***
Aisyah mengambil ponselnya di nakas. Tampak belasan panggilan tak terjawab dari papanya.
"Papa, ada apa? Kok semalam nelpon Aisyah terus?" seru Aisyah, menempelkan benda serba tau itu ke telinganya.
"Ah itu, Nak kamu baik-baik aja kan? Kenapa kok semalam gak angkat telpon papa?" sahut papanya panik, mungkin memang firasat seorang Ayah yang mengetahui putrinya dalam keadaan yang buruk.
"Ahh, itu pa. Papa kan tau kemarin hujan deras, terus petirnya gitu. Aisyah ngeri pa, jadi yah milih tidur aja. Maafin Aisyah yah, gak angkat telpon papa." sahut Aisyah berusaha semaksimal mungkin menutupi luka hatinya yang terbuka lebar.
Terdengar helaan napas lega dari seberang telepon.
"Yah, bagus lah, kalau kamu emang gak apa-apa. Enggak bertengkar sama Ikhsan kan, nak? tanya Rizal, membuat Aisyah bungkam seketika. Ia yang tak pernah berbohong pada papanya ini, diam membeku. Tak tahu harus menjawabnya dengan apa.
"Kok nanya nya gitu sih pa? Emang kenapa?" sahut Aisyah mencoba mengaklihkan perhatian.
"Kemarin malam Aldo telepon papa. Aldo bilang, Aldo ngantering kamu ke rumah sampai malam. Jadi takut Ikhsan marah. Jadi, Ikhsan gak marah kan?"
Oh jadi Aldo? Aldo perhatian banget.
Batin Aisyah, entahlah dirinya mulai merasa nyaman dengan sikap baik Aldo.
"Emang sih pa Ikhsan marah, tapi yah udah lah. Kan udah baikan juga. Mungkin dia ga suka Aisyah dekat orang lain."
"Yah udah nak, pokoknya menjalin rumah tangga yang rukun yah. Kurangi berantem nya, Perbanyak romantis nya, biar langgeng sampai tua." Pesan Rizal mencoba menggoda putri semata wayangnya ini.
"Ahhh..., Papa, udah akh. Papa gak kerja? "
"Ini papa mau kerja. Papa kerja dulu yah sayang.., Baik - baik sama Ikhsan. Ingat, kita meinkah hanya sekali nak. Usahakan menjaganya seumur hidup, walau susah sekalipun." peringat papanya yang kali ini penuh dengan makna tersirat.
"Iyah pa, Aisyah tau dan ingat. Prinsip keluarga kita, yaaa menikah hanya sekali. Aisyah paham kok," sahut Aisyah. Segera keduanya saling menutup telepon menyadari akan waktu yang mepet.
Aisyah menghela napas panjang. Dia bingung dengan jalan yang harus di pilihnya. Kali ini ia tak ingin lagi menyesali perbuatannya. Untuk itu, mengambil keputusan secara matang adalah yang terbaik.
***
"Waktu kalian lima menit, pikirkan solusi dari masalah ini. Jika tidak bisa, kalian semua bisa angkat kaki dari Arsindath Group. Perusahaan tak membutuhkan orang malas!" Ancam Ikhsan duduk di kursi kehormatan nya, menatap satu persatu bawahan nya yang tengah menampilkan wajah tegang yang ketakutan. Yah para karyawan dan karyawati itu selalu tegang saat berada di satu meja rapat dengan presdir kejam mereka.
Ikhsan menatap jam yang tengah melingkar manis di pergelangan tangan nya. Di lihat dari desainnya, jam itu setidak nya bernilai ratusan juta rupiah. Jam itu menunjukkan pukul 9 : 13 pagi. Ikhsan mengingat sesuatu, ahhh bukan. Lebih tepat nya sesuatu yang selalu memenuhi pikiran nya, bahkan dalam rapat sekalipun. Pria kekar itu menjulurkan tangannya mengambil ponsel mahalnya.
"Apa Aisyah udah minum vitamin pak? tanya Ikhsan di sebrang telepon, berbicara dengan Pak Damar di rumah.
"Maaf Tuan muda, vitamin nyonya muda belum di minum. Bahkan, bubur yang saya buatkan khusus juga tak di sentuh. Nyonya muda bilang, dia lagi tak ingin makan, dan gak ingin di paksa." sahut pak Damar gagu. Yah tentu saja karna pak Damar tau bahwa jawaba nya kali ini akan menyulut emosi Tuan muda bossynya.
"Berani sekali dia! Saat ini apa yang sedang dia lakukan?!" pekik Ikhsan yang sudah tersulut emosi.
"Nyonya muda sedang menelpon papanya, Haruskah saya memberi tahu nyonya muda bahwa anda menelpon."
"Tidak perlu, Buatkan saja kembali bubur yang baru, buatkan dia jus segar yang baru juga. Pastikan dia tetap di tempat Sampai saya pulang. Jangan biarkan tubuh lemahnya itu bangkit dari kasur." titah Ikhsan. Dengan gusar ia mematikan telepon nya, beranjak dari kursi kebesaran nya.
"Kalian semua, pastikan sudah menyelesaikan tugas kalian. Di rapat besok, saya ingin melihat Laporan yang memuaskan!" Peringat Ikhsan sebelum dia setengah berlari keluar di ikuti asisten Ren.
Semua karyawan dan karyawati di sana menghela napas lega. Dengan rakus menghirup udara segar di sana. pasalnya sejak rapat di mulai, mereka sudah tak bisa bernapas teratur, karna tekanan dari Ikhsan begitu besar. Dan tatapan mata elang yang tajam milik Ikhsan.
"Huh..., Akhirnya selesai juga rapat ini. Sumpah gue udah sesak napas nih." keluh Seorang karyawan Industri periklanan, Anton.
"Lo sesak napas, gue sesak boker! Gila, tatapan dan aura gelap nya setiap hari makin ningkat aja yah." sambung pria berbadan gempal itu, Pikri.
"Beneran habis deh kalo rapat langsung sama Presdir Ikhsan. Bisa mati kaku gue, untung dia pulang." timpal Anisa, yang emang selalu takut kalau ketemu Ikhsan.
Celoteh ketiga nya yang berada di kantin kantor. Di meja mereka biasa kumpul.
"Eh iyah dia balik karna siapa? Aisyah?! Aisyah itu siapa?! " tanya Pikri bingung.
"Kalau jumpa sama yang namanya Aisyah, gue janji bakal selalu sopan tuh sama perempuan yang namanya Aisyah. Karna dia kita hari ini selamat." Sahut Anton lega.
Melihat Reaksi Para pegawainya yang seperti Ini, Sepertinya Ikhsan benar-benar adalah orang yang kejam dan berhati batu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Putri
suatu saat bucinnya akan muncul
jd GK sabar gue
2021-02-06
0
ALARIC AKBAR CHANNEL
lanjut
2021-02-02
0
Divia Adeliaputri
liat aja nanti,hati yg keras kayak batu akan berubah jadi lembut seperti air...
2020-12-19
0