Marvin pergi ke ruang baca, untuk sekedar menghilangkan rasa bosan. Marvin sebenarnya tidak suka berada di rumah kalau tidak karena ayahnya yang memaksanya untuk libur. meskipun ia sebenarnya sudah bilang kepada sekertarisnya bahwa jadwal kerjanya di liburkan dulu selama seminggu.
Tiba-tiba Marvin mengingat kejadian tadi, saat Adeline membuatkan sarapan untuknya.
"Makanan yang di masak oleh gadis itu sama persis seperti masakan mama, aku kira dia bahkan tidak bisa memasak. sungguh diluar dugaan ternyata malah sebaliknya. dia juga bisa melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, bukanya wanita yang lahir dari keluarga terpandang biasanya tidak mau melakukan hal itu," gumanya heran.
Marvin mengalihkan pikirannya itu dengan menelpon asistennya. ia merasa bosan di rumah saja. berharap asistennya memiliki ide, supaya ia tidak merasa bosan.
Marvin terbiasa melakukan segala hal melalui pertimbangan asistennya itu.
"Halo Han !"
"Iya tuan Marvin ?" jawab Han dari ujung telepon.
"Kenapa kau belum datang? bukannya kau harus mengganti pakaian yidur gadis itu dengan pakaian yang lebih nyaman dilihat ?" Ucap Marvin sambil memijat dahinya, terbayang Adeline memakai lingerie seperti semalam.
"Maaf tuan Marvin, tapi ini perintah tuan Jonathan, saya ingin menggantinya namun tuan Jonathan melarang saya, sebelum saya memberitahu kepada beliau tentang tuan yang meminta mengganti baju tidur nona Adeline," tuturnya.
"Apa maksud paktua itu ? apa dia sengaja ingin aku pingsan !" Marvin tidak sadar apa yang dia bicarakan barusan. "kau gila Marvin !" ia secepat mungkin menutup mulutnya dengan tangannya.
"Maksud tuan Marvin bagaimana ? kenapa tuan bisa pingsan melihat nona memakai pakaian tidur ?" tanyanya pura-pura bodoh.
"Ah itu, siapa yang bilang pingsan ? maksudku kalau dia pakai baju terlalu tipis, bisa bisa dia masuk angin dan pingsan " Marvin menyadari kebodohannya.
"Oh jadi begitu ya, tuan. tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa. tuan tahu sendiri kan kalau tuan Jonathan sudah memberi perintah." ucap asistennya itu.
"Yasudah ! sekarang kau sudah atur jadwal buatku untuk hari ini belum ?"
"Tuan hari ini di minta mengajak jalan-jalan nona Adeline," tutur Han memberitahu apa yang di perintahkan ayah Marvin kepadanya.
"Apa ? buat apa aku mengajak gadis itu jalan-jalan ?" Marvin mulai kesal dengan asistennya itu. menurutnya asistennta itu sama saja dengan ayahnya.
"Maaf tuan Marvin, bukankah tuan sudah sepakat dengan tuan Jonathan, kalau tuan menerima perjodohan dengan nona Adeline, maka tuan Marvin juga harus belajar menjalin hubungan baik, dengan nona Adeline kan ?" Han mengingatkan Marvin.
"Tapi kau juga tahu kan. aku hanya malas berdebat dengan paktua itu, makanya aku menerima perjodohan ini. bertahun-tahun aku menolak tapi aku semakin pusing di buat paktua itu,karena itu aku memutuskan menerima perjodohan ini, lagipula gadis itu dia kan terpaksa menerima pernikahan ini." jawabnya malas.
"Tuan Marvin, sebaiknya memulai mengenal nona Adeline. bagaimanapun juga, nona Adeline itu sudah sah, menjadi Istri dari tuan Marvin. lagipula nona Adeline itu sangat cantik tuan," tutur Han berusaha jujur.
"Hei Han ! dia itu istriku, sejak kapan kau boleh memuji istriku cantik ? apa kau tidak bisa menjaga matamu sendiri hah ?" Marvin tidak sadar bahwa dia kesal mendengar Han mengatakan hal itu. entah kenapa Marvin malah reflek bicara seperti itu. sedangkan asistennta itu hanya tertawa kecil di ujung telepon tidak menyangka kalau tuannya bisa merasa cemburu juga.
"Jujur saja tuan, tidak perlu di sembunyikan lagi. awal yang baik untuknya. ternyata ia bisa juga cemburu." batin Han.
"Maaf tuan Marvin, saya tidak bermaksud begitu, tapi memang nona Adeline itu cantik, tuan." goda asistennya lagi. ia terus menahan tawa merasa lucu dengan bossnya yang menurutnya terlalu gengsi saja.
