Keesokan harinya..
Pagi yang cerah, sepertinya cuaca hari ini sangat bagus untuk pergi keluar berjalan jalan.
Sementara Adeline malah masih tertidur pulas di balik selimutnya, Adeline sangat kelelahan saat itu.
Tiba-tiba saja ponsel Adeline berdering berulang kali, membuat Adeline terbangun dan menyipitkan matanya perlahan. lalu melirik layar ponselnya, ternyata ayahnya tadi yang menelpon namun tidak terjawab oleh Adeline.
"Ayah? ada apa ayah menelpon, tidak biasanya, ayah memangnya sudah boleh pegang ponsel ya ?" Adeline merasa aneh dan penasaran langsung menelpon balik ayahnya sambil sesekali menguap karena masih mengantuk.
"Hallo ayah,ini benar ayah ?" tanya Adeline.
"Hallo sayang, Iya nak ini ayah, hari ini dokter memperbolehkan Amayah memegang ponsel. karena kondisi ayah sudah membaik, tiba-tiba ayah teringat kamu, semalam kata sekertaris Gerald kamu pulang tanpa diantar pak Her. apa benar begitu nak ?" tanya Albert. pak Her adalah nama supir pribadi Adeline.
"Syukurlah ayah kalau ayah sudah membaik, Adeline sangat gembira sekali, mengenai Adeline yang pulang sendirian itu memang benar yah, karena pak Her sedang sakit, jadi dia tidak masuk kerja kemarin, Adeline tidak ingin membuat ayah cemas, jadi Adeline tidak memberi tahu ayah," terang Adeline pada ayahnya itu.
"Lain kali jangan seperti itu ya nak, ayah kawatir kalau kamu pulang sendirian, padahal kamu bisa meminta sekertaris Gerald untuk mengantar kamu pulang, jangan buat Ayah cemas ya nak," ucap Albert.
"Iya ayah, aku baik-baik saja kok," Adeline menatap luar jendela dan tiba-tiba teringat saat Marvin yang menabraknya, hingga terluka semalam.
"Ayah tidak perlu tahu hal ini," gumam Adeline dalam hati.
"Lalu apa rencanamu hari ini sayang? oiya mengenai pernikahanmu akan di selenggarakan besok ya nak, kamu tidak perlu repot memikirkan persiapannya. karena sudah di siapkan oleh orng kepercayaan ayah,dan Ayah akan hadir di acara pernikahanmu besok nak, Ayah merasa lebih sehat setelah mendengar kamu setuju untuk menikah dengan Marvin."
Deg
Tiba-tiba saja perkataan ayahnya barusan, mengagetkan Adeline, hingga Adeline menjatuhkan ponselnya tanpa ia sadari, ternyata ia benar-benar akan menikahi pria dingin itu gumamnya.
"Adeline apa kau mendengarkan ayah?" terdengar suara ayah Adeline memecah kesunyian Adeline yang masih mematung.
"Ayah, maaf tadi Adeline melamun, Adeline mengerti yah, itu terserah ayah saja, Adeline akan mengikuti ayah, asalkan ayah sehat, maka Adeline sudah merasa sangat bahagia." senyum Adeline memang dipaksakan, tapi ia juga bahagia karena ayahnya sudah lebih membaik saat ini, ternyata tidak sia-sia pengorbanannya menerima pernikahan dengan tuan dingin itu batinnya.
"Baiklah sayang, ayah sangat lega mendengarnya nak, hari ini lakukanlah apa yang mau kamu lakukan nak, kata bu Anne hari ini akan ada sahabatmu yang datang ya ? bersenang-senanglah nak, Ayah ingin kamu bahagia,"
"Iya ayah. Adeline hari ini akan mengobrol di rumah dengan Michele, Michele bilang ingin menjenguk ayah. tapi kalau ayah sudah membaik maka Michele tidak perlu ke rumah sakit, Aku akan mengajak Michele untuk hadir ke acara besok, boleh kan yah? " Tanya Adeline.
"Boleh sayang, ajaklah Michele. dia anak baik, ayah senang kamu memiliki sahabat, kalau begitu Ayah tutup teleponnya ya." Albert langsung mematikan teleponnya.
Adeline menghela napas dalam, dan meraih handuk untuk mandi.
"Sebentar lagi pasti Michele datang," gumam Adeline.
Ting Tong.. Ting Tong..
Suara bel rumah Adeline berbunyi berulang..
Pelayan membukakan pintu rumah Adeline, dan ternyata benar saja Michele sudah datang pagi-pagi untuk menemui Adeline.
Semalaman Michele tidak bisa tidur, karena merasa bersalah pada Adeline tidak menemaninya saat ayah Adeline jatuh sakit.
