***
Aisyah menghembuskan napas kasar. Gaun abu-abu sudah melekat indah di tubuhnya, dari lantai atas ia melihat sosok pria tampan dan bossy yang di gilai para wanita ini sedang berdiri di bawah. Kenapa tidak di gilai?! Ikhsan sang presdir Arsindath Ggrup. Perusahaan terbesar di Indonesia, dan juga sangat berpengaruh di Eropa. Wanita mana yang tak meleleh di buatnya. Bahkan wajahnya yang begitu tampan menjadi daya tarik tersendiri. Tampan dan berkuasa, begitulah orang menyebut Ikhsan. Bahkan banyak perempuan yang melemparkan dirinya sendiri pada Ikhsan.
Harusnya wanita yang dinikahi Ikhsan sangat beruntung, tapi bagaimana kalau di nikahi hanya karna rasa benci dan dendam? Itulah yang kini tengah Aisyah rasakan.
Aisyah memutar bola matanya dengan jengah. Ia menyadari satu hal, bahwa Ikhsan tak pernah menganggapnya sebagai sosok istri. Lalu untuk apa Aisyah menganggap nya sebagai suami. Saat itu juga 'Brengsek!' kata umpatan itu Aisyah gumamkan untuk pria yang ada di bawah itu.
Entah telinga Ikhsan yang memang terlalu tajam atau mungkin hal lain, Ikhsan sudah menatap Aisyah dengan sorot mata tajam elang milik nya. Aisyah terkesiap, ia sedikit takut.
Mungkin kah Ikhsan mendengar nya? Mana mungkin. Mana ada manusia sesuper itu?
Batinnya sembari menuruni tangga satu persatu, di edarkan pandangannya ke rumah ini. Sangat indah, berapa kali pun melihatnya Aisyah tak kan bosan. Di tambah warnanya yang berdominan putih dan biru ini, yang merupakan warna kesukaannya. Terlihat sudut bibir nya tertarik, menandakan senyuman manis yang segera terbit.
Aisyah berdecak kesal, tatkala ia mengingat ucapan sombong Ikhsan tentang rumah Rp 25 M nya ini. Dan itu mengacaukan rasa kagum Aisyah pada rumah ini.
***
"Apa kamu itu siput?! Kenapa lama sekali?!" Cibir Ikhsan menghampiri Aisyah. Masih ada dua anak tangga lagi untuk Aisyah sampai ke lantai, bahkan belum sampai ke lantai. Cibiran itu sudah sampai.
"Apa kau itu iblis? Kenapa begitu tak sabaran? Terlalu hobi memarahi orang." tanya balik Aisyah, entah apa yang merasukinya hingga ia berani membalikkan ucapan Ikhsan. Ikhsan menatapnya sinis, dengan cepat menyadari ucapan gilanya Aisyah menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Sudah lah, ayo pergi. Orang tua ku sudah menunggu mu." Ikhsan menarik tangan Aisyah. Sedangkan yang di tarik hanya diam mengikuti langkah jenjang nya Ikhsan. Terus melangkah walau terpaksa.
***
"Papa, Mama, nih yang di minta udah di bawa." ucap Ikhsan menghampiri orang tuanya yang sudah duduk di meja makan, seperti sedang menunggu.
"Assalamualaikum om heri, tante." sapa Aisyah, ia langsung mencium punggung tangan kedua mertuanya ini dengan sopan.
Setelah perjalanan setengah jam, mereka telah sampai ke rumah mewah utama keluarga Arsindath itu.
"Lain kali manggilnya papa sama mama aja." koreksi Heri. Ia merasa sedikit kurang nyaman dengan panggilan Aisyah kali ini. Padahal Heri sendiri sudah menganggapnya sebagai anak.
"Eh iyah om, eh pa-pa!" Jawabnya terbata. Heri hanya bisa tersenyum menatap menantu idamannya ini, Aisyah dengan ragu duduk di sebelah Ikhsan.
"Udah nak jangan gagu gitu. Kayak baru pertama kali ketemu aja." tambah mama Ikhsan, Seira.
Yah memang, sejak SMA dulu, Ikhsan sering mengajak Aisyah main ke rumahnya. Yah itu dulu, saat Ikhsan begitu mencintai Aisyah. Berbeda dengan saat ini. Ikhsan yang begitu membenci gadis mungil itu.
"Ikhsan, sekarang papa tanya ke kamu! Kenapa kamu nikahin Aisyah gak minta restu dulu sama papah dan mama?! Udah gitu gak ngadain pesta! Maksud kamu apa?" pekik Heri, ia sedari tadi menahan emosi terhadap putra tunggalnya ini.
"Kan udah Ikhsan bilang, Ikhsan lagi sibuk ngurus kantor. Yang penting kan udah nikah. Papa dan mama juga kan yang pengen Aisyah jadi menantu rumah ini. Udah Ikhsan turutin loh." sahut Ikhsan santai setelah menelan suapan pertamanya.
"Sesibuknya kamu apa gak bisa minta izin dulu sama papa?"
"Pahh maaf ... Ini salah Aisyah juga, Aisyah maksa buat Ikhsan cepet nikahin Aisyah, karna masalah papa yang di fitnah korupsi." sambung Aisyah. Tentu karna Ikhsan yang memaksanya.
Sesaat sebelumnya, di bawah Ikhsan menendang pelan kaki Aisyah, lalu menatapnya seolah mengisyaratkan satu hal, dan Aisyah paham benar apa yang di maksud.
Mendengar jawaban Aisyah ini Ikhsan merasa cukup puas. Sesuai. kemauannya.
"Oh yah udah deh kalau soal masalah itu papa ngerti kok. Tapi harusnya kalian minta restu dulu lah. Enggak begini caranya." keluh Heri lagi. Ia tak kuasa memarahi wajah lugu menantunya ini.
"Iyah pa, Maafin Aisyah." Aisyah menunduk ragu.
"Udah lah papa, soal pesta kan bisa nanti, gak perlu di buru - buruin. Yang penting kan Ikhsam sama Aisyah udah nikah, kayak yang Papah sama mama minta kan?" sambung Ikhsan.
"Udah-udah ntaran aja bahas masalah itu, makan aja dulu. Aisyah belum makan malam kan nak?" lerai Sheira.
Aisyah mengangguk dan tersenyum lembut pada Sheira. Yah sejak dulu Aisyah selalu menganggap Heri dan Sheria seperti orang tua kandungnya sendiri.
"Nak, Ikhsan baik kan sama kamu? Kalau dia macam-macam laporin aja sama papa. Soalnya papa dengar kalian dulu ribut yah?" tanya Heri di sela-sela makan malamnya.
"Iyah pa, Aisyah sama Ikhsan hubungannya harmonis kok. Yah ribut dulu, cuma permasalahan anak muda. Sekarang Udah enggak ngaruh sama sekali. " bohong Aisyah memasang senyum manis semanis mungkin, guna menutupi faktanya. Yah Aisyah memang jagonya dalam hal memasang senyum, kan?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mamath Cici Cici
Untung aisyah sabar klo Q udh milih bunuh dri kali
2021-04-18
0
Andi Nur
operadi saja si iksan itu dokter,kalo dsh tidur,pitong sja burungnya😂😂😂😂🤣🤣🤣
2020-12-16
2
Dedek Ocie Adnan
kdg papa,kdg ayah, kdg mama, kdg jg bunda 😂😂
2020-10-25
0