Dia berangkat dengan semangat sedangkan aku, kelimpungan sendiri memikirkan dia akan pergi 5 hari dan akan ketemu ma Ratna tiap hari.
"Kalau nginap 5 hari mas Davin tidur dimana?" Pertanyaan konyolku yang seharusnya sudah tau jawabannya.
"Di hotel Kay.Emangnya dimana lagi?"
"Semua?"
"Ya."
"Hati-hati, jangan lupa hubungi aku."Baru aja baikan kenapa sepertinya aku bersikap posesif ya, apa berlebihan sikapku. Entahlah aku cuma ingin menjaga yang aku punya.
Keesokan harinya mami papi pulang dengan membawa oleh-oleh yang sangat amat banyak. Barang-barang antik pun tak luput di bawanya. Dan masih banyak lain hiasan rumah yang memenuhi ruangan.
Sampai ruangan mami langsung beranjak pergi kekamar dan istirahat sedangkan papi masih selonjoran di ruang tamu. Aku gak lupa membuatkan minuman kesukaannya teh hijau.
"Gimana rumah sakit dan yang lainnya Kay, apa semuanya baik-baik aja?"
"Alhamdulillah semua berjalan lancar terkendali pi."
"Seharusnya ini semua tugas Davin bukan kamu Kay, tapi kamu tau sendirikan Davin orang seperti apa? Tidak bisa diandalkan. Padahal dia anak satu-satunya kami Kay tapi selalu aja membangkang dan berjalan melenceng sehingga jauh dari jangkauan kami."
"Papi tenang aja Kay gak papa, mungkin mas Davin ingin mengembangkan jiwa seninya dan hidup mandiri. Kita cuma mendukung aja pi supaya mas Davin tetap dalam genggaman kita."
"Kamu benar Kay."
"Kay kekamar mami dulu pi, sepertinya mami kelelahan."
Papi menganggukan kepala.
Saat sampai di dalam kamar mami sudah rebahan. Sepertinya dia sangat kecapean dan aku langsung mengecek jantung dan yang lainnya.
"Mami gak papa?"
"Aku baik-baik aja Kay.Duduk lah Kay mami mau bicara." Aku duduk di tepi ranjang mami sambil memijit telapak kakinya. Mami memberikan bungkusan kecil yang ku yakini pasti buah Zuriat dan memberiku oleh-oleh yang lainnya. Yang membuatku tercengang mami memberiku banyak sekali pakaian kurang bahan. Aku mengkerut kan keningku dengan tanda tanya.
" Minum ini Kay dan Davin juga, supaya kalian subur dan segera memberikan mami cucu.Dan pakai pakaian ini di depan Davin. Mami dulu juga begitu di depan papi kamu akhirnya lahirlah Davin suamimu itu."
Hatiku gelisah mendengar perkataan mami. Bagaimana aku bagaimana aku bisa hamil sedangkan mas Davin aja gak pernah menyentuhku. Bahkan aku udah pernah melakukan apa yang mami katakan, memakai pakaian kurang bahan seprti wanita mu**n.Tapi apa yang dilakukan mas Davin sungguh membuatku malu dengan penolakannya. Dan aku gak akan mengulangi kesalahan ke 2 kalinya. Biarkan mas Davin yang meminta dan menyerahkan diri sendiri.
Apa lagi aku harus membujuk mas Davin meminum ini, membujuk tidur satu ranjang saja aku gak bisa. Tapi aku teringat tentang tindakannya tadi, sungguh membuatku terbuai. Aslinya aku masih penasaran kenapa tiba-tiba mas Davin bersikap lembut. Gak mungkin kan kalau cuma gara-gara aku mau pulang ke rumah? Memikirkan itu semua membuatku frustasi. Tapi setidaknya mas Davin sudah membuatku bahagia apa yang dilakukannya. Sangat sederhana memang dan masih sangat-sangat kaku, tapi menurutku hal itu sangat yang istimewa.
Malam itu pun mas Davin selalu menghubungiku. Baru kali ini mas Davin WA aku duluan.
"Kay."
"Ya."
"Sudah tidur?"
"Belom mas."
"Kenapa?"
"Masih mikirin mas Davin."
"Hehe tidur Kay udah malam. Besok mas telepon lagi."
"Bener?"
"Iya."
"Ok.Mas hati-hati."
"Siap."
Gak ada kata romantis dan masih kaku, kayak baru kenal dan pacaran. Tapi sungguh ini adalah malam terindah selama 1 tahun ini.
***
Lamunanku buyar. Ketika papi tiba-tiba masuk memegang pundakku.
"Kay.. Kay.. pagi-pagi kok sudah ngelamun."Aku tersenyum malu. Ngelamun anakmu pi. Batin Kanaya.
