Adeline yang masih terkaget karena orang yang akan di jodohkan dengan nya ternyata sudah meninggalkan kesan pertama yang kurang baik bagi Adeline.
Bagaimana mungkin Adeline bisa bersama dengan pria dingin dan ketus seperti itu.
Adeline sesekali melirik ke arah laki-laki yang saat ini sedang mengobrol santai dengan ayah Adeline.
Terlihat ayah Adeline sangat menyukai pria tersebut.
Membuat Adeline menjadi merasa tidak ada pilihan lain selain menuruti kemauan ayahnya.
"Baiklah paman, saya harus pamit undur diri. karena masih ada urusan yang harus di selesaikan. mengenai pertemuan selanjutnya paman dapat mengaturnya sesuai keinginan paman dan saya menurut saja," tutur pria tersebut lagi-lagi dengan bahasa yang sangat santun sehingga membuat Albert semakin menyukai pria itu.
"Baiklah Marvin, biar Adeline yang mengantarmu ke depan ya.. " senyum Albert saat itu.
"Baik paman, saya permisi dulu. jaga kesehatan paman dan buatlah beristirahat."
"Ayah, Adeline mengantar tuan Marvin dulu yaa.." dengan wajah terpaksa menuruti kemauan Ayahnya.
"Pergilah nak,"
Sementara Marvin terus berjalan dan Adeline mengikuti Marvin dari belakang.
suasana sangat canggung diantara keduanya.
Marvin yang hampir tanpa ekspresi terus saja berjalan tanpa berucap sepatah kata pun kepada Adeline. Adeline merasakan bahwa pria tersebut mungkin saja terpaksa menerima perjodohan ini. akhirnya Adeline memberanikan diri mengajak Marvin berbicara lebih dulu.
"Tuan Marvin bisakah kita bicara sebentar.." ucap Adeline
Marvin menhentikan langkah kaki nya dan berbalik ke arah Adeline.
"Ada perlu apa nona ingin berbicara dengan saya? " Wajah Marvin yang datar dengan suara sedikit ketus terlihat sedang melihat kearah jam tangan gucci yang ia kenakan
"Hanya sebentar saja tuan Marvin, bisakah kita mencari tempat yang lebih nyaman untuk bicara?" pinta Adeline dengan sopan.
"Baiklah nona, saya beri waktu 10 menit " Marvin segera berjalan menuju cafe sebelah rumah sakit.
Adeline yang gugup terlihat terus berkeringat. sesekali dia mengelap keringatnya dengan tangan.
"Silahkan nona katakan apa yang ingin nona sampaikan," Marvin duduk dengan santai sambil menyeruput americano yang ada di meja.
"Tuan Marvin, sebelumnya saya ingin bertanya apakah tuan Marvin mengetahui masalah perjodohan yang ayah saya rencanakan antara tuan marvin dengan saya?" raut wajah Adeline berubah menjadi sangat tegang saat itu.
"Ya, saya kira tidak ada masalah," Jawab Marvin dengan santai.
"Apakah uan Marvin sama sekali tidak keberatan dengan perjodohan ini?" Adeline menegaskan kepada Marvin mengenai pertanyaan nya tersebut
"Tidak." Marvin dengan santainya.
"Maaf tuan Marvin, kenapa tuan Marvin menerima begitu saja perjodohan ini? Bukan kah kita bahkan belum mengenal satu sama lain. dan apa hubungan tuan Marvin dengan ayah saya?" ucap adeline yang mulai kehabisan kata-kata.
"Paman Albert adalah sahabat dekat Ayah saya. saya sangat menghargai Paman Albert. perjodohan ini sudah di rencanakan oleh paman Albert dan Ayah saya dari dulu. tapi saya baru menyetujuinya sekarang. Saya harap nona Adeline tidak perlu memikirkan macam-macam bukankah nona Adeline melakukan ini demi kesembuhan Ayah dari Nona Adeline?" Marvin dengan santainya menjawab semua pertanyaan Adeline.
Adeline yang hanya diam tidak dapat berkata apapun lagi. semua nya sudah di jawab oleh Marvin. ternyata Marvin begitu saja menerima perjodohan ini.
Adeline yang bingung dan menjadi serba salah.
