Verga menatap seorang pria bertubuh kecil dengan rambut yang tampak mengkilat di hadapannya. Mereka duduk di sebuah restoran bersama Juan. Pria dengan rambut berkilat di depannya bernama Elio, seseorang yang dihubungi Juan untuk melakukan penyelidikan mencari Belinda.
"Di rumah pantai tersebut, kami menemukan sebuah bungkus plastik kecil di tempat sampah ...." Elio menghentikan ucapannya. Mengernyit memandangi Verga.
"Anda mendengar saya, Tuan Verga?" tanya Elio.
Verga mengerjap. Ia seperti tersadar dari lamunannya sendiri tentang pria yang disewa oleh Juan tersebut, di dalam hati ia bertanya-tanya, berapa banyak minyak rambut yang dituangkan pria itu ke kepalanya, sehingga rambut hitam di atas kepala Elio sampai mengkilat dan tampak basah serta lengket.
"Mmm ... kau bilang apa? " tanya Verga sambil berdeham.
"Tidakkah Anda penasaran bungkusan apa yang tadi saya bicarakan?"
Verga mengangguk, memberi kode dengan jemarinya agar Elio melanjutkan bicara.
"Sesuai laporan dari rekan saya, bungkusan plastik tersebut adalah wadah dari serbuk obat tidur. Seperti yang Anda ceritakan, Anda curiga Anda diberikan obat karena Anda tertidur begitu cepat, Nyonya Belinda sepertinya memang melakukannya."
Verga dan Juan saling berpandangan. Tahu bahwa dugaan mereka benar tidak membuat masalah ini telah menemui titik terang.
"Kami masih melakukan penyelidikan lebih lanjut. Saya jamin, istri Anda akan ditemukan sebentar lagi."
Verga mengembuskan napas panjang. Ia mengangguk, lalu mengulurkan menyilakan Juan dan Elio untuk menikmati makan malam yang telah terhidang di atas meja.
"Kau lakukan secepatnya, Elio. Kabari aku terus. Sekarang ayo makan. Aku sudah lapar."
Juan dan Elio mengangguk. Juan memakan makanannya sambil melirik wajah tuannya. Pria itu makan dengan lahap, Juan percaya atasannya itu memang sangat lapar. Dari siang ia tidak makan apa-apa.
Saat makan malam selesai, Elio pamit undur diri, mengatakan akan menghubungi Verga secepat mungkin bila mendapat kabar tentang Belinda. Juan dan Verga memasuki mobil. Namun keduanya tidak langsung berangkat. Verga memberi kode dengan tangannya agar Juan jangan menghidupkan mobil.
"Apa alasanmu pada Ayah besok?" Verga menoleh menatap Juan.
"Saya akan minta cuti mendadak, Tuan."
"Alasannya?"
"Mmm ... belum puas liburan di sini?"
Verga mendengus. " Ayah tidak akan memercayai ucapanmu itu."
"Saya sudah memikirkannya. Saya akan meminta izin pada beliau dengan menunjukkan surat dari Anda."
"Surat apa?"
"Bahwa saya bisa meminta cuti kapanpun saya mau. Untuk urusan mengurus ibu saya ataupun urusan mendesak lainnya. Nanti Anda tinggal tanda tangan."
"Ayah akan bertanya urusan mendesak apa yang akan kau urus."
Juan berdeham, menelan ludah, lalu tersenyum kecil. "Saya akan bilang kalau seseorang di kota ini membuat saya tertarik. Jadi ... saya minta cuti beberapa hari."
"Kau mau bilang pada Ayah kalau kau minta cuti untuk pergi kencan!? "
Suara Verga yang naik beberapa oktaf membuat Juan tersenyum. "Ya, Tuan. Tuan Verone sudah beberapa kali menyuruh saya berkencan, lalu menikah, agar ibu saya sempat menimang cucu. Begitulah kata beliau. Jadi saya akan mengatakan, melihat Anda menikah saya tertarik untuk memulai kembali membina hubungan asmara."
Verga mendecakkan lidahnya. "Ckck, jika memang nanti kau melakukannya, ingat saya jangan sampai kau jadi pria brengsekk seperti dulu."
