Setelah semuanya ku ceritakan sama Caca, Caca mengantarku pulang. Caca masih kelihatan linglung atas semua masalah yang menimpaku. Setelah melihatku lebih tenang dia melajukan mobilnya untuk pulang kerumahnya sendiri.
Aku juga berpesan untuk segera mencari Ratna dan mempertemukan denganku. Agar aku bisa segera mengambil langkah selanjutnya. Tapi Caca cuma menanggapinya dengan acuh.
"Kay kapanpun kamu butuh aku, kamu bisa menelfon ku, aku selalu ada buat kamu. "
"Dan masalah Ratna kamu jangan terlalu dipikirkan, lebih baik kamu mencoba saranku yang tadi, mencoba untuk cuek sama mas Davin, siapa tau dengan begitu dia mau berubah dan merasa kehilangan kamu? "
Pesan terakhir dari Caca sebelum melangkah pergi.
Apa Caca gak tau kalau aku udah tidak merdeka lagi di dalam istana ku sendiri? Bahkan untuk sekedar main kerumah orang tuaku aja aku harus minta izin dengan mami.
Aku memeluk Caca dengan eret rasanya egan sekali berpisah dengannya. Caca pun sama menyalurkan kekuatan padaku berharap aku punya kekuatan untuk melawan kebekuan suami tercinta.
"Kamu harus bertahan dengan mas Davin Kay, kamu harus menangin hatinya nas Davin jangan biarkan hati mas Davin menyimpan nama orang lain. Aku selalu mendukung mu lirihnya."
"Kamu harus semangat tunjukan kalau kamu lebih segala-galanya dari Ratna." Caca memberiku semangat. Padahal dalam hati aku udah putus asa. Justru sekarang aku masih terbayang-bayang dengan wajah mas Reno. Aku juga masih gak percaya kalau aku ketemu dan memeluk mas Reno. Rasa nyaman yang di berikan pada mas Reno membuat ku bertekad untuk menyelesaikan masalah ini. Padahal tadi yang aku tangisi adalah mas Davin.
Ada apa ini? kenapa mas Reno muncul di saat aku butuhkan? Apa aku punya harapan untuk hidup bersama dengan mas Reno? Jika memang benar, semoga ada petunjuk dari Tuhan.
Selama aku kenal dengan mas Reno, dia selalu memberiku kebahagian, seolah dia titisan dari Malaikat yang biasa menahan nafsu dan amarah. Tapi tadi di villa dia seolah menahan amarah dan kekecewaan yang mendalam. mungkin dia melihat tangisku yang begitu pilu, karena sebelum aku menikah dia gak pernah melihatku menangis, aku selalu kelihatan bahagia dan ceria di depannya.
Dia tidak memaksaku untuk menceritakan semua apa yang menimpaku. Seolah dia tau dan menahan diri,kalau suatu saat aku akan menceritakan semuanya. Dengan kejadian tadi aku jadi berpikir, apa mungkin takdir ku dengan mas Reno? Makanya sampai sekarang mas Davin tidak menyentuhku!
Jika memang begitu aku akan menunggu takdir itu dan sekarang aku akan menjalani alur yang di ciptakan oleh Tuhan sampai pada waktunya.
Tapi bagai mana dengan keluarga ku dan keluarga mertuaku apa kah aku akan di ijinkan untuk melangkah ke jalan menuju mas Reno? yang artinya aku akan melanggar perjodohan dan menentang beliau. Apa aku sanggup menghadapi kemurkaan mereka?
Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah udah berkehendak. Kua hatus berjuang untuk dapat kemerdekaan ku sendiri. Sudah cukup hidupku tertekan dan aku harus mencapai klimaks kebahagian itu.
Aku udah berusaha begitu keras untuk mencairkan hatinya mas Davin yang begitu beku. Dan membangun perusahaan dengan susah payah, tapi mas Davin dengan mudah menghancurkan dan memberi kekecewaan yang begitu dalam.Ku edarkan pandanganku keseluruh halaman rumah ini. Sangat megah tapi sepi seperti tak berpenghuni.
Ada mobil mas Davin, tumben pulang lebih awal, biasanya dia pulang tengah malam. Tapi ada yang ganjil, ada juga mobil dokter pribadi terparkir dirumah ini juga, siapa yang sakit?
Aku langsung lari menuju kamar, kupikir mas Davin yang sakit , tapi ternyata kosong.Justru pemandangan yang tak sedap terpampang jelas, baju berserakan di atas kasur, tivi menyala, kran air bunyi sampai airnya tumpah-tumpah.Baru kutinggal setengah hari aja kamar udah kaya kapal pecah. Aku berlari lagi menuju kamar mami, benar dugaanku ternyata mami udah tergeletak lemas dengan bantuan oksigen. Ada pelayan rumah mengantarkan air minum dan bubur. aku ambil alih untuk mengantarnya.
"Ada apa dengan mami bi?" tanyaku panik.
"Nyonya tadi pingsan di depan tivi non." Deg jantungku berdetak lebih kencang.
Aku langsung menghampiri Mami dengan deraian air mata, kupeluk dia kucium punggung tangannya, merasa menyesal karena udah meninggalkan seharian di rumah sendiri. Mami membalas pelukan ku dengan mengelus punggungku
Mas Davin duduk si sofa dengan sorot mata yang tajam menahan amarah. Aku diam dan menunduk tanpa membalas tatapannya berasa bersalah dan takut kalau dia benar-benar murka. Aku merutuki diriku sendiri kenapa sampai lalai dengan Mami sih? Semua gara-gara anak tunggalnya yang angkuh.
"Dari mana aja jam segini baru pulang?" kakiku gemeteran takut dengan amukannya.