"Saya rasa sudah tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. waktu saya hanya sebentar. terimakasih nona Adeline untuk americano nya. sampai jumpa lagi" Marvin beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Adeline yang masih terdiam di tempat duduknya.
"Dia bahkan tidak terlihat keberatan tapi juga tidak terlihat senang. aku sama sekali tidak bisa mengartikan apa apa dangan wajahnya yang bahkan bisa di bilang tanpa ekspresi. dia begitu dingin dan tidak mudah di tebak. sekarang aku tidak dapat melakukan apa-apa selain menerima semua rencana Ayah" Gumam adeline.
Adeline kembali ke ruangan Ayahnya di rawat. terlihat beberapa suster ada di dalam ruangan Albert.
"Suster ada apa dengan Ayah saya? Ayah saya tidak apa-apa kan suster?" Adeline terlihat panik melihat Ayahnya yang sudah di pasang alat bantu bernafas.
"Nona Adeline, tuan Albert tadi mendadak sesak napas. karena itu dokter meminta kami memasang alat bantu bernafas untuk tuan Albert," ucap suster yang merawat Albert.
"Ayah.. ayah tidak apa-apa kan? " Adeline terlihat sangat khawatir.
Albert membuka matanya perlahan dan membuka mulutnya, mengeluarkan suara lirih.
"Adeline sayang, Ayah hanya perlu istirahat nak, Adeline bagaimana dengan Marvin? apakah Adeline menyukai Marvin?" Ayah Adeline berbicara dengan suara terbata bata karena nafas nya terdengar lebih berat dari biasanya.
"Ayah jangan banyak berbicara dulu. Adeline tidak keberatan menikah dengan tuan Marvin asalkan Ayah janji Ayah akan sembuh yaa" Adeline mencium tangan Albert yang masih terlihat lemah.
"Sayang.. ayah akan baik-baik saja. tapi ayah ingin Adeline menikah dengan Marvin sesegera mungkin yaa nak.."
Perkataan Albert itu membuat Adeline menangis dan ia hanya bisa mengangguk mengiyakan permintaan Albert.
"Baiklah ayah Adeline melakukan ini untuk Ayah. Adeline hanya ingin ayah bahagia." perkataan yang keluar dari bibir manis Adeline membuat Ayahnya tersenyum.
"Nanti Eline akan tahu kalau Ayah melakukan ini karena ini adalah yang terbaik untuk Adeline. Marvin adalah orang yang paling tepat untuk Eline, Ayah hanya yakin terhadap satu pria yaitu Marvin. kalau dengan nya Ayah yakin seratus persen Eline akan bahagia." tutur Albert mengelus puncak kepala Anak gadisnya itu.
"Bagaimana mungkin ayah bisa yakin seperti itu. apakah Ayah tidak tahu betapa dinginya pria itu. tidak bisakah Ayah pilihkan aku Pria yang lebih manis sedikit saja, mungkin saja aku akan menyetujuinya dengan senang hati." gumam Adeline dalam hatinya. namun ia tidak berani mengatakan itu pada Ayahnya.
ia hanya menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia menyetujui permintaan ayahnya itu.
"Baiklah ayah. Adeline akan mengikuti kemauan Ayah. asalkan ayah janji ayah akan sembuh" ucap Adeline
"Ayah akan bahagia kalau Eline mau melakukanya dengan senang hati. Ayah akan lebih bersemangat untuk bisa sembuh." timpal Albert pada putri sematawayang-nya itu.
Adeline hanya tersenyum tidak mejawab perkataan ayahnya lagi. ia hanya menghela napas saja.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
*Terimakasih Readers Tersayang Sudah mau Mampir Membaca Cerita Marvin Dan Adeline yang berjudul My Husband Is Cold.
Cherry senang kalau Readers Mau memberikan Like dan Komentar nya. Kritik Saran sangat di perlukan Oleh Author supaya bisa lebih baik lagi.
Jangan Lupa Vote, Rate, dan Jadikan Favorite Yaa.. Selamat Membaca :)
SPECIAL NOTES : maaf Kalau Update nya Agak lama karena Proses Review oleh Editor yang kadang tidak menentu*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Marie Louis AK
sy berkali kali baca tetap senang dg alur ceritanya.
2023-08-02
2
Kasiyati
tar lma2 jg bucin
2021-08-20
0
Siti Romdoniah
lanjut thor
2021-01-09
0