Malam itu sudah pukul 22.00 setelah Adeline diantar pulang oleh Marvin. terlihat para pelayan menyambut kedatangan Adeline di rumah.
"Selamat datang nona Adeline.." sapa pelayan di rumahnya sembari memberikan sebuah kotak cukup besar kepada Adeline. Adeline mengernyitkan dahinya, dan terheran kenapa pelayan memberikannya hadiah? memangnya aku sedang ulang tahun? gumam Adeline.
"Ini apa ?" sambil menunjuk kotak yang di berikan oleh pelayan. Adeline belum mengambilnya hanya memandanginya saja.
"Nona Adeline, ambillah ini pemberian dari tuan Beaufort untuk nona Adeline," Jawab pelayan itu.
"Dari Ayahku ?" Adeline pun mengambil kotak tersebut dan memperhatikannya dengan seksama.
"Untuk apa Ayah memberiku ini? bagaimana kau mendapatkan kotak ini dari ayahku, sedangkan ayah saja ada di rumah sakit?" tanya Adeline pada pelayan yang ada di hadapannya.
"Tuan Albert memerintahkan sekertaris Gerald untuk mengantar kotak ini nona," Jawab pelayan tidak melebihkan ataupun mengurangi apa yang terjadi sebenarnya.
"Baiklah aku terima. aku mau naik dan istirahat, oh iya besok sahabatku akan datang kerumah, tadinya ingin janjian di luar tapi karna tangan ku masih sakit jadi aku urungkan saja dan mengajaknya datang ke rumah. kalau dia datang besok bilang saja supaya langsung menemuiku di dalam kamar." Ucap Adeline pada pelayan yang sudah mengurusnya dari kecil itu.
"Nona Adeline kenapa bisa sampai terluka begitu? boleh saya lihat dan obati luka nona ?" wajah pelayan itu terlihat sangat cemas, pelayan itu sudah memperlakukan Adeline dengan sangat baik seperti anaknya sendiri. saat obu Adeline yaitu Aimee Maryvone Meninggal ketika melahirkan Adeline, pelayan tersebut yang mengurus Adeline sampai sebesar sekarang.
"Tidak perlu bu Anne, terimakasih bu Anne sudah mencemaskanku, tapi seperti yang bu Anne lihat, lukanya sudah di balut dengan rapi. orang yang melukaiku sudah bertanggung jawab, jadi bu Anne tidak perlu cemas." Adeline memikirkan kejadian tadi saat bertemu Marvin tiba-tiba membuatnya sangat kesal dan wajahnya berubah menjadi terlihat muram lagi.
"Kalau bukan karena pria balok es itu mana mungkin aku jadi begini, sepertinya benar dia memang tidak menyukaiku dari awal bertemu." gumam Adeline dalam hati.
"Baiklah nona Adeline, kalau nona butuh apa-apa tolong panggil saya saja ya.." bu Anne mengelus lengan Adeline lembut.
"Terimakasih bu Anne, kalau begitu aku istirahat dulu," Adeline menaiki anak tangga menuju ke kamarnya yang berada di lantai 2 rumahnya.
Adeline masuk kedalam kamarnya yang nyaman dan menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang sembari menghela napas. lalu memiringkan badannya ke arah meja yang ada di samping ranjang. terlihat foto ayahnya dan dirinya sedang tersenyum manis bersama. foto itu di ambil saat hari kelulusan Adeline sewaktu di bangku SMA.
"Ayah, Adeline harap ayah bisa segera pulih dan sehat. berjanjilah Ayah akan membaik setelah Adeline menikah yah, karena Adeline melakukan ini hanya untuk Ayah," Adeline mengusap foto tersebut dan menciumi foto ayahnya itu. tiba-tiba dia teringat kejadian tadi saat bertemu Marvin dan mengingat sikap Marvin yang sangat dingin membuat Adeline kesal. sontak ia menaruh foto yang ada di genggamannya. Ia mencoba menghilangkan pikirannya dari kejadian tadi dan tidak ingin membayangkan wajah Marvin lagi.
"Kalau bukan demi ayah, aku tidak akan melakukannya !" Adeline memejamkan matanya rapat-rapat.
