"My first love,
You’re every breath that I take
You’re every step I make
And I, I
I want to share
All my love with you
No one else will do
And your eyes
Your eyes, your eyes
They tell me how much you care
Ooh yes, you will always be
My endless love
Two hearts, two hearts that beat as one
Our lives have just begun"
Endles Love - Lionel Richie feat Diana Rose
Adeline yang sedang duduk dalam lamunannya, sembari mendengarkan lagu yang berjudul endles love tersebut.
mendengarkan setiap alunan melody yang indah, dengan lirik lagu yang menyentuh.
tersirat bahwa cinta begitu indah di rasakan, namun apakah Adeline kelak bisa merasakan cinta yang indah sampai akhir hayatnya?
Adeline yang sore itu masih menunggu Ayah nya di rumah sakit, karna Ayahnya meminta Adeline untuk tinggal sebentar di rumah sakit, menunggu kedatangan laki-laki yang akan di kenalkan Ayahnya kepada Adeline.
'Siapa laki-laki yang akan Ayah kenalkan padaku? apakah laki-laki itu benar memang baik dan akan menerima diriku ini?' Adeline terus bergumam dalam hatinya sesekali melihat ke arah jendela dari lantai 3 bangunan Rumah Sakit tempat Ayah nya di rawat.
"Adeline.. " suara Ayah Adeline lirih, memanggil Adeline.
"Iya Ayah, ada apa? Adeline disini menemani Ayah," Adeline menghampiri Ayahnya, yang terbangun.
"Kemarilah nak, Ayah ingin bicara denganmu." Tangan Albert meraih tangan putrinya.
"Pelan-pelan Ayah, iya Adeline disini,Ayah ingin bicara apa?" Adeline menggenggam tangan Ayahnya, dan menciuminya.
"Adeline.. mengenai laki-laki yang akan Ayah kenalkan kepadamu, dia akan datang malam ini nak, Ayah harap kamu bersedia berkenalan dengan dia yaa nak, " Sorot mata Albert mengisyaratkan harapan yang cukup besar kepada Adeline, agar Adeline bersedia melakukannya.
"Baiklah Ayah, Adeline bersedia." senyum Adeline terpancar dengan cantiknya. Adeline berharap tidak mengecewakan Ayahnya. Adeline berpikir dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi selain Ayahnya, Adeline tidak ingin membuat Ayah nya kecewa, sehingga keadaannya semakin buruk nantinya.
Ayah Adeline kini merasa lega melihat senyuman putrinya itu, dia berharap Adeline akan bahagia dengan laki-laki yang ia pilihkan.
Adeline sedang menuju restoran yang ada di dekat rumah sakit tempat Ayahnya di rawat,
ia bermaksud untuk memesan kopi dan kue, karena saat ini Adeline merasakan lapar. sejak siang ia tidak bernafsu untuk makan, karena memikirkan masalah perjodohan.
tapi Adeline tidak mau kalau sampai sakit karna tidak makan.
"Bosan juga, lebih baik aku makan sedikit deh. aku tidak mau kalau sampai sakit, nanti siapa yang akan menjaga Ayah kalau aku sakit." gumam adeline sembari menikmati kopi dan kue yang ia sudah pesan.
Tiba tiba Adeline ingin pergi ke toilet sebentar, dan ia pun berjalan menuju arah toilet.
namun tiba-tiba Adeline terjatuh, menabrak seseorang di hadapannya.
"Ah.. maaf aku tidak sengaja--" Adeline beranjak bangun dan melihat seorang pria tampan menggunakan coat berwarna brown, dengan postur tubuh yang terbilang tinggi, sejenak Adeline pun terdiam memandangi sosok laki-laki itu.
"Lain kali berhati-hatilah ketika berjalan." laki-laki itu terus berjalan tanpa memandang Adeline sedikitpun.
"Cih! kenapa dengan laki-laki itu? terlihat ketus sekali.. aku kan sudah minta maaf, karena tidak sengaja. sial sekali bertemu orang semacam itu, meskipun wajahnya tampan, tapi buat apa kalau sikapnya dingin begitu." Adeline mengatur napasnya dan beranjak pergi ke toilet.
Malam hari di Rumah Sakit..
Adeline memandang ke arah jarum jam yang terus berputar. ia sesekali memainkan ujung kuku dan menarik nafas dalam-dalam.
terlihat bahwa Adeline cukup gugup karena malam ini ia harus bertatap muka dengan orang yang nantinya akan di jodohkan dengannya.
sementara itu, Ayah adeline masih tertidur di tempat tidur nya.
