Kilau cairan keemasan di dalam gelas yang ada di hadapan Benjamin memantulkan cahaya dari lampu-lampu hias mewah yang ada di atas langit-langit. Lampu hias tersebut berada tepat di atas bagian tengah meja panjang ruang makan keluarga Antolini.
Di bagian kepala meja, Belardo Antolini yang berwajah kaku dan dingin menatap satu demi satu anggota keluarganya yang hadir di meja makan tersebut.
Di sebelah kanan Belardo, putra tertua dan satu-satunya pewaris utama dari seluruh kekayaan dan perusahaannya duduk sambil menatap gelas minuman di atas meja. Ekspresi Benjamin masih sama seperti dulu, tanpa emosi, tertutup dan tidak dapat ditebak.
Tidak ada yang berani duduk di sebelah Benjamin. Tiga wanita yang hadir di acara makan malam tersebut duduk di bagian kiri Belardo. Kursi pertama diduduki sang istri ketiga. Wanita tukang mengeluh dan sangat cerewet, Maurice.
Di sebelah Maurice, duduk putri dari wanita tersebut, anak dari suaminya terdahulu. Sebelum Maurice bercerai dan memutuskan mengoda duda kaya yang bisa menjamin hidupnya, juga putrinya, Alana, putri Maurice yang berusia tujuh belas tahun.
Di sebelah Alana, duduk wanita muda yang sangat anggun juga cantik. Usia muda membuatnya lebih bersinar dari sang istri ketiga. Dress yang ia pakai untuk makan malam benar-benar mewah dan glamour, juga perhiasan yang ia gunakan. Kecantikan yang ia miliki begitu bersinar seperti seorang dewi bila dibandingkan dengan ibu dan anak yang duduk di sebelahnya.
Wanita muda itu adalah Athena. Istri ke empat Belardo Antolini, sekaligus mantan kekasih dari Benjamin.
Athena berulangkali melirik ke arah Benjamin selama makan malam. Namun wajah pria itu masih sama, tak ada yang bisa menebak isi pikirannya.
"Jadi ...kau sudah menanganinya?" tanya Belardo pada Benjamin.
"Sudah. Hanya tinggal mengatur waktu pertemuan dengan mereka."
"Verga Marchetti ...," gumam Belardo dengan suara pelan. Ia mengangkat gelas dan menyesap minuman.
"Belardo, Sayang ... apakah ... Belinda sudah tahu tentang masalah ini?" Maurice mencoba mengeluarkan pendapatnya. Bukan apa-apa, penjelasan singkat dari Benjamin tentang keluarga Marchetti sepertinya sangat memuaskan. Verga Marchetti adalah calon suami idaman. Jika memungkinkan, lebih baik dicalonkan dengan Alana. Alana tidak mendapatkan jaminan apapun dari Belardo karena dia adalah anak tiri. Jadi Maurice ingin mencarikan jodoh pria kaya untuk putrinya.
"kenapa? Apa itu diperlukan? Dia hanya perlu menuruti kata-kataku," ucap Belardo.
"Jika aku katakan padanya dan dia tidak mau ... bagaimana menurutmu kita harus menangani masalah itu, Maurice?" tanya Benjamin pada istri ayahnya tersebut. Sengaja bernada manis, memancing wanita tersebut agar berani menyuarakan pikirannya.
"Belinda hanya sibuk dengan lukisan. Di pulau tersebut, ia tidak pernah bersosialisasi dengan orang banyak. Tidak pernah menghadiri pesta, tidak tahu bagaimana bergaul dengan kalangan atas ... aku khawatir ... mmm ...."
"katakan saja Maurice," ucap Benjamin menyemangati.
"Itu, Ben ... Mmm, bagaimana kalau setelah melihat Belinda, keluarga Marchetti keberatan?"
"Karena apa mereka keberatan?" Benjamin menyipitkan matanya.
"Belinda kita memang cantik, Ben. Tapi ... dia ...ah, bagaimana ya ... hidup dan dibesarkan di desa, di sebuah pulau. Bagaimana kalau dia kesulitan jika dijadikan istri seorang pengusaha kaya ...."
Benjamin menggosok dagunya seolah berpikir. Keputusan memilih keluarga Machetti sudah ia pertimbangkan masak-masak. Ia sudah mendengar sendiri kalau Verone menginginkan menantu. Calon sebelumnya yang dipasangkan dengan Verga bukanlah dari kalangan keluarga kaya. Gadis itu gadis yatim piatu yang hidup berdua dengan neneknya dengan penampilan biasa.
