Semalaman Adeline menemani Albert di rmah sakit. ia tidak Beranjak dari sisi Albert yang keadaannya sempat memburuk.
malam ini Ayah Adeline harus menjalani perawatan yang lebih Intensif lagi.
"Ayah, Adeline tidak ingin kehilangan ayah. Adeline mohon ayah cepat sembuh ya yah.
Adeline akan lakukan apapun yang menjadi keinginan ayah termasuk keinginan ayah untuk menikah dengan laki-laki pilihan ayah itu,"
Mata Adeline terus berkaca-kaca. ia sangat takut Albert pergi meninggalkannya. Adeline sudah tidak memiliki siapa-siapa selain Albert. Adeline bahkan belum pernah merasakan kehangatan kasih sayang seorang ibu karena Ibu Adeline meninggal saat melahirkan Adeline.
"Adeline.. " suara Ayah Adeline memanggil namanya. terdengar suara Albert sudah lebih membaik. bahkan Albert sudah bisa duduk sendiri tanpa di bantu oleh Adeline lagi.
"Ayah sudah sadar? ayah sudah bisa duduk sendiri?" Adeline memeluk Albert dengan erat. Albert mengusap rambut putrinya itu dengan lembut.
"Ayah sudah merasa lebih baik sayang.." ucap Albert.
"Syukurlah yah, Adeline sedih melihat ayah keadaan nya memburuk lagi.. Ayah kenapa bisa sampai sesak napas seperti tadi?" Wajah Adeline penuh kecemasan tentang keadaan Ayahnya tersebut.
"Ayah tidak Apa-apa, Adeline apa bersungguh-sungguh dengan ucapan Adeline tadi? Ayah sudah mendengarnya nak."
"Ayah.." wajah Adeline berubah menjadi murung tapi Ia tidak ingin membuat Ayahnya sakit lagi. ia mantap menjawab pertanyaan Ayah nya dengan harapan Ayah akan segera sembuh.
"Ayah.. Adeline bersedia menikah segera dengan tuan Marvin," Adeline mengecup punggung telapak tangan Albert.
"Terimakasih sayang, Ayah lega sekali mendengarnya. besok Ayah akan buat janji dengan Marvin supaya secepatnya melakukan Pernikahan," wajah Albert yang berubah jadi berseri-seri membuat Adeline ikut senang. baru kali ini Adeline melihat raut bahagia itu setelah selama ini Albert lebih sering murung dan tampak memiliki banyak beban.
Adeline mengangguk mengiyakan perkataan Albert barusan.
Sementara itu Marvin terlihat masih sibuk di kantor karena harus mengurus beberapa project terbaru perusahaan nya yang bekerja Sama dengan perusahaan Beaufort milik ayah Adeline.
Panggilan masuk dari ayah Marvin yaitu Jonathan Frederic.
"Hallo, ada apa Ayah menghubungi ku?" Suara Marvin terdengar santai dari ujung telepon. ia sembari menandatangani beberapa berkas penting.
"Nak, besok temui paman Albert. lusa kamu harus menikah dengan putrinya," suara lantang dari ujung telepon ayah Marvin sontak membuat Marvin Terkaget dan menghentikan aktivitasnya saat ini. Marvin mengendurkan dasi yang terpasang papi di kemejanya. kemudian menghela napas panjang.
"Baiklah," ucap Marvin dan langsung menutup telepon Ayahnya itu.
"Shit!! kenapa harus terburu-buru. lusa dia bilang? apakah orang-orang itu sudah kehilangan akal sehat nya? kenapa harus sangat mendadak. tapi gadis yang bernama Adeline itu, sepertinya dia tidak menginginkan perjodohan ini. tapi kenapa dia setuju untuk menikah?" Marvin duduk menyandar di kursi kerjanya dan kemudian beranjak pergi keluar kantor bermaksud untuk pulang ke rumah pribadinya sambil membawa tas kerjanya.
Tiba-tiba Asisten Pribadi Marvin datang menghampiri Marvin yang sudah bersiap untuk pulang ke rumah.
" Tuan Marvin sudah mau pulang? " ucap Sekertaris Marvin
"Ya, aku cukup lelah hari ini. tolong selesaikan pekerjaan yang ada di ruangan ku. kosong kan jadwal untuk seminggu ke depan untuk ku. aku tidak akan pergi ke kantor dulu" Ucap Marvin menegaskan kepada sekertarisnya itu.
