Belinda menelan ludah ketika ia ditarik dan dibawa ke samping bathtub besar yang sudah disiapkan Verga. Sambil memicingkan mata, Belinda memikirkan apa yang harus ia lakukan agar suaminya itu lengah. Apakah ia perlu menggunakan benda yang diberikan oleh Vito yang tersimpan di dalam koper.
Merasakan kalau Verga kembali akan menggendongnya, Belinda menoleh, menatap dengan mata dibuat sepolos mungkin, lalu tersenyum malu-malu.
"Bagaimana kalau mandi berdua? Sudah pagi, kau juga mau mandi pada akhirnya kan?" Bel dengan sengaja mengedipkan mata, ia tidak tahu apakah efek menggoda yang ia mau sudah tercapai, atau ia malah kelihatan bodoh di depan suaminya itu.
"Jangan menggodaku, Sayang. Kau lelah."
"Memangnya aku meminta apa? Aku hanya mengajakmu mandi."
Verga tersenyum lebar, ia mencubit pipi Bel yang merona. "Baiklah. Meski bukan jacuzzi, ini cukup besar untuk kita. Masuklah lebih dulu."
Bel menggelengkan kepala. "Tidak. Kau masuklah duluan."
Verga menaikkan alis, namun ia tersenyum miring. Penasaran fantasi apa yang ada dalam pikiran istrinya itu. Namun ia menurut saja. Merendam sekujur tubuh di dalam bathtub. Kedua bola mata Verga tidak berkedip memandang Belinda yang mulai menarik bahan satin tipis dan transparan yang menutupi tubuh polosnya yang indah.
Ketika bahan gaun mini longgar tersebut sudah dicampakkan ke sudut kamar mandi, Belinda dan Verga saling menatap. Verga hanya diam dan menunggu. Ia tidak tahu jika istri barunya sangat liar dan penuh rasa ingin tahu. Verga menebak, Bel pasti sangat penasaran dengan hubungan suami istri, sehingga ingin mengetahui setiap sensasi dan juga kenikmatan yang dirasakan di setiap sentuhan.
Verga menahan seringai di wajahnya ketika pemikiran bahwa ia akan sangat menantikan memberikan pelajaran dan latihan pada istri barunya itu dengan senang hati.
Belinda melangkahkan kakinya ke dalam bathtub, memposisikan kedua kakinya menjepit kedua kaki Verga. Dengan perlahan dia duduk di atas pangkuan suaminya.
Bel bersyukur ketika ia mulai masuk dan merasakan ketinggian air mencapai dada, ia memberanikan diri sekuat tenaga tampak menggoda padahal ia malu setengah mati. Ketika kedua bukit kembarnya sudah tersembunyi dibalik air dan juga busa, Belinda mendongak dan mendapati kedua tangan suaminya telah mulai bergerilya dengan mata biru yang tidak lepas menatap setiap ekspresi yang ada di wajah Bel.
Sensasi yang sama Bel rasakan kembali menguasai tubuhnya ketika jemari Verga mengelus dan mulai menyabuni kulit halus di lengan atas, berpindah ke leher, punggung, lalu pinggang bawah dan berakhir di perut.
Belinda menelan ludah, menunggu dengan antisipasi ketika jemari itu akan berpindah ke dada. Namun Verga berlama-lama di perut dan pinggang, seolah sengaja merangsang Bel tanpa berniat memberikan kepuasan dengan mengikuti keinginan Bel.
Belinda merasakan tubuhnya sudah panas. Ia mendesah, membusungkan dada ke arah Verga sebagai undangan. Namun tidak juga di sambut.
Sambil mengetatkan geraham menahan rengekan, Bel memajukan tubuh, mengalungkan lengan ke leher suaminya dan mendekatkan bibir.
"Bagaimana kalau kita melakukannya lagi?" Tanpa menunggu jawaban suaminya, Bel menyatukan bibir mereka. Ia mengecupp, mencecapp dan mencium bibir suaminya dengan gelora yang sudah mendidih di dalam pembuluh darah. Kedua tangan Bel mengelus dan membelai rambut dan juga leher suaminya. Membuat desahann lolos dari bibir Verga.
Bel bersorak ketika merasakan, kedua telapak tangan Verga sudah menjelajah kembali, kali ini keinginannya dipenuhi. Bukit kembarnya merasakan belaian, elusan bahkan juga remasan. Ketika Bel mendesahh, ia mendengar Verga juga mendesahh. Saat itu ia tahu, suaminya itu menyukai apa yang ia sentuh.
Permainan saling memancing, menggoda dan mendaki tersebut terus berlangsung hingga keduanya tiba sampai di puncak. Dengan napas terengah-engah, dan sekujur tubuh yang basah keduanya menggapai bagian tertinggi dari kenikmatan penyatuan mereka sekali lagi.
Air di dalam bathtub telah banyak yang keluar, terbuang karena gerakan-gerakan mereka. Suhu air tersebut juga telah menurun. Namun karena api yang mendidih di dalam tubuh mereka, keduanya sama sekali tidak merasa dingin.
Verga memeluk istrinya, lalu berbisik. "Kita makan ... lalu kau harus tidur lagi. Aku serius Bel ... aku tidak mau kau kelelahan. Kita akan terus bersama sepanjang sisa hidup kita. Jadi kita masih banyak waktu, Sayang."
Belinda memejamkan mata, dagunya bersandar di puncak bahu kanan suaminya. Ia hanya menjawab dalam hati.
Kita tidak punya waktu, Verga. Aku akan pergi.
NEXT >>>>>
Cast : Belinda Antolini
Cast : Verga Marchetti
*********
From Author,
Ikuti kisah selanjutnya ya. Semoga selalu sabar menunggu up. Jangan lupa beri dukungan kalian dengan tekan like, love, bintang lima ,kasih komentar dan Vote hadiahnya ya. Sebelumnya otor ucapin terima kasih banyak.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Nirna Nirna
sesuai visual nya, TPI buat lakiknya, agak urakan 😂
2024-03-09
0
Triiyyaazz Ajuach
Belinda keliatan polos tapi ternyata byk akal
2023-07-27
0
MakNyak
novel ke 3 karangan DIANAZ yg kubaca..dan komenku masih sama...GOOD JOB! 😍 bahasanya bagus, enak dibaca👍👍👍👍👍
2022-09-04
1