"Pergi sama Caca mas. Maaf telat pulang."
Gak mungkin aku bilang kalau aku habis dari bandung ke Villanya mas Reno. Apa lagi tadi sempat ketemu dengan mas Reno, bisa marah besar dia. Tapi, apakah dia peduli tentang aku ketemu sama siapa aja? Bahkan kalau aku gak pulang pun dia gak akan pernah mencariku? Sekalipun aku jalan sama mas Reno dia gak mungkin cemburu!
Karena kalau dia cemburu berrti dia udah buka hatinya untukku. Ah, itu cuma khayalanku saja yang terlalu tinggi. Batinku bermonolog.
Tapi ya sudahlah gak penting juga aku menjelaskan perjalananku hari ini. Lagi pula aku dan mas Reno gak janjian. Aku emang sengaja kunjung ke villa mas Reno mencari kedamain hati.
"Mami pingsan. Kamu gak siapkan obat dan vitaminnya?"
Dia masih dengan sorot mata yang tajam seperti mau membunuh mangsa. Rasanya aku ingin berteriak kalau semua sudah aku siapkan. Aku pergi juga gara-gara kamu yang selalu menyakitiku dan gak pernah ada, tapi mulutku kelu gak bisa berucap.
"Maaf, tidak akan mengulanginya lagi." cuma kalimat itu yang ku ucapkan.
"Aku juga telepon kamu berkali-kali, tapi tidak ada respon". Dia mendengus kasar.
Benarkah dia menghubungiku? Khawatirkah dia kalau aku pergi? Rasanya hatiku bersorak ria. Bahkan baru kali ini dia mau bicara banyak dan menghubungiku selama kami menikah. Dapat nomerku dari mana? Hatiku bertanya-tanya.
Memang benar sih selama aku menikah baru kali ini pergi lama dan pulangnya pun agak malam.
"Jangan di ulangi lagi. Aku gak mau kalau Mami sampai drop lagi. Kalau sampai itu terjadi kamu yang harus bertanggung jawab."Terus satu lagi kalau kamu pergi siapkan dulu obatnya dan titipkan sama pelayan." Ucap ketus dan tak terbantah.
Ku tarik nafas dalam-dalam. Bodoh sekali kamu Kay, kamu pikir mas Davin khawatir dengan kamu? Mana mungkin dia memikirkan kamu dia cuma khawatir dengan Mami ya cuma dengan Mami tidak dangan kamu. Dan dia menyalahkan ku atas kejadian yang menimpa Mami. Aku merutuki kebodohanku sendiri yang sempat PD karena mas Davin mau menghubungiku.
"Maaf." Lagi-lagi cuma kata maaf yang bisa aku ucapkan. Tanpa berani membela diri dan menjelaskan.
Kulirik mas Davin dalam sekilas. Tampangnya kusut, bajunya juga berantakan, tidak seperti biasanya selalu rapi dan wangi.Ridak bisakan dia merapikan diri sendiri?Lihatlah dia yang bertampang angkuh dan dingin, baru aku tinggal sebentar aja udah acak-acakan. Dan Mami juga sampai drop, apa Mami gak minum obat yang aku siapkan? Tapi tadi sebelum pergi aku udah menyiapkan semuanya. Sedangkan anaknya sendiri mana tau tentang kondisi Mami dan apa aja yang dibutuhkan Mami. Sebab dia sibuk dengan dunianya sendiri semuanya dilimpahkan padaku.
"Kamu jangan salahin Kanaya, Davin. Kanaya udah siapin semuanya, cuma Mami aja yang males minum obat. Gak selera makan juga, cuma pengen makan pepes tongkol buatan Kanaya aja. Mami juga kepikiran ma Kanaya. Pergi kok sampai malam. Takut kenapa-napa soalnya. Kamu dah makan Kay?"
"Belum Mi.Mami mau makan sekarang, aku siapin ya?"
Mami cuma anggukan kepala.
"Masak pepes Tongkol ya Kay, kayaknya enak! " Tadi bibi juga udah masakin, tapi rasanya gak sama ma buatanmu Kay."
"Siap Mi. Mami tunggu sini ya aku siapin."
" Mas Davin mau makan apa aku siapin sekalian?" Tanyaku.
"Gak usah, aku gak laper. " Jawabnya dengan ketus.
Mami melirik Mas Davin dengan tatapan tanda tanya. Mungkin mas Davin lupa kalau ada Mami disini dan harus sandiwara. Aku memberi kode agar Mami gak curiga.
"Ya udah sekalian buatin nasi goreng sea food aja Kay." Jawabnya tanpa menoleh sedikitpun terhadap ku." Kujawab dengan senyum dan semangat memasak buat orang-orang tercinta.
Tidak lama makanan pun dah siap tersaji ,kami pun makan dengan khidmad tanpa ada suara cuma terdengar dentingan sendok. Sampai akhirnya HP nya mas Davin berdering. Aku tau pasti itu telepon dari Ratna. Aku memilih diam menemani Mami makan. Aku sudah biasa di perlakukan seperti itu, ibaratnya udah jadi makanan sehari-hari.
Aku sudah membulatkan tekad ku untuk tidak mencampuri urusannya dan juga menutup diriku sampai tiba waktunya dia sendiri yang memintanya. Dan memberikan haknya sebagai suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Lili Adelia
kelamaan yah ceritanya muter2
2022-06-12
0
Masiah Firman
kanay cuma di jadikan perawat mamanya davin
2021-10-16
1
Ar Syaina Syaina
maaf thoor mau nnys,kanaya ini istri davin,,,atau baby sister mma'nya davin ya
2021-09-13
5