Tiba-tiba saja Marvin datang membawa kotak p3k dan mangkuk berisi air hangat yang sudah di campur antiseptik serta handuk kecil yang sudah di siapkan untuk mengobati luka Adeline.
Adeline terkaget dan sadar dari lamunannya sendiri. lalu meringis merasakan siku tangannya yang menjadi semakin perih saja terasa.
"Akhirnya dia datang juga setelah sekian lama aku menunggunya. untuk sejenak aku pikir dia itu lupa kalau aku masih disini." gumamnya pelan.
"Maaf nona bisa berikan tanganmu yang luka itu. biar saya bantu bersihkan dulu." Marvin mengambil handuk yang sudah di celupkan ke dalam air hangat yang sudah di campur antiseptik lalu memerasnya dan membersihkan luka Adeline perlahan.
Adeline memberikan tanganya kepada Marvin dengan ragu-ragu.
"Ahh.. pelan-pelan dong ! ini sakit sekali, kau kenapa menyetir dengan cara seperti itu. untung saja aku tidak mati. kalau aku mati maka kau akan masuk penjara ! tidak hanya itu bisa jadi aku akan berubah menjadi hantu dan bergentayangan mencarimu untuk balas dendam !" ucap Adeline tanpa sadar apa yang di ucapkannya tadi.
"Maaf nona saya tadi hanya melamun, lagi pula nona tidak sampai mati, jadi nona tidak perlu berfikir yang tidak-tidak". Marvin hanya melanjutkan mengobati luka Adeline dengan memberikan cairan obat luka dan membalut dengan kain kasa serta menutupnya rapat dengan menggunakan plester.
"Apa?? bahkan diajak bercanda pun tetap saja ekspresinya datar begitu? benar-benar aku tidak habis fikir, bagaimana bisa Ayah memilih calon suami untukku dengan model yang seperti ini". Adeline mengerucutkan bibirnya dan memasang tampang konyol di depan wajah Marvin yang serius.
Sedangkan Marvin tetap saja tidak melirik Adeline sama sekali.
"Sudah selesai nona, semoga lukanya bisa cepat membaik. Tapi sepertinya akan membutuhkan waktu beberapa hari untuk bisa sembuh. Nona harus mengganti perbannya setiap kali perbannya mulai basah " Ucap Marvin sambil membereskan mangkuk dan kotak obat di meja.
Adeline menatap lukanya yang baru saja dibalut rapih oleh Marvin.
"Ya, terimakasih sudah mengobati lukaku tuan. bisakah tuan mengantar saya pulang? besok saya masih ada janji dengan teman-teman saya, jadi saya tidak mau pulang terlalu malam" Ucap Adeline
"Lama-lama bersama pria kutub ini bisa bikin aku jadi membeku beneran deh! Mendingan secepatnya kabur saja! Nggak kabur dari perjodohan juga sih karena nggak mungkin bisa!" gumam Adeline dalam hatinya.
"Baiklah nona akan saya antar, silahkan tunggu didepan nona nanti saya akan menyusul" tegas Marvin masih dengan wajah yang sama tidak menatap Adeline sama sekali.
"baiklah" lalu Adeline beranjak pergi menuju pintu depan.
"Pria kutub es itu beneran lupa ingatan mungkin ya!!" Adeline lagi-lagi memaki dirinya sendiri.
Marvin yang masuk untuk mengambil kunci yang tidak sengaja ia taruh di dapur saat mencari kotak obat tadi.
Ia seperti sedang mengingat sesuatu yang ia lupakan.
"Sepertinya aku pernah melihat gadis itu sebelumnya? tapi dimana ya? suaranya juga tidak asing. Haaah.. sial kenapa harus menabrak orang segala sih! bikin repot saja. Mungkin aku hanya salah mengenali saja " Marvin mengambil kunci mobil dan berlalu menuju pintu depan.
Adeline sudah menunggu Marvin dihalaman rumah Marvin.
Adeline memainkan kakinya mengayun dan menginjak-injak rerumputan yang ada di halaman rumah Marvin, menunggu Marvin yang belum juga keluar dari rumahnya.
Marvin rupanya pergi ke toilet dulu karena sudah tidak tahan ingin buang air.
Sesaat kemudian Marvin muncul dan menghampiri Adeline.
Adeline mendengus masih sebal dengan Marvin yang sangat lama, ia mengerucutkan bibirnya lagi.
"Lama sekali!" Gerutu Eline
Namun Marvin memilih tidak memperdulikan Adeline.
