Belinda memegangi perutnya, mengelus pelan untuk meghilangkan rasa tidak nyaman. Ia mengernyit, sepertinya masih akan lama ia bisa pergi dari ruangan besar di aula bawah ini.
Bel mendongak ke arah atas. Tempat dimana lorong kamarnya berada di lantai atas. Akan sangat nyaman ketika ia bisa melepaskan gaun di tubuhnya ini dan berbaring di kasur dengan baju tidur.
"Perutmu sakit?"
Pertanyaan itu membuat Bel menoleh cepat. Verga Marchetti sudah ada di dekatnya. Bagaimana mungkin tadi ia tidak mendengar langkah kaki pria itu yang mendekat. Ia terlalu fokus pada kamar, berandai-andai bisa kabur dan kembali ke balik pintu kamarnya yang aman.
"Tidak." Belinda memaksakan senyuman.
Verga menatap calon pengantinnya dalam dan penuh selidik.
"Kau mundur perlahan setelah makan malam. Menyingkir pelan-pelan ke sudut terjauh. Masih hadir tapi juga tidak hadir. Keinginanmu adalah cepat pergi dari sini. Apa aku benar?" Satu senyum penuh pengertian tersungging di bibir Verga. Senyum yang membuat Belinda menatap lama ke mulut pria itu.
"Kau memegang dan sesekali mengelus perutmu. Seolah sejak sebelum makan malam, kau sudah merasa mulas. Aku heran kau tidak muntah."
Belinda menjadi pucat. Ia menelan ludah. Apakah ia seperti buku terbuka yang terlihat sekali bagaimana isinya? Sehingga calon suaminya ini begitu tepat menebak.
Verga mengulurkan gelas yang ia pegang. Minuman itu belum ia minum. Sengaja membawanya dan ingin memberikannya pada Belinda.
"Minum ini, Bel. Boleh aku memanggilmu begitu kan? Mungkin cairan ini bisa sedikit meredakan keteganganmu."
Belinda menerima gelas itu, menempelkannya pada bibir, lalu menyesap pelan sedikit demi sedikit. Ia tidak berhenti sampai minuman kuning keemasan itu habis.
Verga tersenyum maklum. "Aku tahu seberapa beratnya ini untukmu."
Belinda menatap Verga. Untuk pertama kalinya benar-benar menatap di kedalaman mata pria itu. "Untukmu? Apakah tidak berat?" Belinda bertanya pelan.
Senyum yang tadi melenakan Belinda kembali menghias wajah tampan pria itu.
"Sama sekali tidak. Apalagi setelah aku bertemu langsung denganmu."
"Benarkah? Mengapa?"
"Karena apa yang Benjamin katakan pada kami benar adanya. Adiknya cantik, sopan, dan merupakan gadis yang baik."
Belinda mengerutkan kening. Mengira-ngira apakah benar Ben yang mengatakan hal itu.
"Kesalahan Ben adalah ... Ia tidak melakukan hal yang sama padamu. Ia tidak mengatakan padamu siapa aku, bagaimana rupaku, bagaimana sifatku. Aku benar bukan?"
Belinda tidak menjawab.
"Seharusnya Ben mengatakannya padamu. Jadi kau tidak terkejut dan sangat tertekan tentang ini." Verga memandang Belinda dengan setengah menyesal. "Kapan Ben mengatakannya padamu?" sambungnya lagi.
Belinda masih diam. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa baru kemarin ia diberitahu. Baru kemarin ia dijemput dan disodorkan seorang calon suami. Ia di bawa ke mansion tempat dulu ia dibawa pergi dan dijauhkan dari seluruh keluarga, lalu didandani untuk di jadikan seorang istri dari seorang pria yang baru hari itu ia dengar namanya.
"Bukan salahmu." Belinda mencoba tersenyum lagi.
"Kau mau kita keluar dari sini? Mungkin ke taman? Mencari udara segar?" tawar Verga.
Belinda memandang berkeliling. Mendapati mata ayahnya dan mata Benjamin melirik ke arahnya. Belinda tertawa miris di dalam hati. Ia benar, ia diawasi.
"Apakah kita akan diizinkan keluar dari sini?"
"Kenapa tidak? Mereka akan mengerti. Kita butuh waktu berdua dan ingin saling mengenal." Verga sama sekali tidak mengerti.
Memangnya siapa yang akan keberatan bila mereka keluar dari sana, pikirnya heran.
"Baiklah. Aku memang ingin keluar," ucap Belinda.
Verga mengulurkan tangan kanannya. Belinda menyambut, meletakkan tangannya ke atas telapak tangan Verga.
"Astaga, Bel. Tanganmu sedingin es. Benar kau baik-baik saja?"
Belinda mengangguk berulang kali. "Ya. Bi-bisakah kita keluar sekarang?"
"Tentu, tentu. Ayo ...."
Verga menggenggam tangan Belinda. Dengan beberapa pasang mata mengawasi, pasangan itu bergandengan melangkah keluar melalui pintu samping mansion.
NEXT >>>>>>
**********
From Author,
Happy reading, jangan lupa dukungannya. Tekan like, love, bintang lima, komentar dan vote. Sebelumnya, terima kasih banyak.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
kasian juga Belinda keliatan tertekan bgt
2023-07-26
0
nobita
Belinda bagaikan di dlm sangkar emas... tidak bisa bebas..
2023-07-03
0
Ney Maniez
💪💪
2023-03-07
0