Belinda sudah hampir dua puluh tahun. Gadis itu sudah beberapa kali melarikan diri dari mansion di tengah pulau. Entah kapan gadis itu akhirnya akan berhasil dan ia tidak lagi bisa menahan. Jadi yang harus dilakukan adalah menikahkannya dengan seorang suami yang akan menjaganya. Sehingga Ben akan lepas dari tanggung jawab terhadap gadis itu selamanya.
Benjamin mengerti kalau Belinda bosan tinggal di properti yang merupakan warisan dari ibunya tersebut. Sebuah mansion di tengah pulau dengan penduduk yang hanya beberapa gelintir saja.
Kehadiran Maurice dan Alana di kehidupan ayahnya membuat Benjamin segera memindahkan adik dari istri kedua ayahnya tersebut ke mansion yang dulu diberikan Belardo pada ibu Belinda.
Kalau bukan karena ibu Belinda memintanya untuk berjanji agar menjaga gadis itu, Benjamin tidak akan mengurusi kehidupan gadis itu terlalu jauh. Tapi dengan kehadiran ibu tiri dan adik tiri yang haus harta, dan ditambah lagi dengan wanita ular yang sekarang hidup berdampingan dengan sang ayah, Ben harus menjauhkan Belinda, karena ia sendiri sudah lama pergi dari mansion ayahnya itu. Memulai bisnisnya sendiri, sehingga tidak bisa mengawasi adiknya itu terus menerus.
"Jika memang memerlukan calon untuk mempererat hubungan dengan keluarga Marchetti, bagaimana kalau Alana saja yang kita pasangkan dengan Verga. Alana juga cantik, dia pandai bersosialisasi dan sangat pintar mengambil hati orang lain," ucap Maurice.
"Ibu!" Alana menoleh dan melotot ke arah ibunya. Tidak menyangka atas perkataan ibunya itu.
Athena mendengus keras, sama sekali tidak anggun. Namun, wanita itu tidak peduli. Keserakahan Maurice membuatnya muak.
Benjamin sudah menduga, sehingga ia tidak terkejut sama sekali.
"Maaf Maurice, perlu berbulan-bulan bagiku agar keluarga Marchetti mempercayai keluarga Antolini dan memandang kita layak. Tidak mungkin mengganti Belinda dengan Alana secara tiba-tiba," Benjamin menyesap minumannya dengan mata menatap tajam ke arah Maurice. Membuat wanita itu tertunduk dan menelan ludah.
"Kau benar, bodoh sekali pemikiranku," Maurice tertawa sumbang.
"Sudah diputuskan kalau begitu." Belardo berdiri, meletakkan serbet di atas meja dan mengulurkan tangan ke arah Maurice.
"Ayo ke aula," ajaknya pada wanita itu. Maurice tersenyum bangga sambil melirik puas ke arah Athena. Alana mengikuti keduanya, berjalan cepat, menghindari tatapan tajam dari Benjamin.
Ditinggal berdua membuat Athena memberikan senyuman manis pada mantan kekasihnya tersebut.
"Ben ...sudah lama sekali kita tidak bertemu," ucap wanita itu.
Benjamin menatapnya tanpa ekspresi.
"Ben ... Aku merindukanmu," ucap Athena setengah mendesah.
Benjamin berdiri.
"Ben! Kau mau kemana?"
Benjamin terus melangkah pergi. Melihat wanita itu membuat perasaannya campur aduk. Ia mual dan mungkin saja akan muntah bila memilih tinggal lebih lama. Lebih baik ia pergi, urusan Belinda harus diselesaikan secepatnya. Agar beban menjaga gadis itu, yang ditaruh di pundaknya bisa ia pindahkan ke pundak orang lain.
NEXT >>>>>
**********
From Author,
Happy reading ya. Stay healthy, always happy.
Baca novel kesayangan, semoga bisa menaikkan imun, hahahha.
Jangan lupa dukungannya, Oke. Luvv yuuu
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
s.u.s.a.n.l.y.n.e❤
waw
2023-08-23
0
Triiyyaazz Ajuach
wach wach gila istrinya byk amat 🤦🤦🤦, walau kesannya Ben spt berat klau jagain Belinda tapi dia termasuk baik udh carikan jodoh utk Belinda
2023-07-26
0
Selvia Suri Krisna Dewi
tak kirain muslim aja yg boleh py bini lebih dr satu.. jebule yg lain juga boleh toh..
2023-04-24
0