"Bagaimanapun tampan dan berkarismanya pria itu tetap saja dia bukan tipe ku sama sekali. aku tidak suka laki-laki yang cuek dingin begitu, bahkan tidak bisa di ajak bercanda sama sekali, betapa membosankan sekali, membayangkannya saja membuatku kesal setengah mati !" ujar Adeline meracau sendirian
Adeline menatap layar ponselnya dan menyentuh satu nomor telepon sahabatnya yaitu Michele. Michele adalah sahabat Adeline sejak di bangku SMA. sudah beberapa hari ini Adeline tidak memberi kabar pada Michele. Adeline sudah memberitahu bu Anne, kalau besok sahabatnya akan datang ke rumah. Adeline yang memang berniat ingin meminta Michele datang ke rumah untuk menemuinya.
"Sampai lupa aku kalau mempunyai sahabat," gumam Adeline seraya menggeser layar ponselnya untuk menghubungi sahabatnya itu.
"Hallo Michele.." Adeline berbicara dari sudut telepon dia sangat Rindu dengan Sahabatnya itu
"Adeline ! beraninya kau menelponku hah? sudah sadar siapa aku sekarang? sudah ingat masih punya sahabat? kemana saja kamu selama beberapa hari ini? sejak kelulusan kamu tidak ada kabar sama sekali !" Michele tidak berhenti memarahi Adeline, sementara Adeline menjauhkan telepon nya dari telinga mnya karena tidak mau mendengar teriakan sahabatnya itu.
"Bisa-bisa aku tuli Chel ! kenapa suaramu sangat melengking !" Adeline hanya tersungut sambil menghela napas dalam-dalam. ia mengerti sahabatnya itu hanya sedang cemas padanya.
Michele tidak bersuara.
"Michele maaf, maaf ya Michele aku bukannya tidak ingat kamu, tapi kondisi ku tidak memungkinkan untuk memberi kabar padamu. bagaimana bisa aku lupa denganmu, aku kan selalu bercerita apapun masalahku padamu, tapi saat itu mendadak ayahku jatuh sakit dan cukup serius, aku sibuk menjaga ayah sampai tidak sempat menghubungi mu, jadi jangan marah lagi ya Michele. " suara Adeline terdengar benar-benar menyesal membuat sahabatnya cemas dan marah saat itu.
"Apa ? uncle sakit ? astaga Adeline.. maafkan aku.m, sahabat macam apa aku ini, kenapa sampai tidak tahu kalau ayahmu sedang sakit, maaf ya Adeline.. aku akan datang menjenguk uncle Albert besok, aku janji Adeline.m, kau tidak perlu meminta maaf karena kau tidak bersalah, aku hanya cemas dan ternyata benar yang aku cemaskan itu, pasti ada sesuatu yang terjadi pada mu Adeline.." Michele berbicara dengan rasa bersalah karena tidak ada disamping Adeline saat itu.
"Michele.. kau memang sahabat sejatiku, aku jadi terharu," Adeline mengerucutkan bibirnya dan mencium Michele dari ujung telepon.
"Mmuaaah.."
"Hei aku sedang cemas kenapa kau malah begitu ! besok aku akan datang ke rumahmu, dan kau harus cerita semuanya yaa.. sekarang kau pasti lelah Adeline, beristirahatlah !" Michele mematikan teleponnya lebih dulu. sehingga membuat Eline kesal.
"Ah kau ini selalu saja mematikan telepon duluan, padahal kan aku masih ingin berbicara, huh.. sebal !" Adeline menaruh ponselnya diatas meja dan mengambil handuk untuk mandi sebelum ia tidur.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
BERSAMBUNG..
_______________
AUTHOR : Eline kenapa sih masih bicara dalam hati terus. ngomong aja langsung deh!
ADELINE : Cari Pemain Pengganti sana!
AUTHOR : Candaaaa keless.. wkwkkwk
_______________
*Jangan Lupa Tekan Love Like dan sekali lagi Komentar dong Ramein biar Kayak author lain lapaknya rame wkwkkw *Ngarepp.
Aku rela berharap asalkan berharap sama kalian Readers.
Readers : Ngareeeep amat sih!
Author : Yasudah saya lebih baik pulang!
Readers : Jangaan Thorr.. Up dulu lah masa Hiatus.
Author : Yasudah Makan dulu sana! wkwkwkkw
Maap ya kalau receh..
Makasih yang Mau baca 😂😅
Kucinta Kalian 😍*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Atin Fatin
p
2021-06-15
0
Sumarlia Lia
sampai part ini masih tenang belum ada gregetnya
2021-01-10
2
kamila
sampai part ini kok msh datar aja y.tp ttp tak ksih like buat author moga nanti bs lbh semangat👍
2021-01-07
1