" Gimana mi udah enakan sekarang?"
"Lumayan pi, udah dipijitin Kanaya dan tadi juga udah di kasih vitamin jadi sudah sehat lagi."Mami menggenggam tanganku dengan sayang. Mami dan aku memang sangat dekat bahkan lebih dekat dibandingkan dengan ibuku sendiri.
" Gimana pemantauan kemaren pi?"
"Semua berjalan lancar. Harusnya pertemuan 2 hari cukup Kay, tapi mami mu itu kebangetan."
"Kenapa pi?"
"Harusnya pulang meeting bisa langsung istirahat eh mami mu malah ngajak keliling kota dan belanja banyak banget katanya buat oleh-oleh." Mami tertawa terbahak-bahak. Aku senang melihat keluarga ini sangat harmonis. Aku juga ingin merasakan seperti mereka selalu bahagia dan mendukung.
"Emang kemana aja pi?"
"Kemaren muter Kay sampai Jogja, terus muter ke Malang lha kok mami malah ngajak ke Paris katanya pengen honeymoon." Aku tertawa lepas melihat tingkah mami yang seperti anak kecil yang gak mau diem. Meskipun usia udah gak muda lagi tapi dia paling excited kalau di suruh keliling dunia.
"Papi kenapa di ceritain sama Kay sih kan jadi malu." Mami tersenyum simpul pipinya merona. Sungguh menggemaskan.
"Pengennya sih sekalian Kay, tapi masa mau buat dedek Davin kan gak lucu." Kami tertawa bersama sampai meneteskan air mata.
"Mending kamu aja Kay yang honeymoon, nanti mami siapkan semuanya, jadi kamu dan Davin tinggal berangkat." Kata mami. Aku tergelak mengingat mas Davin.
"Mas Davin masih sibuk mi. Kalau udah gak sibuk aja."
"Suamimu itu emang kebangetan dia gak pernah mikirin keinginan kami.Apa dia gak tau kalau kami semakin tua.Emang apa sih yang di cari?"Kata papi.
Aku terdiam mengingat hubungan kami yang berjarak. Bisakah hubungan ku dan mas Davin sehangat mereka?
Rumah bak istana ini sangat sepi, cuma ada para maid yang seliweran. Andaikan aku sudah punya anak mungkin akan ada suara tangis dan tawa dan lari kesana kemari membuat kehebohan. Tapi apa mas Davin juga memikirkan hal yang sama denganku? Melihat cara hidupnya yang ingin bebas tanpa mau di atur.
Waktu terus berlalu. Sampai akhirnya waktu yang ku tunggu pun tiba. Aku bangun pagi dan menjalankan kewajibanku setelah itu aku menunggu telefon mas Davin. Benar aja tidak menunggu waktu lama mas Davin menelfonku.
"Assalamualaikum Kay."
"Wa'alaikumsalam mas."Aku menjawab dengan hati yang berdebar-debar tidak karuan.
" Gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sehat."
"Kamu sedang apa?"
"Masih rebahan mas.Nunggu telefon dari kamu."
Kudengar dia terkekeh. Membuatku senam jantung.
"Dingin Kay disini."
"Pake selimut mas, biar anget." Jawabku sekenanya. Aku gak tau maksud mas Davin bicara seperti itu.
Kudengar dia menghembuskan nafas. Ada getaran aneh saat mendengar hembusan nafasnya.
Hening gak ada yang bicara.
"Mami gimana kabarnya, mereka udah pada balik kan?"
"Alhamdulillah semua sehat. Udah kemaren pagi."
Hening lagi gak ada yang bicara. Karna aku sendiri pun gak tau mau ngomong apa!
"Sepi Kay."
Bukan kah di sana banyak teman dan juga ada Ratna. Kenapa mas Davin merasa kesepian? Batin Kanaya.
"Bukannya banyak teman?"
"Tapi beda Kay?"
Apa maksud nya beda. Bukankah dia udah terbiasa sendiri. Bahkan satu kamar pun kami gak pernah ngobrol!
"Ya dah Kay mas mau siap-siap."
"Ya mas, hati-hati ya jangan lupa sarapan dulu."
"Iya."
Mas Davin mengakhiri sambungan telepon nya. Aku membayangkan dengan hubungan yang semakin hangat ini terus berlanjut. Dan malam pertama dan seterusnya akan terisi dengan cucuran keringat. Kamar yang sunyi akan menjadi rame dengan ******* yang menggelora.
Apakah Kanaya akan segera mendapatkan malam pertama nya dengan Davin?
Yuk ikuti terus kelanjutannya. Jangan lupa like dan coment agar author semangat ngetik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments