***
Pagi itu Aisyah bangun lebih subuh dari biasanya. Pasalnya hari ini adalah hari pertamanya masuk kerja setelah liburan nya berakhir. Dia di izinkan mendapat cuti saat menikah.
Aisyah tak ingin Ikhsan mencibirnya, hingga gadis itu berusaha semaksimal mungkin untuk membagi waktu antara jadi pembantu dan dokter.
Bilang gak yah ke Ikhsan aku kerja? Hmm? Nggak usah deh, ntar makin ribet.
---
"Loh, pak Damar udah di sini? Cepet banget bangun nya." Celetuk Aisyah, mendapati sudah ada orang lain di dapur mendahuluinya.
"Iyah nyonya. Saya memang biasa bangun jam segini. Kan mau siapin sarapan tuan muda Ikhsan, sarapan anda juga." sahut pak Damar ramah.
"Oh, gitu yah pak. Gini deh, bapak kerjain soal beresin rumah aja. Yang masak biar saya, gimana? " tawar Aisyah, ia sudah beberapa kali meminta pak Damar untuk tak memanggil nya nyonya. Karna Aisyah adalah pembantu rumah ini sama seperti pak Damar Kan?
"Oh yang bersihin rumah ada sendiri nyonya. Mereka akan datang saat Tuan Ikhsan pergi ke Kantor."
"Eh, pakai pelayan panggilan?"
Pak Damar mengangguk perlahan.
"Yah udah deh pak, bapak duduk aja. Biar saya aja yang masak."
"Gak bisa gitu, non. Ntar yang ada saya di marahi tuan muda."
Aisyah mendengus kasar, yang di katakan pak Damar ada benarnya. Tapi, jika Aisyah tidak bekerja, bukan kah malah Aisyah yang akan di nyinyirin oleh kang julid Ikhsan?
***
Tak ingin kena cibiran pedas Ikhsan di pagi hari. Aisyah sudah berdiri siap di sebelah kursi yang biasa Ikhsan duduki.
Tampak pria dengan kemeja biru lautnya, bersamaan dengan dasi abu-abu yang menggantung rapi, Ikut di lapisi lagi oleh jas abu-abunya. Terlihat sangat tampan dan berkelas.
Ikhsan menatap intens Aisyah yang tengah tertunduk di sebelah kursinya. Bahkan saat Ikhsan hanya menatapnya saja, Aisyah tak dapat bernapas dengan normal. Tekanan Ikhsan memang benar-benar bisa di rasakan sampai ke darah.
"Siapkan makanan ku." Titah Ikhsan duduk di kursinya.
Aisyah mengangguk patuh, segera ia menyiapkan sarapan untuk Ikhsan.
"Kamu duduk, ikut sarapan juga. Jangan berdiri terus di sebelahku. Aku risih, sekretaris ku yang selalu di samping aku, dan dia jauh lebih berkelas dari kamu. Ingat, sadar diri itu penting!" sinis Ikhsan. Lama kelamaan Aisyah sudah mulai terbiasa dengan cibiran pedas majikannya ini di semua waktu dan tempat. Entah apa yang terjadi, Ikhsan pasti selalu memiliki alasan untuk mencibir Aisyah.
Meski terbiasa, sesak di dadanya juga masih terasa. Dulu, mulut Ikhsan selalu melontarkan kata-kata manis untuk Aisyah bisa tertawa. Tap sekarang, jangankan kata-kata manis, dalam sehari tidak terkena nyinyiran Ikhsan saja sudah merupakan hal yang sangat bagus.
"Kamu di rumah aja. Jangan melanggar aturan!" Peringat Ikhsan. Seakan-akan dirinya tau, bahwa Aisyah hari ini akan pergi.
"Aku hari ini udah mulai masuk kerja. Masa cuti aku udah habis." sahut Aisyah gerogi. Tampak kedua tangannya memegang ujung bajunya, ia hanya bisa menunduk menatap lantai. Bukan tak berani, hanya saja tak ingin merasa lebih sesak lagi.