"Baik tuan Marvin,"
Marvin pun pergi menuju area parkir mobil nya dan melaju pulang ke rumah nya.
"Sial sial! krnapa harus secepat itu sih!" gumam Marvin merasa sangat kesal.
***
Di tempat lain Adeline yang sedang berada di Rumah Sakit tempat Ayahnya di rawat ia bermaksud untuk pulang ke rumah.
Ia masih menunggu supir pribadinya menjemput namun tidak juga datang.
akhirnya Adeline menghubungi nomor handphone supirnya itu menanyakan sudah sampai dimana.
"Hallo pak, Eline sudah mau pulang. bapak ada dimana?" tanya Adeline
"Maaf nona Adeline saya hari ini tidak bisa menjemput nona. saya terjatuh dari tangga rumah saya. baru saja saat saya bermaksud menjemput nona Adeline. namun saya belum sempat mengabari nona," Jawab Supir Pribadinya itu.
"Ya Tuhan.. tapi bapak tidak apa-apa kan? Bapak harus cepat ke dokter ya pak jangan sampai kenapa-kenapa," Tutur Adeline yang merasa cemas dengan keadaan supir pribadinya yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.
Adeline sangat perhatian dengan semua orang sekitarnya. termasuk supir dan pelayan di rumahnya. Ia tidak pernah membeda bedakan status sosial dirinya. sehingga Para pelayan dan supir yang bekerja untuknya merasa sangat beruntung memiliki majikan seperti Adeline.
"Saya baik-baik saja nona Adeline. sepertinya akan membaik tidak lama lagi. maafkan saya nona Adeline karena tidak bisa mengantar nona Adeline pulang."
"Tidak apa-apa pak, Eline pulang naik bis saja. lagipula sudah lama Eline tidak naik kendaraan umum rasanya kangen Juga," timpal Adeline pada supirpribadinya itu yang sudah memiliki dua orang anak balita.
"Nona Adeline naik taksi saja atau saya telpon asisten pribadi tuan Albert saja untuk menjemput nona ya," ucap pak pupir merasa cemas jika Adeline pulang naik bis.
"Tidak perlu pak. lagipula Eline suka naik bis kok, sudah ya pak. Adeline mau menunggu bisnya datang. bapak cepat sembuh. daah.." tutup Adeline lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas miliknya.
Adeline duduk menunggu di tempat pemberhentian bis yang akan ia naiki.
sesekali ia memperhatikan orang orang yang sedang berjalan lalu lalang dihadapanya. juga pada beberapa pasangan yang sepertinya terlihat saling mencintai satu sama lain.
"Bahagianya mereka bisa bersama dengan orang yang mereka cintai tanpa merasakan perjodohan seperti yang sedang aku alami saat ini. ppa nantinya aku bisa menyukai pria itu? membayangkanya saja membuat aku merasa pusing. bagaimana mungkin bisa. selama ini aku belum pernah menyukai Pria manapun. jadi aku juga belum pernah pacaran. melihat tampangnya sih Pria itu sepertinya seorang playboy! tapi masa iya playboy ? wanita mana yang tertarik dengan pria dingin seperti itu?" Adeline meracau sendiri sampai membuat orang yang ada di sekitarnya menoleh memperhatikan Adeline yang sedang berbicara sendiri. Adeline menyadarinya hanya melempar senyuman tipis.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*Terimakasih Readers Tersayang Sudah mau Mampir Membaca Cerita Marvin Dan Adeline yang berjudul My Husband Is Cold.
Cherry senang kalau Readers Mau memberikan Like dan Komentar nya. Kritik Saran sangat di perlukan Oleh Author supaya bisa lebih baik lagi.
Jangan Lupa Vote, Rate, dan Jadikan Favorite Yaa.. Selamat Membaca :)
SPECIAL NOTES : maaf Kalau Update nya Agak lama karena Proses Review oleh Editor yang kadang tidak menentu*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Nizar Mizwar
kok aku susah baca adeline ya kagok gitu ada yg sama gak
2021-12-27
0
Kasiyati
dingin sekarang...yg penting setia
2021-08-20
1
Denok Candra
mulai suka sama ceritanya..
2021-01-18
0