Setibanya di rumah, Marvin segera menggendong Adeline.
kali ini Marvin menggendong Adeline sama seperti saat Adeline ketiduran tempo hari lalu.
Adeline merasa gugup, dan jantungnya berdebar sangat cepat sekali. wajahnya memerah karena malu. namun ia mencoba mengontrolnya.
"Kak Marvin.." panggil Adeline.
"Ya.." jawab Marvin fokus melihat ke depan.
"Apakah aku berat ?"
"Sedikit." jawabnya singkat.
"Maafkan aku ya, waktu aku tertidur setelah pesta pernikahan, aku juga benar-benar tidak sadar sama sekali karena terlalu mengantuk saat itu. apa kamu juga yang menggendongku ?" tanyanya ragu.
"Ya, kau pikir siapa lagi ? Han ?" Marvin tetap fokus berjalan memandang ke depan.
"Kau bahkan mengigau dan memelukku." ucapnya lagi.
"Apa ?" Adeline benar-benar kaget, ia merasa tidak ingat sama sekali.
"Maafkan aku, itu aku tidak sadar sampai mengigau, maaf aku pasti sangat bodoh kala itu." ucapnya sangat malu.
"Aku kira asistenmu yang menggendongku. tidak sangka malah kamu." tuturnya lagi.
"Dia mana berani menyentuhmu, lagipula aku tahu kamu tidak akan ingat, karna kalau kau ingat berarti kau tidak mengigau saat itu."
Seketika itu Adeline hanya terdiam. sunyi senyap tidak ada suara. ia bingung harus mengatakan apa lagi. wajahnya sudah memerah karena malu. ia tidak menyangka kalau dirinya bahkan sampai mengigau dan memeluk pria dingin itu.
"Bodoh sekali kau Eline !" batinnya.
Marvin juga terdiam dan menurunkan Adeline diatas sofa panjang yang ada di ruang tamu.
Tidak seperti biasanya. kali ini rumah sangat terlihat sepi tidak ada pelayan sama sekali, Marvin celingukan kesana kemari mencari para pelayan yang seolah menghilang tanpa jejak.
**
Marvin meninggalkan Adeline sebentar, untuk mencari keberadaan para pelayan di rumahnya. ia terheran kenapa pelayan ini semuanya tidak ada. apa mereka sudah mengundurkan diri pikirnya.
"Kenapa tidak ada." Marvin meraih ponsel di sakunya dan menelpon asistennya untuk menanyakan kemana para pelayan yang ada di rumah.
"Han ! " Marvin memanggil Han
"Ya, tuan Marvin, ada yang bisa ku bantu?"
"Kemana perginya para pelayan di rumah ? sepi sekali tidak ada satupun pelayan di sini !" tegas Marvin.
"Maaf tuan, pelayan sudah kembali ke rumah besar sekarang, sesuai permintaan tuan Jonathan, sementara ini tuan Marvin dan nona Adeline tidak boleh diganggu termasuk dengan keberadaan para pelayan, begitu juga termasuk ayah nona Adeline, dan teman nona Adeline, mereka belum boleh mengunjungi tuan Marvin dan nona Adeline." tutur Han yang hanya mengikuti perintah saja.
"Apa? apa kau sudah gila? bagaimana bisa tidak ada pelayan ? Lalu siapa yang akan mengurus rumah ini? dasar paktua!" Marvin sangat kesal menendang kursi yang ada di hadapannya. "mau apalagi sih dia kali ini! apa tidak cukup membuatku pusing seharian ini!" gentaknya di ujung telepon. Han tersentak mendengar tuannya yang marah.
"Tuan Marvin tenanglah. untuk masalah bersih-bersih rumah, sudah ada petugas kebersihan yang akan datang saat pagi hari sebelum nona Adeline dan tuan Marvin bangun, tapi untuk memasak biar nona Adeline yang mengurusnya. itu juga permintaan ayah nona Adeline sendiri tuan"
"Astaga, mereka sangat kompak!" Marvin yang masih kesal menutup teleponnya.
"Sialaan !" umpat Marvin.
Marvin kembali ke ruang tamu sambil membawa minyak urut untuk mengurut kaki Adeline yang terkilir, sementara Adeline terlihat masih meringis kesakitan, memegang pergelangan kakinya.
"Masih sangat sakit ?" Tanya Marvin.
"Iya kak, bagaimana apakah sudah ketemu dengan para pelayan kak?"
