Verga menghentikan mobil di depan sebuah rumah di pinggir pantai.
"Di sini?" tanyanya sambil menatap Belinda. Istrinya itu membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung, lalu menganggukkan kepala.
"Kau berjanji memberiku satu malam sebelum kita pergi bulan madu besok."
Verga menganggukkan kepala. Ia tidak terlalu peduli kemana mereka akan pergi, yang penting Belinda menyukai tempat itu dan mereka bisa menghabiskan waktu berdua saling mengenal lebih dalam lagi.
Verga membelokkan mobil dan berhenti pada carport di depan rumah. Rumah yang didesain seperti paviliun terbuka itu menjadikan ruangan-ruangannya mempunyai pemandangan terbuka secara langsung ke arah pantai.
Mereka turun. Belinda terlihat akan menurunkan koper.
"Tidak, Bel. Biar aku," ucap Verga.
Belinda mengangguk, membiarkan suaminya yang menurunkan dua koper kecil mereka. Bel merasa ia tidak perlu membawa banyak barang, ia sudah punya rencana lain besok. Soal pakaian ia bisa mencarinya. Bukankah memang itu rencananya, menikmati waktu dengan bebas, menjadi diri sendiri dan melakukan semua yang ia suka tanpa di perintah atau dikendalikan oleh orang lain. Sudah cukup ayahnya dan Benjamin yang melakukan hal itu. Sekarang, dengan ikatan antara dirinya dan Verga, ia lepas dari kuasa ayah dan kakaknya itu. Tentu saja Belinda tidak akan mengizinkan seorang suami baru menggantikan posisi ayah dan kakaknya itu. Ia tidak akan pernah menyerahkan kendali hidupnya pada seorang suami asing.
Belinda memasuki rumah, matanya berbinar menatap ruangan bernuansa putih dengan sofa abu-abu yang ada di bagian tengah. Verga meletakkan koper di dekat dinding, mendorong pintu kembali tertutup, lalu memasukkan tangan di kantong celana, tersenyum kecil menyaksikan ekspresi sang istri yang sepertinya sangat senang dengan tempat itu. Ia yakin Kuaotunu, rumah di pinggir pantai New Zealand yang jadi tempat tujuan untuk bulan madu mereka besok akan cocok dengan selera Belinda.
Belinda meminta mereka menghabiskan satu malam di tempat ini. Tempat yang ia pilih karena ia sangat menyukainya, Verga menawarkan mereka menginap beberapa hari sebelum pergi ke Kuaotunu, tapi Bel mengatakan tidak usah, ia hanya menginginkan satu malam saja di sini.
Belinda pindah ke ruangan berikutnya, masih dengan bagian depan terbuka menghadap pantai. Sepertinya ruangan bersantai, Meja makan, kursi-kursi, perapian, pintu dorong lebar menuju halaman depan, pesta barbeque akan cocok di adakan di luar sana malam hari di bawah langit penuh bintang. Terus berjalan, Bel mengintip dari pembatas ruangan, sebuah dapur yang besar terhubung langsung dengan ruang santai.
Belinda melihat tangga kayu di sudut ruang santai. Ia mulai menaikinya. Ia tahu, di belakangnya, dengan langkah pelan tanpa suara, suaminya mengikuti.
Tiba di lantai dua, sebuah pintu ada di bagian tengah, ia membukanya, mendapati sebuah ranjang ukuran king size terletak di tengah-tengah. Seluruh bagian yang menghadap ke arah pantai terlihat transparan dan ada balkon di bagian ujung.
Verga mendapati Belinda memandangi ranjang sangat lama.
"Kau lelah?"
Belinda menoleh, mendapati Verga bersandar di bingkai pintu sambil bersedekap. Pandangan mata biru suaminya itu membuat bulu romanya meremang, tapi bukan rasa takut, sesuatu semacam perasaan senang yang sama yang ia rasakan ketika pria itu menciumnya tadi saat mereka menghilang dari ruang resepsi. Ia penasaran dimana rasa nikmat seperti itu akan berujung.
"Tidak. Aku ... mau mandi ...," ucap Belinda dengan nada provokatif. Ia berbalik memunggungi Verga dan mulai membuka satu demi satu kancing gaun di bagian belakang punggungnya.
Belinda melepaskan segala pembatas dan perasaan malu. Janjinya adalah menyenangkan dirinya sendiri dan juga memberi kesenangan serta kenikmatan pada suaminya itu sebelum ia menjalankan rencana yang sudah ia susun. Setidaknya itulah bayaran dari Bel karena pria itu sudah membebaskan nama Antolini dan memberikan nama Marchetti padanya. Ia tidak yakin apa yang akan terjadi setelah rencananya berjalan. Namun, ia tidak peduli. Ia akan menanggung resiko. Termasuk diceraikan, ia malah akan senang bila pria itu melakukannya.
