"Kamu? " Kanaya tersentak kaget saat suara bariton tiba-tiba mengagetkannya.
"Mas Davin?"
"Mana minumannya?"
"Ini lagi bikin mas."
"Agak cepat.Semua pada kedinginan." Dia membentak ku.
Demi Tuhan, mas Davin membentak ku gara-gara temennya pada kedinginan. Siapa sebenarnya yang di cemaskan temen lakinya kah, atau Ratna yang kedinginan?
Aku menahan sesak di dadaku. Menahan emosi yang mau meledak.
Aku segera berjalan menuju ke ruang tamu dan memberikan minuman hangat untuk mereka. Saat tiba di ruang tamu, mas Davin tidak melirik ku bahkan tidak mengenalkan ku pada mereka, bahwa aku adalah istrinya. Kecuali Ratna, yang langsung membantuku meletakkan minuman hangat. Dia menjabat tanganku dan memelukku juga mencium pipi kanan kiri ku.
Aku diam terpaku. Masih gak percaya apa yang baru saja dilakukan. Dia sangat cantik bahkan lebih cantik dari foto yang pernah aku lihat. Wajahnya oval, bulu mata lentik ,Bibirnya merah alami. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin langsung **********. Bau badannya harum dan menenangkan, senyumannya bikin melelehkan setiap orang yang melihatnya.
Aku saja sebagai wanita terpesona pada pandangan pertama, apa lagi laki-laki normal pasti tidak akan rela untuk melepaskannya. Pantas saja mas Davin begitu dingin terhadapku karna aku gak sebanding dengannya.
Emosiku yang tadi sudah meluap langsung sirna seketika, ketika berhadapan dengan Ratna. Aku pengen mencakar mukanya, tapi aku tidak melihat kebencian pada dirinya. Ternyata Ratna berbeda pada orang-orang yang di sebut PELAKOR. Dia tidak menunjukkan ambisi untuk merebut mas Davin dari ku. Dia sangat santun dan anggun. Dia tidak merasa canggung berhadapan denganku. Justru aku di sini yang merasa minder berhadapan dengannya.
Saat aku melangkah pergi, tiba-tiba mas Davin mencekal pergelangan tanganku memberi syarat agar aku duduk di sebelahnya. Jantungku berdetak sangat cepat. Aku takut kalau mas Davin sampai denger suara detak jantungku. Apakah mas Davin akan mengenalkan ku sebagai istrinya? Dugaan ku ternyata salah, mas Davin cuma sibuk dengan pembicaraan pada temannya tanpa melibatkan ku dan mengenalkan ku.
Aku cuma diam kaku kadang melirik Ratna. Yang sesekali dia juga iku terlibat dalam berbicara. Dia sangat terlihat tegas, tapi suaranya begitu lembut sangat enak di dengar. Dia tidak menunjukkan bawa dia punya hubungan spesial dengan mas Davin. Dia bersikap biasa layaknya teman yang sudah kenal lama.
Jujur ini di luar ekspetasi ku. Ku pikir Ratna cewek yang arogan dan mempunyai ambisi yang ingin merebut suamiku. Yang hanya mengincar kekayaannya, dan menjual kecantikannya. Dengan sikapnya yang begitu mungkin aku akan mudah menyingkirkannya, tapi yang ku lihat dia sangat istimewa. Dan gak mungkin aku menandinginya. Di sini harusnya akulah yang di salahkan, karna telah hadir di tengah-tengah hubungan mereka. Ratna jauh lebih dulu menguasai dan mendapatkan hati mas Davin. Sedangkan aku? Aku hanyalah orang yang tidak di inginkan tiba-tiba muncul ditengah cinta mereka dan memaksa merebut hatinya mas Davin.
"Gimana tadi hasil pencarian info di hotel xx? Apakah benar model Leli menggunakan narkoba? "
"Sesuai isu yang beredar ternyata benar Leli sudah lama kecanduan narkoba."Jawab salah satu temen mas Davin.
" Terus bagaimana seketsa yang kamu bikin Na?"Mas Davin menimpali.
"Sudah jadi, cuma tadi ketinggalan di mobil." Masih banyak lagi yang mereka obrolkan. Aku cuma diam jadi patung dan menjadi pendengar setia, tanpa ada yang menyapaku dan mengajakku ngobrol.
Temennya mas Davin ada yang jadi Reporter, cetak majalah model. Sepertinya mereka sudah kenal lama atau mungkin saja dulu satu kampus. Mas Davin begitu antusias menyimak obrolan ini. Aku merasa kecil di antara mereka, karna sama sekali tidak mengerti tentang dunia hiburan. Aku terlalu fokus dengan tujuan mertuaku untuk jadi dokter dan mengembangkan perusahaan properti dan rumah sakit di mana-mana.
Sangat terlihat dengan jelas ,bahwa mas Davin begitu mengagumi sosok Ratna yang antusias menceritakan banyak hal. Sampai mas Davin ikut tertawa terbahak-bahak. Ratna orangnya sangat menyenangkan.Bukan hanya mas Davin aja yang fokus melihat Ratna,tapi temen-temennya juga ikut menatapnya. Sedangkan aku, orang yang membosankan yang gak bisa bercanda dan gak pandai bergaul.
Kejam sekali memang, saat aku berjuang mendapatkan perhatian dan senyuman dari mas Davin, tapi Ratna, dengan mudahnya membuat mas Davin tersenyum. Saat malam-malam hari yang sunyi ku lewati sendiri dengan melawan hasrat yang tak tersalurkan. Tapi Ratna dengan entengnya membuat mas Davin mengaguminya.