Adeline yang duduk di sofa ruangan Ayahnya dirawat, ia terus terlihat gelisah dan bergumam sendirian.
"Bagaimana jika orang itu ternyata tidak menyukaiku? dan menolak di jodohkan denganku ya? apakah Ayah akan baik-baik saja? atau Ayah akan kecewa? apa yang harus aku perbuat, memikirkan ini semua sejujurnya membuatku pusing. tapi Ayah--" adeline memandang lagi sosok Ayahnya yang masih tertidur.
Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
Tok Tok Tok
Adeline membukakan pintu ruangan dimana Ayahnya di rawat.
Kreeek.. Ceklek
Suara Adeline memutar gagang pintu dan pintu pun terbuka.
"Silahkan ma__" tiba tiba mulut Adeline berhenti bersuara melihat seseorang yang ada di hadapan nya sekarang ini.
"Kamu bukannya yang tadi di restoran kan? cowok dingin yang ketus itu." Adeline reflek berbicara seperti itu, dan ia sadar akan ucapannya, akhirnya menutup mulutnya secepat mungkin.
"Maaf apakah ini benar ruangan rawat tuan Albert? " ucap lelaki itu, dengan suara agak berat, berbicara dengan nada suara yang rendah berbicara menatap wajah Adeline yang masih mematung kaget.
"Nona, anda tidak apa-apa?"
Tiba-tiba adeline tersadar, dan langsung membuka pintunya lebar.
"Benar, ada perlu apa anda dengan Ayah saya Tuan?" Adeline berbicara sangat kaku, karena tidak tahu apa yang harus di katakan pada pria yang sempat membuatnya kesal, sore tadi.
"Boleh saya masuk dulu?" pria itu langsung masuk begitu saja, tanpa menunggu Adeline mempersilahkan.
"Apa-apaan dia? bukan menunggu aku mempersilahkan, sudah main masuk saja, buat apa tadi dia bertanya kalau begitu?" gumam Adeline pelan.
"Adeline.." suara ayah Adeline lirih, yang sudah terbangun.
"Iya Ayah.." Adeline menghampiri ayahnya
"Siapa yang datang Nak? " Ayah Adeline berusaha untuk bangun, dan duduk.
"Pelan-pelan Yah," Adeline membantu Ayahnya duduk bersandar.
"Paman Albert saya datang sesuai dengan undangan paman, bagaimana keadaan paman?" laki-laki itu berbicara dengan bahasa yang sopan, dan nada suara rendah.
"Kau sudah datang rupanya, kemarilah Nak. biar Paman kenalkan dengan Putri Paman," Albert tersenyum kepada pria itu.
"Baik Paman," pria tersebut berdiri tepat di sebelah Adeline
"Adeline, dia adalah orang yang Ayah ingin kenalkan denganmu, namanya Marvin,"
"Marvin, ini adalah Adeline, putri paman."
Sontak jantung Adeline tiba tiba berdegub lebih cepat, demi Tuhan Adeline sangat kaget, mendengar perkataan Ayahnya itu, ternyata Pria yang ada di sebelahnya, adalah pria yang sama dengan yang dia jumpai tadi sore, di restoran. pria yang ketus dan dingin.
sementara Marvin terlihat sangat santai, sama sekali tidak terlihat gugup, ataupun kaget.
"Salam Nona Adeline, kenalkan nama saya Marvin Frederic." seraya mengulurkan tangannya kehadapan Adeline.
"Salam kenal saya Adeline," Suara Adeline terdengar sangat kaku, sekujur tubuh Adeline sejujurnya terasa gemetar, ia masih belum bisa menerima kehadiran pria yang ada di hadapannya, bahkan Adeline tidak tersenyum sedikitpun, dan langsung memalingkan wajahnya saat itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*Terimakasih Readers Tersayang Sudah mau Mampir Membaca Cerita Marvin Dan Adeline yang berjudul My Husband Is Cold.
Cherry senang kalau Readers Mau memberikan Like dan Komentar nya. Kritik Saran sangat di perlukan Oleh Author supaya bisa lebih baik lagi.
Jangan Lupa Vote, Rate, dan Jadikan Favorite Yaa.. Selamat Membaca :)
Gabung Grup chat Cherry yuk kita ngobrol ngobrol hihi
SPECIAL NOTES : maaf Kalau Update nya Agak lama karena Proses Review oleh Editor yang kadang tidak menentu*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Maura
tambah semangat kalau ada visual thor
2022-06-20
0
wiwin
aku mampir thor
2022-06-15
0
Regen
gaskeun...
2022-03-17
0