Marvin masih menggandeng tangan Adeline, berjalan dengan cepat memasuki pusat perbelajaan, sementara Adeline sulit mengimbangi langkah kaki Marvin, yang lebih panjang, sehingga Adeline malah terjatuh.
"Ahh.. sakitnya.." Adeline meringis, menyentuh pergelangan kakinya yang sepertinya sudah terkilir.
"Kenapa aku selalu sial saat berjalan bersamamu. kau ini sebenarnya suamiku atau bukan sih? kenapa malah meninggalkanku dan berjalan begitu cepat. tahu begini lebih baik tidak perlu jalan-jalan."
"Hei kenapa bisa terjatuh ? apa kau tidak bisa lebih berhati-hati lagi ?" tanya Marvin sembari celingukan ke kanan dan ke kiri khawatir Leona mengejar mereka. "Sial kenapa wanita penggoda itu lagi sih! Sungguh sial bertemu denganya." ketus Marvin sambil memijat kedua alisnya.
"Kau kenapa sih, jalan cepat-cepat ? aku capek mengikutimu. kakiku terkilir, sakit sekali kau tahu? bisa tidak jalan biasa saja !" rintih Adeline sambil memegang pergelangan kaki nya yang sakit itu. "aku tidak bisa bangun. ini sangat sakit.."
"Maaf, aku cuma tidak ingin terkejar oleh wanita genit tadi, kemarilah, kubantu berdiri ya," ucap Marvin seraya mengulurkan tangannya, bermaksud membantu istrinya berdiri. namun Adeline tidak menggubrisnya.
Adeline terlihat kesal dan kesakitan karena kakinya sama sekali tidak bisa di pakai berjalan.
"Sakit tahu ! aku sama sekali tidak bisa berjalan." ucapnya sambil menahan sakit di kakinya saat ia mencoba untuk melangkahkan kakinya perlahan. namun ia malah terjatuh lagi..
"Duuuhh sakit sekali.." rintih Adeline. namun Marvin tidak juga ada inisiatif memapah Adeline. hanya terdiam sesekali terus memperhatikan keadaan sekitar.
"Hei, kau kenapa malah diam saja ! aku sakit tidak bisa berjalan karenamu !" celetuknya kesal.
"Terus bagaimana kalau tidak bisa berjalan ?" Marvin menyentuh dahinya dan bingung apa yang harus ia perbuat untuk membawa Adeline pulang ke rumah. "merepotkan sekali sih!" tuturnya pelan.
"Tinggalkan saja aku disini ! pulanglah sendiri ke rumah. kalau memang aku hanya merepotkanmu saja !" Adeline menunduk tanpa menatap wajah suaminya itu.
Adeline merasa kesal dan tanpa di sadari ia menangis. namun dia mencoba menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Hei, kau jangan menangis. astaga.. baiklah maafkan aku, aku gendong ya ? sini naik ke punggungku." pinta Marvin, yang merasa tidak tega melihat Adeline menangis.
"Kenapa kalau dia menangis aku merasa sedih. sepertinya dulu sekali aku pernah melihat tangisan yang sama seperti itu." gumamnya dalam hati.
"Kemarilah biar kubantu berdiri." ucap Marvin mencoba memapah Adeline namun Adeline menangkisnya.
"Tidak usah ! siapa juga yang butuh bantuanmu !" tolak Adeline yang masih merasa sangat kesal.
"Pergi saja sana ! kau bilang kan aku merepotkan !" gentaknya.
Adeline berusaha menahan Airmatanya agar tidak keluar.
"Dasar cengeng kau Eline !" Maki dirinya sendiri dalam hati.
"Hei tapi kakimu terluka. sudah jangan menangis, kalau orang lain lihat, bisa salah paham nanti." Marvin kebingungan dan takut membuat orang sekitarnya salah paham. sementara orang-orang sudah berkerumun memperhatikan Marvin. Marvin berfikir orang- orang mengira dirinya menyakiti Adeline, sampai Adeline menangis. padahal orang-orang itu berkerumun karena terpesona melihat ketampanan Marvin.
"Sudahlah, jangan menangis lagi, kemarilah biarkan aku menggendongmu, menurutlah ya ? perhatikan orang-orang itu sudah mulai berkerumun, mereka pasti berpikir aku menyiksamu." pinta Marvin sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal itu.
"Biarkan saja mereka berkerumun. peduli apa aku dengan orang-orang" ucapnya kesal.
"Istriku sayang ayolah kumohon.. kemarilah naik ke punggungku ya, maafkan suamimu yang sudah menyakitimu ini." Marvin memasang wajah sok imut berharap Adeline mau menurut.
