Juan menelusuri lorong hotel berbintang yang telah dikirimkan namanya oleh Verga.
"Kamar 1122, angka yang cantik," bisik Juan sambil terus berjalan menelusuri pintu demi pintu. Setelah tiba di depan kamar yang ia tuju, ia mengetuk dan menunggu.
Pintu terbuka, Juan menatap atasannya dari atas ke bawah, sedikit terkejut melihat penampilan kusut dan wajah pria tampan itu yang sedikit berminyak. Seolah wajah pria itu belum terkena air seharian.
"Apa yang kau lihat? Cepat masuk!" perintah Verga.
"Y-ya, Tuan."
Juan melangkah masuk, merapikan kemeja putih bergambar daun warna-warni yang ia pakai.
"Apa yang kau katakan pada Ayah?"
"Mmm ... saya bilang minta izin keluar. Saya ingin berjalan-jalan."
"Ayah mengizinkan?"
Juan mengangguk, ia menunjuk kemeja yang ia pakai. "Saya sengaja memakai kemeja menggelikan ini biar Tuan Verone yakin kalau saya memang benar-benar ingin berjalan-jalan melihat pantai."
"Tidak ada dugaan kalau kau menemuiku bukan?"
Dengan cepat Juan menggelengkan kepala. "Tidak, Tuan Verga. Tuan Verone mengira Anda sedang berbulan madu."
Verga menganggukkan kepala, lalu sambil menarik sekaleng bir dari atas meja, ia menunjuk sofa pada Juan, kode agar asistennya itu duduk.
" Terima kasih, Tuan." Juan memposisikan dirinya duduk di sofa, kedua bola matanya memandang berkeliling. Sebuah koper tergeletak begitu saja di dekat salah satu sofa. Berulang kali, Juan menatap berkeliling, seperti mencari-cari sosok seseorang.
"Mmm ... Tuan, Nyonya ...."
Juan menghentikan kalimatnya ketika melihat Verga meletakkan kembali kaleng bir yang baru saja dibuka, ia mengusap wajah dan menarik napas panjang.
"Karena dialah aku memanggilmu, Juan."
"Dimana Nyonya, Tuan?"
Verga jadi menarik rambutnya sendiri, membuat Juan mengulurkan tangan menenangkan sambil berucap terbata," Tu-tuan, ma-maafkan saya. Jangan menarik rambut seperti itu. Rambut Anda bisa rontok!"
Verga melepaskan tangannya, lalu sambil mengembuskan napas panjang, ia bersandar pada sofa, meletakkan kedua tangannya di belakang leher sebagai penyangga.
Juan tidak tertipu dengan sikap tubuh yang seolah bersantai dari tuannya tersebut. Ia tahu sesuatu yang sangat berat telah terjadi.
"Tuan, ceritakanlah semuanya pada saya. Saya akan membantu Anda sekuat tenaga."
Verga menatap bawahannya dengan mata yang terlihat sangat lelah.
"Aku memang akan menceritakan semuanya padamu. Aku butuh bantuan dan kurasa hanya kau yang bisa kumintai pertolongan. Tidak mungkin mengatakan hal ini pada Ayah atau siapapun. Memalukan sekali!"
Juan mengangguk. "Ya. Ceritakanlah ,Tuan. Ada apa dengan Nyonya."
"Detektif yang kuminta untuk kau cari. Sudah ketemu?"
Juan mengangguk. "Saya menghubungi sebuah firma hukum. Mereka memberikan sebuah nama dan nomor telepon. Sudah saya hubungi. Kita bisa bertemu kapanpun kita mau."
Verga mengangguk, lalu ia mulai menceritakan kisah hilangnya Belinda. Dimulai ketika mereka meninggalkan tempat perjamuan resepsi pernikahan, sampai tiba ke rumah paviliun di pantai yang dipilih Belinda. Lalu isterinya yang bersikap layaknya pengantin wanita yang baru menikah. Sikap yang normal dan seolah menerima semua perjodohan dan pernikahan mereka.
"Aku tidak merasa ada sesuatu yang salah. Dia menerimaku layaknya suami. Dia terlihat menyukai perjodohan ini. Dia bilang tidak keberatan, lalu kenapa?"
"Tidak adakah sikapnya yang sedikit janggal sebelum pergi, Tuan?"
"Setelah kupikirkan, saat sarapan pagi, ia memang terlihat gugup. Matanya memandang gelisah saat aku meneguk air minumku."
"Setelah itu Anda tertidur?"
"Ya ...."
Kedua pria itu terdiam. Sama-sama punya dugaan yang sama, namun tidak diucapkan.
