintu mobil dan keluar. Ia berlari menjauh dan semakin jauh.
"Pertemuan ini sangat terlambat. Beberapa hari lagi bahkan aku akan menikah dengan Ray. Kau sangat terlambat Sam," katanya dalam hati. "Dan tentu saja, aku tak mungkin tega mengkhianati Ray."
Wanita itu melambaikan tangannya kepada sebuah taxi yang lewat di depannya. Dan taxi itu dengan segera membawanya menghilang dari pandangan Sam.
Samuel Augusto, musisi rupawan itu tak pernah ditolak oleh gadis manapun. Bahkan ialah yang selalu menolak mereka, karena tidak sesuai dengan kriterianya. Kini ia tertawa keras sendirian dalam mobilnya. Ia berpikir, karma sedang menyapanya. Saat ia merasakan perasaan cinta pada seseorang, bahkan wanita itu tanpa berbasa-basi menolaknya, bahkan kabur meninggalkannya. Ironi sekali.
*****
"Lia? Kau darimana?" tanya Ray saat melihat wanitanya muncul dari pintu masuk rumahnya.
"Aku hanya menjenguk Leon. Katanya, dia merindukanku." Lia meletakkan tasnya di atas meja. Dipijatnya sendiri tengkuknya.
"Apa kau merasa capek, sayang?" tanya Ray. Pria itu duduk di sampingnya. Lia merebahkan kepalanya di dada Ray.
"Apa masalahmu sudah beres?" Lia balik bertanya.
"Belum. Sepertinya pamanku melarikan diri. Dan aku terpaksa harus turun tangan sendiri mengurus perusahaan warisan ayahku." Ray memainkan rambut Lia dengan jari jemarinya.
"Apakah ini akan mempengaruhi pernikahan kita? Maksudku, kesibukanmu."
Ray tersenyum. "Aku tak ingin ada yang menghambat pernikahan kita. Bahkan aku ingin mempercepatnya."
"Jadi, apa kau masih berpikir untuk merayakannya dengan sebuah kemewahan?" tanya Lia. "Aku bahkan hanya menginginkan sebuah pernikahan sederhana."
"Baiklah Lia. Pernikahan sederhana. Aku mengikuti kemauanmu. Asalkan itu kamu, sayang." Pria itu memeluk pinggang kekasihnya dan mengecup bibirnya dengan lembut.
Tiba-tiba suara dering terdengar dari saku Ray. Ray melihat nama yang tertera di layarnya dan mengangkatnya dengan terburu-buru.
Lia hampir mendengar dengan jelas suara kepanikan dari sang penelpon. "Boss, dia menemukan kita. Apa yang harus kita lakukan."
🌹🌹🌹🌹🌹
Hai semuanya--
Kali ini Chocoberry bikin karya baru dan karya ini aku ikutkan pada lomba anak geniusnya Noveltoon.
Khas tulisan Choco ya... uwu dan bikin baper, tapi ringan ga bikin masalah hidup yang udah berat semakin berat. Ehem...
Ikutin terus dan jangan lupa tap ❤ - klik 👍 and vote. Eh dan jangan lupa tinggalkan jejak komen kalian ya... Komentar kalian adalah motivasi untukku.
사랑 해요
salang haeyo 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
q penasaran apa Sam dan Ray itu saling berselisih?
2023-06-05
0
𝙦𝙞𝙡𝙡𝙖 𝙋𝙆𝙓𝘿 🗿
Penasaran apa kaitan Sam & Ray.... kayaknya mereka.lagi maen petak umpet 🤔🤭
2021-10-04
2
Aqiyu
Sam nyuruh orang menemukan seseorang apa itu Rey
2021-09-29
1