"Tidak, tidak. Tentu saja saya sudah berubah, Tuan. Ayah Anda mengajarkan pada saya bagaimana bersikap sebagai pria sejati." Juan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Baiklah. Kita memulai pencarian kita sendiri mulai besok. Malam ini kau temuilah Ayah. Besok pagi-pagi kau antarkan beliau ke bandara. Ia akan pulang ke Broken Bridge. Kurasa ia tidak akan banyak tanya."
"Tidak akan, Tuan. Tuan Verone sudah punya acaranya sendiri beberapa hari ke depan."
"Acara? Acara apa?"
"Sebuah resepsi khusus. Perjamuan untuk seluruh karyawan Marchetti Enterprises."
"Astaga. Siapa yang akan membantunya? Kau tidak akan diizinkan cuti kalau begini."
Juan menggelengkan kepala. "Anda salah. Saya akan diizinkan. Karena untuk urusan acara ini, Tuan Verone sudah memiliki seseorang yang akan membantunya. Saya rasa .... ehem...." Juan berdeham beberapa kali.
"Teruskan."
"Mmm ... saya rasa Tuan Verone malah tidak akan membutuhkan bantuan saya sama sekali. Ia akan lupa pada saya."
"Kenapa begitu? Siapa orang yang akan membantunya?"
"Olivia Mirelle De Ville."
"Ah ...."
Juan dan Verga sama-sama menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Kurasa Ayah jadi punya alasan yang tepat untuk meminta bantuan Bibi Oliv. Dia mengundangnya saat pernikahan, tapi Bibi Oliv juga tidak bisa datang bukan?"
"Ya. Mereka tengah khawatir dengan sang bayi."
"Bagus. Ia akan sibuk membuat Bibi Oliv terpesona, sehingga lupa pada kita."
Juan mengangguk. "Benar sekali, Tuan."
"Baiklah. Ayo kita pergi. Kembali ke hotel dulu. Besok kita pasti akan menemukan Belinda. Dia tidak akan bisa pergi jauh!"
Juan mengangguk, menghidupkan mobil dan segera meninggalkan tempat parkir.
Baru beberapa menit berkendara, Juan tanpa sengaja mengucapkan apa yang ia pikirkan. "Mmm ... Tuan, jika Nyonya ketemu, apa yang akan Anda lakukan?"
Verga menoleh ke arah kaca, menjawab tanpa menatap Juan. "Jika ia ditemukan, kuharap ia baik-baik saja. Setahuku, dari penuturan Benjamin dalam beberapa bulan perkenalan antara keluarga kami, gadis itu tidak pernah kemanapun tanpa pengawasan keluarga atau orang-orang ayahnya. Ia hidup tenang di Mansion ibunya di tengah pulau ladang jagung milik Tuan Belardo. Sekarang ia pergi ... di luar sana ... sendirian ...."
Juan menarik napas panjang, sangat berhati-hati ketika mengungkapkan kalimat lanjutan yang melintas di kepalanya. "Mmm ... Apakah Anda sangat yakin Nyonya pergi sendirian, Tuan?"
Hening. Juan kembali menelan ludah. Ia memfokuskan pandangan ke arah jalanan. Juan tidak dapat melihat ekspresi tuannya. Pria itu masih memandang ke arah luar jendela. Juan tidak tahu tentang keluarga Belardo Antolini, ia tidak pernah berbincang baik dengan Belardo ataupun Benjamin maupun Belinda istri tuannya itu. Dugaan Juan adalah dugaan orang asing yang hanya mengira-ngira.
Apakah Anda tidak terpikir tentang hal ini, Tuan Verga? Kenapa? Apakah penilaian Anda tertutup karena melihat sosok diam dan penurut dari Nyonya Belinda? Pernahkah Anda menanyakan pada Tuan Benjamin, apakah adiknya pernah punya kekasih?
NEXT >>>>
*********
From Author,
Hmmm ... Juan bikin hati Verga makin resah aja ah. Kena tampol para penggemar Verga tahu rasa tar loh...
Dukung author dengan klik like, love, bintang lima, komentar dan juga vote ya. Sebelumnya author mengucapkan terima kasih.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
Juan kau membuat Verga mkin kuatir aja
2023-07-27
0
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Juan jgn jd kompor meleduk😁
Verga yakin deh kamu yg pertama buat belinda, istrimu msh cari kebebasan diri 😂
2022-11-20
0
Ekawati Hani
Bikin ngakak😂😂😂😁😁😁
2022-09-08
1