"Perintah ku adalah kamu di rumah. Dan kau akan tetap di rumah. Kamu adalah pembantu di sini. dan semuanya ikuti aturan main yang aku buat!"
"Tapi kan...,"
"Enggak ada tapi-tapian. Ingat! Reputasi papa kamu ada di tangan aku! Menurutlah dan patuhi semua titahku!" Ikhsan melenggang pergi begitu saja, tak ingin menggubris lagi permintaan Aisyah yang menurut Ikhsan aneh.
Gadis gila. Sudah memiliki kehidupan semewah ini masih saja ingin kerja. Kamu ingin bertemu dengan dokter culun itu kan?! Jangan kira aku tidak tau!!
Batin Ikhsan masuk ke dalam mobil mewahnya.
"Awasi Aisyah. Lihat gerak-gerik nya. Ikuti dia jika keluar rumah. Dan laporkan itu kepada ku, aku mau laporannya lengkap dan terperinci." Titah Ikhsan, membuka kaca jendelanya berbicara pada orang di luar mobil.
"Siap laksanakan tuan muda!" sahut pria bersetalan formal serba hitam itu. Dengan cepat mobil mewah milik Ikhsan melaju.
Aisyah menghembuskan napasnya dengan lega. Tatkala ia sudah melihat monster julid itu sudah pergi.
Nggak kerja yah udah lah. Lain kali coba izin lagi.
Batin Aisyah menekan ponselnya cekatan.
"Dokter Aldo, Aku gak bisa hadir hari ini. Ada urusan mendadak."
Kirim
"Oh iyah Dokter Aisyah. Saya akan coba tanganin ini sendiri."
Aisyah merasa lebih lega mendapat jawaban dari Aldo, di lemparkannya ponsel itu ke sofa yang empuk. Di susul dengan dirinya yang duduk menyender di sana.
***
"Tuan Muda. Nyonya Aisyah sepanjang hari hanya melihat ikan di kolam ikan, dan beberapa kali memberi ikan-ikan itu makanan. Tak ada tanda-tanda dirinya akan keluar." lapor pria bersetelan formal hitam tadi, Andre namanya.
"Bagus. Awasi terus dia. Jangan sampai aku kehilangan dia." pinta Ikhsan dari sebrang telepon. Ia langsung menutup ponselnya.
Sudut bibir Ikhsan tertarik menyunggingkan senyuman mengerikannya. Ia merasa puas Aisyah mengikuti aturannya, berdiam diri di rumah sepanjang hari.
"Bagaimana rasanya menjadi burung dalam sangkar emas?! Nikmatilah siksaan ku ini! Masih banyak siksaan lagi yang menunggu mu! Tunggu saja, Aisyah Zalesa!" gumam Ikhsan menyeringai. Ia tahu betul sejak dulu Aisyah adalah tipe gadis sosial. Yang suka bermain keluar rumah. Jadi, jika di kurung di rumah begitu? Sungguh sangat menyesakkan!
Tring! Tring!
"Halo, ada apa dokter Aldo? Ada masalah kah?" tanya Aisyah mengangkat ponselnya yang berdering, akibat panggilan dari Aldo.
"Aisyah, kerumah sakit sekarang. Ada pasien kritis, kamu harus segera operasi dia! Kita kekurangan spesialis bedah, jadi buruan ke rumah sakit oke? bisa kan?" kata Aldo agak panik dari sebrang telepon.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Anisa
pergi aj aisah dr pd dengerin ikan piranha itu
2021-05-31
0
Dina Hafana
lupakannikhsan, klw ada pasien yg kritis
2021-02-07
1
Putri
yes,,ada jalan kluar bisa kluar jg akhirnya,gregetan jdnya ,,liat reaksinya ikhsan bgtu tau Aisyah kluar
2021-02-06
0