Waktu yang berlalu terasa lambat bagi Belinda. Ia berlama-lama di lantai atas sambil mendengarkan dengan seksama suara-suara yang muncul dari arah bawah. Hening, tidak ada yang terdengar. Ia menuruni tangga satu persatu untuk mengecek apakah suaminya sudah tertidur, memastikan efek obat seperti yang dikatakan oleh Vito.
Belinda mendapati ruangan tengah, sekaligus ruang makan tersebut kosong, ia melirik ke arah luar kaca yang tembus pandang, tidak ada siapapun. Bel beralih ke arah ruang depan. Ia mendapati Verga bersandar di sofa panjang dengan kedua kaki terjulur memanjang, kedua tangannya santai di samping tubuh, kepalanya menengadah ke arah atas. Bel mendekat, mengintip ke arah wajah suaminya, mendapati kedua bola mata itu tertutup rapat. Ia memberanikan diri mendekat dan melambaikan tangannya di depan wajah Verga. Tidak ada reaksi. Gerak dada pria itu teratur dan berirama seperti orang yang sedang tidur.
Kau benar, Vito. Dia tidur seperti bayi.
Belinda berbalik dengan cepat, melangkah kembali ke arah tangga, lalu berjalan ke lantai atas. Sebuah koper miliknya sudah ia siapkan di belakang pintu. Bel segera mengangkatnya, lalu berusaha tidak terlalu berisik ketika berjalan menurunkan koper dan dan turun kembali ke lantai bawah.
Belinda tiba di ruang depan, ia melewati Verga dan langsung menuju pintu keluar. Setelah pintu terbuka, sebuah senyum lebar menyeruak di bibir wanita itu, pemandangan di depan matanya dengan sinar matahari dan udara pagi yang segar terasa damai dan membahagiakan hingga dasar hatinya. Bel melangkahkan kaki, namun, baru selangkah ia berhenti, berdiri diam sejenak.
Jangan ragu ... dia akan bersikap sama seperti ayah dan kakakmu! batin Belinda bergolak, hati kecilnya tidak memungkiri ia menyukai senyum suaminya, sikap lembut penuh sayang pria itu.
Karena kau dan dia baru jadi pengantin! Besok-besok, dia akan mulai mengaturmu seperti Benjamin dan juga ayahmu!
Belinda menoleh, melirik sosok Verga yang tidur bersandar di sofa panjang. Perlahan Bel meletakkan kopernya. Ia berbalik, hingga tiba di belakang sofa tempat Verga tertidur.
Bel mengulurkan tangan, menghela rambut Verga yang menempel sedikit di pipi. Kemudian ia menunduk, mengambil napas panjang, lalu memberi kecupan di kulit kening pria itu. Bel memejamkan mata, jemarinya membelai rahang Verga yang sudah bersih karena pria itu tadi telah bercukur.
Maafkan aku ... semoga kau selalu bahagia ... dan terima kasih ... kau pria pertamaku, aku akan selalu mengenangmu ....
Belinda menahan rasa sedih yang tiba-tiba mulai muncul dalam hatinya. Ia berdiri kembali dengan cepat, setelah satu tarikan napas panjang, Bel berbalik melangkah menuju pintu keluar. Ia tidak lagi menoleh ke belakang.
Setelah pintu tertutup, Bel kembali mengangkat koper. Ia berdiri di depan rumah, melambaikan sebuah syal berwarna hijau.
Belinda tidak menunggu lama, sebuah mobil berwarna hitam melaju ke arahnya. Setelah mobil berhenti, Vito turun dan segera membatu menaikkan koper Belinda ke bagian belakang.
"Kau lama sekali!" gerutu Vito.
Senyum Belinda mengembang sempurna. "Aku harus menangani pria itu dulu."
"Apakah dia merepotkan?" tanya Vito sambil masuk kembali ke belakang kemudi.
Belinda yang sudah duduk di samping Vito menggelengkan kepala. "Tidak. Dia manis malah," canda Belinda dengan riang.
"Dengarlah dirimu. Kau memuji pria yang baru kau kenal beberapa hari. Dia tidak manis sama sekali, dia besar, terlihat sangat kuat, juga tampan. Jika bukan dirimu, aku tidak akan mau membantu. Setelah melihat langsung sosok suamimu saat kau menikah, aku merasa menyesal. Kau membuat leherku berada dalam bahaya!"
"Berhentilah mengomel, Vito. Kita akan aman. Percayalah!"
Vito mengembuskan napas panjang,menyetir dan menjauh dari rumah bulan madu Belinda.
"Jadi, kita kemana?"
"Tentu saja berkeliling." Belinda tertawa, membuka jendela dan merasakan angin kebebasan menerpa wajahnya. Ia merasa hatinya mengembang, seolah telah meninggalkan sebuah sangkar kurungan.
"Aku bebassssss!" Belinda berteriak tiba-tiba.
Vito sangat terkejut. Ia melotot sambil terus menyetir. "Kau gila, Bel!"
Tawa Belinda makin kencang. "Tambah kecepatan, Vito! Ini menyenangkan!" ujarnya.
Vito menggelengkan kepala, namun ia menurut, dan merasakan tawa Bel menularinya. Vito ikut tertawa, senang melihat wajah bahagia sahabatnya itu.
NEXT >>>>>
**********
From Author,
Si akang bobok, bininya pergi. Hadeuh....
Jangan lupa dukung otor dengan klik like, love, bintang lima ,komentar dan vote ya. Otor tunggu, hehehe.
Terima kasih pembaca sekalian.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
bakalan shock kau Verga
2023-07-27
0
Ney Maniez
😔😔
2023-03-07
0
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Belinda bener2 nekat niih ninggalin verga, baru jg sehari verga bahagia 😁
2022-11-20
0