"Aku membayar rumah itu dan minta jangan ada yang memasukinya sampai seluruh ruangan di rumah itu diperiksa!" ucap Verga dengan nada geram.
"Sebenarnya, saya punya satu nama yang sangat bagus dalam pekerjaan seperti ini, Tuan. Namun, saya tidak terlalu kenal. Bertemu pun hanya sekilas."
"Siapa?"
"Seseorang bernama Black. Anda ingat saat Vivianne hilang saat Tuan Verone ada di Costra Land kediaman Tuan Enrico?"
Verga mengangguk. "Bertepatan dengan kau yang datang ke sana untuk minta maaf atas suruhan Ayahku."
Juan mengangguk. "Saya sedang sial. Calon istri Tuan besar itu menghilang bertepatan dengan kedatangan saya ke Costra Land. Semua orang curiga sayalah yang melarikannya. Namun, sebelum saya pingsan dipukuli Tuan besar itu, seseorang bernama Black mengantarkan Vivianne. Saya dengar dari Frederic beberapa saat kemudian, Black menemukan Vivianne hanya dalam hitungan jam. Dia hebat," puji Juan.
"Kau tahu dimana menemukan pria ini?"
Juan mengembuskan napas panjang. Ia tahu Tuannya tidak akan suka pernyataannya nanti. "Saya tidak melihat jelas orang tersebut saat itu, Tuan. Dia berdiri dibalik bayang-bayang. Menonton sebentar, lalu pergi begitu saja. Badannya besar, memakai kaos hitam pas badan yang begitu pendek lengannya sehingga tato di tangannya terlihat. Jika mau mencarinya langsung, kita tidak akan menemukannya. Tetapi ...."
Verga menyipit menatap Juan. "Tetapi apa? Kenapa berhenti?"
"Mmm ... tetapi, jika kita menanyakannya pada Tuan Enrico, mungkin dia akan mengenalkan orang tersebut pada kita. Waktu itu, saya tidak sengaja mendengar Frederic mengatakan pada Tuan Verone bahwa Tuan Black teman dari Tuan Enrico."
Hening. Juan menunggu reaksi tuannya. Verga terlihat menaikkan alis, menatap lekat-lekat wajah asistennya itu.
Beberapa detik berlalu, kemudian sebuah tawa mulai terdengar, Verga terlihat tertawa geli sambil menunjuk ke arah Juan.
"Enrico? Costra? Jadi maksudmu, aku harus menelepon orang itu dan memintanya membantuku untuk mengenalkan pada Black untuk mencari istriku ...." Verga tertawa semakin keras.
Juan menelan ludah. Ia tahu tawa tuannya bukan karena hal yang ia katakan sangat lucu. Namun, karena apa yang ia katakan adalah hal yang mustahil bagi tuannya. Ia hanya bisa diam saja sampai tawa Verga mereda.
"Ayah mengundangnya saat resepsi pernikahanku bukan?" tanya Verga tiba-tiba.
Juan mengangguk. "Ya, Tuan. Namun, bayi mereka sedang demam. Tuan Verone bilang Tuan Enrico menelepon meminta maaf tidak bisa datang. Ia mengirimkan hadiah, dan berjanji akan berkunjung saat putrinya sudah lebih baik."
Verga mengeratkan gerahamnya. "Menghubunginya berarti memberitahu kalau istriku melarikan diri ...," Verga tertawa kecil. "Tidak akan pernah! Kau dengar aku, Juan Javier! Tidak akan pernah!" teriakan Verga menggema di dalam kamar tersebut.
Juan menarik napas panjang. Sudah menduga reaksi tersebut sejak awal.
NEXT >>>>>>
*********
From Author,
Kang Verga gak mau jadi bulanbulanan Kang Rico. Bakal diledekin dong istrinya kabur, hahahahah
Terima kasih masih mengikuti. Dukung otor dengan tekan like, love, bintang lima, komentar dan Vote hadiah ya. Sebelumnya otor ucapkan terima kasih banyak.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Dian Susantie
haseuh.. jd pengen baca lagi Mr. Costra.. 😍😍 udh agak² lupa ceritanya.. 🤭🤭
2023-11-20
0
sowlekahh
menyamakan kedudukan jd 1 sama syusyahnya minta ampun trs mo cerita istrinya kabur lak sama aja balek ke 0-1 lg🤭😆😆
2023-09-15
0
sowlekahh
oow iya ingaaak Juan mantannya Vivian yg nyennnyek banget ke Vivian😆😆😆
2023-09-15
0