"Diam kau Han ! yasudah aku akan mencoba mengajaknya jalan-jalan, tapi kalau dia mau, kalau dia enggan, aku tidak bisa memaksanya. tahu sendiri aku paling malas berurusan dengan yang namanya wanita." Marvin malas berdebat dengan asistennya itu. menurutnya percuma, ia adalah jelmaan dari ayahnya.
"Baik tuan Marvin, kalau begitu apa ada lagi yang bisa saya bantu tuan ? " tanya Han memastikan kembali.
"Tidak ada ! " Marvin menutup teleponnya kesal.
"buat apa kau tanyakan lagi Han! kau kan sudah sekongkol dengan paktua itu untuk menekanku!" umpatnya.
Dengan terpaksa, Marvin akhirnya mencari Adeline, namun tidak menemukan Adeline di dalam rumah.
Marvin bertanya kepada para pelayan, kemana perginya Adeline.
"Pelayan, kemana gadis itu ?" tanya Marvin yang enggan menyebut nama istrinya itu.
"Maaf tuan, maksud tuan itu, apakah nona Adeline ?" tanya pelayan memastikan lagi.
"Ya maksudku dia, siapa lagi coba !" jawab Marvin dengan nada ketus.
"Nona Adeline sepertinya ada di taman tuan," ucap pelayan itu kepada Marvin.
"Baiklah.." Marvin beranjak pergi mencari Adeline.
Marvin pergi ke taman di halaman rumahnya, ternyata Adeline sedang berjalan-jalan sambil menyentuh bunga-bunga yang ada di taman itu, sesekali menciumi wangi bunga tersebut.
"Apa yang gadis itu lakukan?" gumamnya pelan.
"Cantiknya bunga-bunga ini, satu-satunya pemandangan yang sangat indah disini, adalah bunga-bunga ini, selebihnya hanya ada balok es beruang kutub yang sangaat dingin." ucap Adeline dengan wajah kesal. ia tidak sadar kalau Marvin ada di belakangnya.
"Apa yang sedang kau lakukan ?" tanya Marvin, membuat Adeline terkaget.
"*a*pa barusan dia mendengarku memaki dirinya?" gumam Adeline merinding.
"Kenapa diam ?" tanya Marvin lagi. ia mengeryitkan kening menatap heran.
"Tuan Marvin, aku hanya sedang berjalan-jalan di taman bunga ini, ternyata sangat indah." jawab Adeline seadanya.
"Kau bosan ?" tanya Marvin datar.
"Maksud tuan Marvin ?" Adeline tidak mengerti yang dimaksud Marvin. "bertanya singkat sangat tidak jelas. sangat hemat sekali sih! memangnya apa salahnya berbicara lebih jelas sedikit." batinnya.
"Apa kau bosan di rumah saja ?" tanya Marvin kembali mengulang pertanyaanya. kali ini lebih jelas dari yang tadi.
"Tidak juga," ucap Adeline bingung.
"Yasudah," Marvin berbalik tanpa memandangi Adeline lagi. "setidaknya aku sudah lakukan yang diinginkan ayah. kalau gadisnya yang tidak mau, bagaimana lagi bukan salahku." tanpa ragu berjalan meninggalkan Adeline.
Namun Adeline berpikir sejenak sambil menatap punggung Marvin yang sudah berlalu. ia lalu mengejar suaminya itu.
"Tunggu tuan.. apa tuan Marvin mau mengajak aku pergi jalan-jalan ?" sebenarnya Adeline merasa bosan juga berada di rumah saja.
"Bersiaplah, kutunggu di mobil, " ucap Marvin.
"tadi saja tidak mau !" gumamnya pelan.
"Baik tuan," Adeline tersenyum dan berbicara sendiri dalam hati "sebenarnya dia tidak terlalu buruk juga, buktinya dia mau mengajak aku jalan-jalan, ya, lumayan juga."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Readers : Thor. Marvin tuh suka sama perempuan Nggak sih? Kok gitu banget?
Author : Baca aja napa sih nanti juga paham sendiri.
Readers : Jangan Galak galak napa Thor. nanya doang juga.
Author : Maap Author kekurangan Poin. Vote aku dong!
Readers : enaaak Aja Vote aja sendiri!
Author : Kasian deh Aku..
_____________
BERSAMBUNG..
jangan Lupa Tekan Love Like dan Komentar yuk 😇😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Rosmen Haloho
gemas deh sama marvin pengen cubit bibirnya biar tambah mancung
2022-02-05
1
Arina Fitriani
mantap thor
2021-07-01
0
Anix
aduhhhhhj thor ituuuu si sekretaris Han pengen kucubit pipinyaa ....duhhhh gemesss
2021-04-18
1