Semua persiapan sudah matang. Rencananya tidak akan gagal.
Jantung Belinda berdegup dua kali lebih cepat ketika merasakan jari-jari Verga menyentuh kancing berikutnya di bagian punggung.
"Kau tahu kenapa gaun seperti ini yang dipakaikan pada seorang pengantin saat mereka pergi bulan madu?"
Belinda merasakan suara suaminya itu terdengar amat dekat. Ia menahan diri agar tidak menoleh, hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Agar pengantin pria seperti aku jadi punya pekerjaan ... ini adalah tugasku," bisik Verga. Suara pria itu terdengar serak di telinga Belinda.
Punggung mulus dengan kulit yang lembut terpapar di depan mata sang pengantin pria. Ia setengah menahan napas ketika mulai menurunkan gaun itu dari kedua bahu Belinda dari belakang.
Ketika bagian gaun sudah melorot hingga pertengahan lengan, Verga berbisik lagi," berbaliklah."
Belinda menggeleng. Debaran jantungnya berpacu kencang. Wajahnya sudah merona dan ia merasa amat panas. Hari masih sore, pendingin di ruangan itu juga menyala. Ia takut ketika berbalik, kegugupannya akan terlihat. Belinda tidak mau terlihat gugup, ia mau terlihat siap, menyambut, juga ikut menikmati aktivitas pengantin baru yang akan melakukan hubungan suami istri untuk pertama kalinya. Percuma menunda-nunda, ia sengaja memancing dengan alasan mau mandi dan membuka pakaian di depan Verga.
Seluruh gaun di tubuh Belinda sudah jatuh ke atas lantai. Rambut panjang kecoklatan miliknya menutupi punggung, hanya sisa pakaian dalam yang melekat. Pakaian dalam yang menurut Belinda agak aneh dan sangat provokatif. Namun tetap ia kenakan sesuai instruksi Siena.
Belinda terkejut ketika tubuhnya dibalikkan dengan cepat agar menghadap Verga. Pria itu memutar pinggangnya setengah mengangkat tubuhnya hingga mereka berhadapan.
Belinda melihat mata biru itu berkilat penuh pujian. Memandangi dadanya yang menyembul dibalik bra berenda berwarna hitam yang sangat minim bahan, lalu perlahan turun ke bagian perut, lama berhenti di bagian pusat sampai akhirnya terus turun dan berhenti di penutup segitiga di antara dua kakinya yang juga berwarna hitam.
"Aku menginginkanmu," ucap Verga, matanya bergerak cepat menangkap netra istrinya itu.
Belinda menelan ludah, mencoba menyunggingkan senyum paling menggoda, matanya dibuat berbinar. Kedua tangannya terulur, mengalungi leher Verga, lalu gadis itu berjinjit agar bisa mencapai telinga suaminya untuk berbisik, "semua orang bilang sepasang pengantin akan menikmati malam pertama. Bagaimana kalau kita menggantinya dengan istilah sore pertama? Bukankah menunggu malam akan terasa sangat lama?"
Ucapan istrinya itu membuat darah Verga yang sudah memanas melihat tubuh polos Belinda menjadi semakin bergemuruh.
"Aku sangat setuju, Manis. Aku akan mengikuti semua arahanmu." Verga mengangkat Belinda tiba-tiba. Jeritan kecil lepas dari bibir gadis itu, ia berpegangan erat pada bahu suaminya.
Berada sangat dekat dengan wajah Bel, Verga menundukkan wajah, mendekatkan bibir hingga di depan bibir Belinda.
"Aku ingin ... kau jangan menahan diri. Katakan apa yang kau inginkan dan ekspresikan apa yang kau rasakan. Aku ingin mmebuatmu bahagia, My Bel ...."
Mata mereka bertatapan, kilau gairah memantul dengan sangat kuat. Satu ciuman pembuka dari Verga, menyulut api dan membakar keduanya untuk menuntaskan gelora panas. Langkah kaki Verga mendekati ranjang, menurunkan Belinda ke atas seprai berwarna putih yang sudah menunggu untuk menjadi peraduan bagi pasangan yang akan melakukan penyatuan untuk pertama kalinya itu.
NEXT >>>>
**********
From Author,
Jangan lupa dukungannya dengan tekan like, love, bintang lima, komentar dan vote. Sebelumnya otor ucapkan terima kasih banyak.
follow juga ig dianaz3348 dan facebook Dianaz. Terimakasih.
Salam. DIANAZ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
sore yg mulai memanas jgn bermimpi Bel kau tak kan bsa lepas dari Verga
2023-07-27
0
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
terlalu lama d isolasi membuat bela ingin melakukan hal hal baru
2022-06-08
0
Riska Wulandari
apa rencana besarmu Bel..?
2022-05-30
0