"Mereka tidak ada. sudah kembali ke rumah Ayah" jawab Marvin sambil memijat pelan kaki Adeline. ia hanya fokus pada kaki Adeline yang terkilir saja. tidak memandang wajah Adeline sama sekali saat berbicara.
"Kenapa semuanya tiba tiba ke rumah Ayah Jo kak?" Adeline merasa heran.
"Biarkan saja, malas berurusan dengan paktua itu!" ketusnya tidak peduli.
"Kak, kau tidak boleh begitu memanggil ayah Jo, dia itu kan ayahmu." ucap Adeline sambil menahan sakit kakinya yang sedang di pijat Marvin. "aduh sakit sekali" rintih Eline pelan.
Sementara Marvin tidak menjawab Adeline hanya menghela napas berulang kali.
"Apa sudah lebih baik ?" tanya Marvin lagi.
"Iya sudah tidak sakit. kakak pandai memijat juga ternyata." dia akui pijatan Marvin membuat kakinya tidak terasa sakit lagi.
"terimakasih kak" ucap Adeline.
"Iya.."
Marvin duduk di samping Adeline tiba-tiba memperhatikan Adeline sekilas. ia melihat bekas luka yang ada di tangan Adeline sepertinya familier.
"Sepertinya aku juga pernah mengobati seorang wanita yang terluka sebelumnya" ucap Marvin pada Adeline.
Adeline bertanya-tanya dalam hatinya siapa gerangan wanita yang pernah di obati oleh Marvin itu.
"Siapa dia kak ? apakah kekasihmu ? " Tanya Adeline.
"Aku tidak punya kekasih. wanita itu tidak sengaja tertabrak mobilku dan luka di bagian siku tangannya. karena menyesal aku membawanya ke rumah dan mengobatinya, Persis seperti itu lukanya. sama seperti yang kamu miliki di siku tanganmu " ucap Marvin yang belum menyadari bahwa orang itu adalah Adeline.
Adeline yang terdiam sejenak tiba-tiba tertawa. ia merasa bahwa pria dingin di sebelahnya benar benar lucu sekaligus keterlaluan. tadi ternyata dia memang benar tidak menyadari bahwa saat itu Adeline lah orang yang ia tabrak hingga terluka.
"Kenapa tertawa ?" tanya Marvin terheran.
"Haha.. apa sampai saat ini kakak belum sadar juga ?" tanya Adeline merasa lucu melihat Marvin
" Sadar hal apa?" tanya Marvin bingung.
"Perempuan yang kamu tabrak itu. bukannya itu adalah aku?" ucap Adeline seolah menanyakan kebenaranya pada Marvin.
"Apa ? " Marvin terkaget karena dia memang tidak memperhatikan wajah wanita itu sama sekali. "jadi itu kamu ?" ucap Marvin mengeryitkan kening dan menggaruknya.
"Iya kak. kamu sudah melukaiku dua kali. saat itu aku kau tabrak dan terluka kau bahkan tidak mengenaliku. boro-boro mengenali, bahkan melihatku saja kau tidak ingin." terang Adeline yang kalau di ingat-ingat ia masih merasa kesal tapi juga merasa lucu.
"Benarkah? maaf ya, aku benar-benar tidak menyadarinya. maaf sudah melukaimu dua kali," ucap Marvin wajahnya sesekali melirik Adeline. namun Adeline hanya tersenyum dan sesekali menahan tawanya karena merasa lucu dengan Marvin.
"Sudahlah kak, tidak apa-apa kok kak, sekarang kan akhirnya kau sadar juga." Adeline kembali tertawa.
Marvin melirik Adeline sekilas, lalu memalingkan lagi wajahnya. ia merasa sangat bodoh saat itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG..
________________
Readers : kapan jatuh cintanya sih Thor Marvin sama Eline?
Author : sabar aja napa!
Readers : Yaelah Thor santai aja jawabnya kali. kita kan cuma lagi baper aja!
Author : Ciyee Baper Nih!
Readers : Tampol pake Vote mau??
Author : Mau lah Mau banget.
Readers : Ngarep!!
Author menghilang secara misterius..
________________
Jangan Lupa Like dan Tinggalkan Komentar nya yaa 😇😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Rosmen Haloho
gemeeeeees thor
2022-02-05
1
Mayra Putri
marfin.... nanti bucin juga ama eline .....
2021-01-14
0
Najwatirta
pengen aku cubit pipi kak Marvin
2020-12-09
2