Ia menekan tombol kunci mobilnya lalu masuk ke dalam mobil.
"*p*ria balok es! masa aku dibiarkan disini sendirian? tidak di suruh masuk atau apa gitu!" Eline berdecak kesal sekali.
"masuklah nona, katanya ingin pulang." Marvin memandang lurus ke depan, tidak melirik sama sekali.
"Sialan !!!" umpat Adeline dalam hati.
Akhirnya Adeline masuk kedalam mobil Marvin dengan terpaksa.
catet ya !! terpaksaa !!
"Silahkan di pakai seatbeltnya nona," ucap Marvin
"Dia itu buta apa gimana sih? liat nggak ini tangan masih luka, mana bisa masang sabuk pengaman sendiri!" Adeline meracau lagi dalam hatinya. Ia jadi banyak memaki Marvin dalam hatinya sendiri. tentu saja dalam hati tidak berani mengutarakanya secara langsung.
"Tuan tapi tangan saya sedang terluka tidak bisa memasang sabuk pengaman sendiri" ujar Adeline berusaha bicara sopan.
"Bagaimana kalau tidak usah memakai seatbelt. langsung jalan saja biar cepat sampai," ucap Adeline memberikan penawaran.
"Mana bisa, kalau di tangkap polisi lalulintas akan merepotkan saya," celetuk Marvin
"Ya Tuhan.. es balok! ayah boleh tidak Eline melambaikan tangan saja!" gumam Adeline dalam hati.
Marvin akhirnya mendekat kearah Adeline semakin dekat hingga Adeline menahan napasnya, wajahnya memerah.
"Mau apa kamu !" ucap Adeline sedikit berteriak.
"Tenang sudah saya bantu pasang seatbelt," jawab Marvin santai.
"Oh.." Adeline membulatkan bibirnya sambil menyentuh dadanya.
"Hampir copot nih jantung aku !" Maki Adeline lagi-lagi hanya dalam hati.
Marvin tidak menggubris sama sekali, ia tetap menatap ke depan dan mulai mengendarai mobilnya.
Malam itu sepanjang perjalanan menuju rumah Adeline. Marvin sama sekali tidak berbicara satu patah katapun dengan Adeline.
Adeline juga hanya diam saja, sesekali meraih ponselnya dan memainkannya.
Adeline memang penasaran kenapa ada anusia seperti Marvin, yang begitu dingin. tapi buat apa Adeline penasaran, toh dia sudah tidak bisa menolak perjodohan ini. Adeline hanya bisa ikhlas dan pasrah menerima kenyataan bahwa ia harus menikah dengan laki-laki yang ada di sampingnya ini.
"Alamat nona benar disini ?" Marvin bertanya pada Adeline
"Ya, benar seperti yang sudah aku katakan tadi. belok kanan dan sampai. rumah ku yang di ujung sana," ucap Adeline seraya menunjuk jalan.
"Baiklah, kalau begitu kita sudah sampai nona" Marvin menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumah Adeline.
"Ya, terima kasih tan. maaf saya belum mengetahui nama anda? "
*S*ekalian saja aku ikuti cara dia. dia tidak ingat siapa aku jadi tidak masalah kan kalau kita berkenalan lagi. aku ingin lihat seperti apa ekspresinya Adeline bergumam dalam hatinya dengan pandangan penuh rasa penasaran.
"Kenalkan saya Marvin, kalau begitu saya permisi pulang dulu nona, Sekali lagi maaf karna sudah membuat anda cidera nona." Marvin berlalu masuk ke dalam mobilnya tanpa bertanya siapa nama Adeline terlebih dulu.
Adeline membulatkan mulut dan matanya. ia tidak menyangka kalau Marvin bahkan tidak menanyakan namanya, dan malah langsung pergi begitu saja.
Cukup Adeline!! kau seharusnya sadar orang seperti apa dia itu!! haaah.. benarkah aku harus menikahi pria seperti itu!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hallloooo..
Jangan lupa ya Tekan Love Like dan Komentar biar Rame 😂😂
Maaci yang udah mampir baca sampai sini.
Kucinta kalian 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Yaser Levi
laki2 gila itu nmnya😂
2023-11-21
0
Naylatul Maufiroh
😂😂😂😂😂😂😂marvin-marvin
2022-04-13
0
D.R.S
seharusnya adeline bangga donk punya calon suami sperti itu,,,kan berrti itu tandanya si marvin gk mata kranjang ,juga gk kegenitan ama cewk. .
2021-10-04
0