"Nona Michele silahkan langsung naik ke kamar nona Adeline saja nona, nona Adeline berpesan kalau nona Michele datang, diminta langsung masuk saja kamar," tutur bu Anne pada Michele.
'Baiklah terimakasih bu Anne, kalau begitu aku langsung ke kamar Eline ya," sahut Michele tersenyum.
Terlihat Adeline yang sudah selesai mandi, sedang menyisir rambutnya yang baru selesai di keringkan, lalu terdengar suara pintu terbuka.
"Adeline !"
Michele masuk ke kamar Adeline, dan langsung memeluk Adeline.
"Hei lepaskan ! jangan terlalu kuat memelukku, aku sesak napas tahu !" sahut Adeline.
"Adeline bagaimana kamu bisa begini padaku, aku kan sangat menyesal tidak menemanimu saat uncle Albert masuk rumah sakit." tutur Michele seraya mengerucutkan bibirnya.
"Sudahlah Michele, tidak apa-apa, jangan menyalahkan dirimu sendiri, lagipula sekarang ayahku sudah membaik kok, aku hanya ingin bercerita kepadamu tentang satu hal saja saat ini, ini tentang diriku Chel," wajah Adeline tiba-tiba berubah menjadi muram, ia ingin menceritakan tentang masalah perjodohan dan pernikahannya besok kepada Michele. namun ia sempat ragu-ragu.
"Harus aku katakan pada Michele daripada aku jadi stress, karna menyimpannya seorang diri, lebih baik aku menceritakannya kepada Michele, meskipun aku tahu perjodohan ini tidak akan bisa aku hentikan lagi, sebab sudah terlanjur basah." ungkap Adeline dalam hati.
Michele memeperhatikan sahabatnya yang tidak terlihat seperti biasanya, apa mungkin karena Ayahnya sedang sakit jadi ia terlihat Cmcemas. atau malah ada masalah lain yang tidak ia ceritakan padaku, Itu yang sedang ada di pikiran Michele saat melihat sahabatnya yang sedang murung itu.
"Ada masalah apa sih Lin? aku jadi penasaran deh, Mukamu itu kenapa jadi murung banget? Udah seperti baju yang belum di setrika saja kusut sekali !" tutur Michele sembari duduk di atas kasur.
"Sialan kamu ! muka cakep gini, masa dibilang kusut !" gerutu Adeline pada sahabatnya itu.
"Yaa, maaf lah, habisnya memang murung terus aku kan jadi bingung," Sahut Michele sambil menggaruk kepala.
"Michele.. besok aku akan menikah,"
Deg
Michele ternganga sesaat, setelah itu merasa tergelak tanpa bisa ditahan akhirnya ia tertawa mendengar perkataan Adeline tersebut.
"Hahahha... kamu sedang mengigau yah Lin? menikah katamu? kamu kan baru lulus, bagaimana mungkin bisa langsung menikah? kamu lucu sekali deh hah.." Michele menjatuhkan badannya keatas kasur Adeline, lalu di susul oleh Adeline.
"Michele, tapi sayangnya ini bukan candaan, aku serius, aku juga berharap ini hanya ilusi, mimpi atau sekedar guyonan saja, tapi nyatanya aku memang harus menikah besok." tutur Adeline terlihat putus asa.
"Apaaa ? jadi kamu serius ? astaga kenapa sangat mendadak? siapa yang akan menikahi mu? Bagaimana bisa ?" pertanyaan bertubi- tubi datang dari mulut Michele, yang masih belum mempercayai semuanya.
"Mana aku tahu ini akan terjadi Chel, kalau boleh menolak, aku juga lebih baik menyerah saja !" tutur Adeline.
Michele yang masih belum percaya seratus persen, akan apa yang baru saja ia dengar dari mulut sahabatnya itu, Ia hanya bisa terdiam sejenak sambil mencerna kembali ucapan Adeline tadi.
"Chel ! berikan komentarmu, jangan diam saja! apa kau ingin menjadi silent reader?" celetuk Adeline yang berhasil mengagetkan lamunan Michele.
"Astaga Eline, kamu pikir aku sedang membaca novel apa?" tutur Michele yang terkejut di kagetkan oleh Adeline barusan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG...
jangan lupa Tekan Like Love dan Komentar yaaa... 😇😇
MINTA DUKUNGAN VOTE YA 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Mey Ambarita
gak realistis. org Prancis mana ada yg setuju di jodohkan? Nikah muda lagi.
2021-09-25
0
Kasiyati
jgan2 ayah nya cuma putaw sakit ya
2021-08-21
0
R R Morocila
🤣🤣🤣
2021-08-05
0