Vito membantu Belinda turun dari bak truk kecil yang membawa mereka, lalu menurunkan semua barang bawaan. Setelahnya kedua anak muda tersebut menemui pak tua sopir truk, mengucapkan terima kasih, memberikan uang sebagai ucapan terimakasih karena mengizinkan mereka menumpang, kemudian berulang kali melambai sampai truk tersebut menghilang di belokan yang menuju ke kota BYork.
Belinda berdiri di puncak tanjakan, berbalik menuju sebuah jalan lain di dekat mereka. Bibirnya tersenyum lebar memandang pemandangan dimana jalan tersebut berujung. Kota kecil bernama Bucket Of Lavender sudah jadi incarannya selama ini.
Belinda mengangkat tangannya, melindungi mata dari sinar matahari sore.
"Dari sekian banyak tempat, aku sungguh tidak menyangka tujuanmu adalah desa itu." Vito menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Semula ia mengira, tujuan Belinda pastilah Kota BYork. Kota besar dimana Bel pasti ingin melihat karya-karya seni yang dihasilkan oleh para seniman yang berkumpul di sebuah jalanan, Undertake Street yang memang dikhususkan untuk para penggiat seni tersebut. Belinda sudah ratusan kali menceritakan keinginannya untuk bertemu dan berbicara dengan para pelukis yang ada di sana.
"Oh, itu bukan desa, Vito! Itu kota! Tapi memang hanya kota kecil ... kota kecil yang sangat indah!"
"Kukira kau mau melihat dan menemui para pelukis Undertake Street di BYork."
"Itu memang tujuanku. Tapi mencari tempat tinggal di BYork terlalu beresiko. Kota di pinggiran ini lebih aman, lagipula hanya berjarak satu jam perjalanan ke BYork."
Vito diam saja. Ia tahu, beresiko yang dimaksud Belinda adalah resiko ditemukan. Baik oleh Keluarganya ataupun oleh suaminya.
"Ayo, Vito!" Belinda menarik kopernya yang berdebu di atas jalanan aspal, melangkah penuh semangat. Meninggalkan Vito yang menggelengkan kepala sekali lagi melihat wajah gembira wanita itu.
"Apa kau tidak lelah? Tiga hari perjalanan! Ck! Seharusnya menghemat tenaga jika menggunakan penerbangan," gerutu Vito.
Belinda menyeringai. "Tapi tidak akan ada petualangan, aku tidak mau ditemukan, Vito. Jadi kita harus menggunakan cara ini. Secara ilegal tanpa harus menunjukkan identitas apapun!"
"Berganti-ganti kendaraan setiap hari! Kau tahu bagaimana penampilan kita? Kita sudah seperti gembel! Seharusnya kita memilih angkutan yang sedikit nyaman!"
Belinda tertawa keras. "Tapi, berkat penampilan ini, tidak ada yang ingin tahu apa isi tas jelek yang kau bawa, Temanku. Mobil para peternak, petani dan juga pedagang adalah mobil teraman! Aku tahu jalur-jalurnya pasti dilalui oleh mereka!"
"Kau pasti sudah memikirkan segalanya!"
"Tentu saja!"
"Termasuk membawa dua tas yang membahayakan ini?" Vito menepuk tas kanvas yang ia bawa, juga ransel yang sedang ia gendong.
"Aku harus punya persiapan untuk hidup di luar keluarga Antolini maupun Marchetti, Vito! Uang bisa membantu."
Vito menggelengkan kepala, andai para bajingann dan bedebahh tahu apa yang mereka bawa, mereka sudah pasti telah jadi korban perampokan sejak hari pertama pergi. Belinda Antolini sedikit gila menurut Vito. Gadis itu membawa uang tunai satu tas besar, lalu membawa benda-benda seperti perhiasan, segala batu mengkilat warna-warni yang ada di dalam tas ransel. Vito sampai ketakutan.
"Perhiasan di ransel ini ...." Vito menghentikan ucapan. Melirik wajah Belinda di sampingnya.
Belinda terus berjalan. Tahu Vito bermaksud menanyakan asal semua benda di dalam tas.
"Sebagian milik ibuku. Sebagian lagi pemberian Benjamin, lalu sisanya pemberian ayah. Aku tidak pernah menggunakannya. Tapi ... kupikir, mungkin saja suatu saat nanti berguna."
"Bila kau menjualnya, akan ketahuan, Bel. Benda- benda seperti ini bisa dilacak."
"Aku tahu. Aku hanya membawanya agar merasa aman. Lagipula, lembaran uang di tas yang kau bawa akan sangat lama baru habis. Aku akan memulai menjual lukisan atau bekerja."
Dengusan keras langsung terdengar, Vito menatap meremehkan ke arah Belinda.
"Kau! Belinda Antolini! Mana pernah bekerja!"
"Jangan salah, Vito Linardy! Aku pintar memasak dan mencuci piring! Kau boleh tanya Siena! Ibumu bahkan memuji masakanku!"
Vito menyeringai. "Memang benar. Tapi itu tidak ada hubungannya dengan bekerja!"
"Kau salah! Kota Bucket of Lavender sangat indah. Banyak yang datang untuk menikmati bukit berwarna ungu di sana, penuh bunga lavender yang wangi. Banyak cafe, restoran dan juga penginapan untuk menjamu para pelancong. Aku akan melukis, sembari kerja sambilan di salah satu cafe. Mencari rumah kecil tempatku tinggal dan berkarya, kemudian ketika akhir pekan, pergi ke BYork untuk bertemu para pelukis di Undertake Street."
"Rencana yang bagus. Tampak sempurna. Andai kau tidak ditemukan."
"Identitas baruku sudah ada. Kartu pengenal palsu yang akan membantuku menyembunyikan diri."
"Kuharap berjalan lancar. Ibuku sudah menelepon. Aku mau pulang, ladang jagung sudah hampir panen. Aku harus membantunya."
Belinda menepuk bahu sahabatnya. "Terima kasih sudah membantuku, Vito."
Vito tersenyum. "Ini bukan apa-apa. Kau sudah menyelamatkan ibu dan adikku, Bel."
"Jangan panggil aku Belinda!"
Vito tersenyum. "Baiklah! Tujuanmu sudah di depan mata, Nona Stella Linardy!"
Belinda melepaskan kopernya, lalu berlari sambil menari, kemudian berputar. Rambut coklatnya melayang, tampak keemasan ditimpa cahaya matahari sore. Kebahagiaan tercetak jelas di wajah gadis itu, meski keseluruhan tubuhnya tampah lusuh dan berdebu.
NEXT >>>>>
*********
From Author,
Entah kenapa saat menulis ini, membayangkan Belinda berputar menari di bawah siraman matahari sore, hatiku ikut bahagia. hahahhah.
Dukung author dengan klik like, love, bintang lima dan juga vote hadiah serta vote rekomendasi. Ditunggu juga komentarnya.
Terima kasih semuanya.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
sesenang itu kamu Belinda bsa bebas dari klrgamu maupun suamimu
2023-07-27
0
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Bahagia menurut belinda sederhana
menemukan kebebasan.
aku kira Vito bakalan menemani Belinda, ternyata Bel bakalan sendirian..
2022-11-20
0
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Vito ini co or ce ya
takut nya jd sasaran verga niih
2022-11-20
0