"Menjijikan sekali kau Marvin !" batinnya terpaksa.
Melihat ekspresi Marvin saat itu, malah membuat jantung Adeline berdebar sangat kencang.
"Apa katanya tadi? sayang? dia sudah tidam waras mungkin. tapi aku tidak bisa berjalan. terpaksa aku menurutinya deh." pikirnya terpaksa mengikuti kemauan Marvin, ia naik ke atas punggung Marvin dan menyenderjan tubuhnya. dengan hati-hati Marvin menggendong Adeline.
Kerumunan orang-orang semakin banyak, melihat Marvin menggendong Adeline, mereka seperti tidak percaya bahwa pria tampan itu ternyata adalah bisnisman yang sukses dan tampan yaitu Marvin Frederic.
"Dengar dengar Marvin sudah menikah. apakah itu istrinya? wah cantik juga imut sekali sepertinya masih sangat muda"
"Ah biasa saja tidak terlalu cantik. Marvin terlalu tampan untuk wanita *itu,"
Suara orang-orang yang berkerumun bergosip tentang Marvin dan Adeline. ada yang suka dan tidak suka. yang tidak suka tentu hanya mereka yang merasa iri dengan Adeline. karena bisa menikahi pria yang rumornya sangat dingin tidak mudah dekat dengan wanita manapun.
S*ementara Adeline sedang mengatur jantungnya yang terus berdegub sangat cepat, napasnya seakan sesak, saat berada di punggung suaminya. Adeline menutup mata rapat-rapat karena ia sejujurnya sangat malu. sambil terus menahan sakit pada kakinya.
Akhirnya mereka sampai di tempat parkir mobil Marvin.
Marvin memasuki mobil dan mendudukkan Adeline pelan-pelan diatas tempat duduk dan memasangkan seatbelt agar aman.
"Duduklah, sampai di rumah, aku akan obati kakimu yang sakit itu" tuturnya.
Adeline hanya mengangguk pelan. seakan kehilangan keberanian untuk memaki Marvin seperti saat berada di dalam mall.
"Kenapa diam saja apa masih marah ?" tanya Marvin melihat sekilas wajah Adeline yang murung.
"Ti-tidak kok," Adeline tersenyum tipis.
"Maafkan aku sudah membuatmu terkilir tadi." ungkapnya sambil tetap konsentrasi menyetir.
"Hm, kenapa kau menjauhi wanita cantik yang tadi kak? " tanya Adeline penasaran. sepertinya Marvin menghindari wanita itu pikirnya.
"Aku tidak suka wanita genit, kenapa semua wanita seeperti itu,suka mengejar-ngejar pria."
Adeline melirik Marvin.
"Tidak semua seperti itu," ucap Adeline.
"Betul juga, kamu tidak seperti itu. kamu sangat galak dengan pria ya," Marvin terkekeh.
Adeline belum pernah melihat Marvin tertawa lepas seperti itu.
"Kak Marvin.." Panggil Adeline.
"Ya.." jawab Marvin.
"Maaf soal tadi, karena aku sudah memarahimu." Ucap Adeline merasa menyesali perbuatannya bagaimanapun Marvin adalah suaminya pikirnya.
"Bukan salahmu, Kakimu masih sakit sekali ?" tanyanya cemas.
" Iya sepertinya begitu," Adeline meringis kecil.
"Bertahanlah, kita segera sampai."
Adeline hanya mengangguk.
"Maaf atas sikapku yang membuatmu sedih Eline.." tutur Marvin yang merasa menyesal.
"Tidak kok." Adeline tersenyum tipis.
"Kenapa sampai menangis? apa sangat sakit?"
"Hatiku yang sakit mendengar ucapanmu! balok es !" batinnya.
"Iya lumayan sakit,"
"Jangan menangis seperti itu lagi."
"Kenapa?" Adeline merasa heran.
"Tidak apa-apa, hanya aku tidak suka tangisanmu." jawab Marvin dingin.
"Beruang kutub !" maki Adeline dalam hati.
Sementara Marvin hanya terus konsentrasi menyetir, tidak melirik Adeline yang sebenarnya mati gaya setiap kali ada di dekatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung..
Jangan Lupa Tekan Love Favorite
Like
Tinggalkan Komentar nya juga yaa biar Rame
Yang Mau gabung Grup Chat Cherry boleh banget yaa..
Jangan lupa Vote Cherry dong please.. 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
D.R.S
apa tangannya eline sdh smbuh???
2021-10-05
0
Titik Oktifiyanti
Marvin AQ suka gaya mu.....
2021-08-28
0
Anix
aduhhhh ututu aku mau digendong 🤣🤣🤣🤣
2021-04-18
2