Ratna memang luar biasa. Pancaran kehadirannya begitu kuat. Dia orangnya supel, ramah, santun dan sepertinya mudah bergaul dengan siapapun. Gak pernah pandang bulu, pantas aja mas Davin begitu memperjuangkannya. Sedangkan aku orang asing yang tiba-tiba di jadikan menantu di keluarga nya.
Saat mas Davin memberikan perhatian sedikit dengan Ratna hatiku begitu perih, nelangsa seperti di cabik. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun, bahkan sekedar protes pun aku gak punya wewenang. Untuk mengalihkan rasa sakit ku, aku segera mempersilahkan mereka makan.
Bahkan aku heran sama mas Davin, yang tadinya lemah tak berdaya sekarang langsung segar bugar karna kehadiran Ratna. Dia makan lahap sekali sampai lupa tidak menawarkan ku untuk bergabung. Tanpa mengucapkan terimakasih karna sudah menjamu tamunya dengan baik. Aku berjalan mundur dengan perlahan menggigit bibirku dengan keras menahan isak.
Aku tidak pernah membayangkan akan bertemu dengan Ratna secepat ini. Kupikir aku akan menemuinya dengan Caca dan mencaci maki bahkan menamparnya. Tapi dia justru yang datang menemui ku dengan santun, dan menjadikan lukaku tambah parah.
Apakah Ratna pernah ketemu dengan Mami? Kalau Mami bertemu aku yakin Mami akan langsung menyukainya. Bahkan aku yakin mas Davin akan mudah mendapatkan restu dari Mami.
Rasanya aku ingin menyerah pergi jauh dari kehidupan mas Davin. Toh Ratna juga pantas menjadi pendampingnya mas Davin. Dia sangat mumpuni dan begitu serasi dengan mas Davin.
Lihatlah aku, sebagai istri tapi tidak punya kekuatan untuk mempertahankan suami ku sendiri. Aku tidak bisa melawan tanpa adanya senjata. Sedangkan Ratna tanpa senjata pun pasti menang melawan ku, karna dia yang jadi tambatan hati mas Davin.
Selesai makan aku segera membawa piring kotor dan mencuci piring, aku sudah terbiasa menjadi pelayanan di istana ku sendiri. Menyedihkan bukan?
"Biar ku bantu mbak?" Aku tersentak kaget saat dia tiba-tiba muncul di belakang dan menepuk pundak ku.
"Tidak perlu, makasih! "Ku pasang senyum seramah mungkin. Tapi dia tetap memaksa.
Dia mengajakku ngobrol dan sempet tanya. " Mbak Kanaya sudah semester berapa?" Aku begitu canggung saat dia memanggilku dengan sebutan mbak. karna umurku lebih muda dari pada dia.
"Semester akhir, dan sekarang lagi bikin skripsi dan praktek di rumah sakit keluarga suami."
"Wah pasti sibuk sekali ya mbak? " Mbak hebat bisa mengurus keluarga suami di sela-sela kesibukan mbak, pasti capek!"
"Alhamdulillah di disyukuri aja."
Apa dia gak tau saat ini aku sedang menahan amarah terhadapnya. Kenapa dia harus ramah sama aku? Apa dia gak benci sama aku karna udah menghancurkan mimpinya dengan mas Davin?
Aku menjerit dalam hati. Menahan tangisku yang segera meledak. Rasanya aku ingin memohon agar dia tidak bersikap ramah terhadapku agar aku lebih mudah melawannya. Batin Kanaya.
Aku ingin segera pulang ke rumah Mama Papa mencari kenyamanan dan kedamaian di dalam pelukan mereka. Ingin ku adukan semua bahwa anak semata wayangnya di sini sudah kalah dalam memperebutkan hati suami.
Tidak lama mereka semua pamit pulang. Aku tersentak kaget saat tiba-tiba Ratna memelukku dengan erat seolah ingin mengatakan sesuatu yang gak aku mengerti. Ku lirik mas Davin menatap Ratna seolah tidak rela jika Ratna pulang. Ratna menatapku begitu sendu memberiku isyarat yang gak aku mengerti.
Ketika semuanya pergi dan berlalu dengan mobilnya masing-masing mas Davin masih betah berdiri di teras dengan pandangan jauh mengikuti perjalanan mobil mereka, seolah-olah ada orang yang begitu istimewa yang ikut pergi.
Aku berlari masuk kamar dengan tubuhku merosot kebawah dan menangis sesenggukan. Aku tak sanggup lagi menahannya. Air mataku lolos begitu derasnya. Aku gak sanggup jika harus berjuang lagi.
Ratna punya segalanya dan yang pasti dia sangat di cintai mas Davin. Aku gak sanggup jika kemungkinan mas Davin akan mempertahankannya dan meminta restu untuk tinggal di rumah ini.
Gak, aku gak akan sanggup jika harus berbagi. Aku harus mempertahankan rumah tanggaku, aku gak mungkin mengecewakan orang-orang yang aku cintai. Ada Mami Papi dan orangtuaku ku yang selalu mendoakan ku.
Aku masih terisak dalam kegelapan. Akun ingin lari menembus hujan, ingin mencari perdamaian di sana. Ada mas Reno yang pasti tidak akan pernah menyakitiku dan pasti akan selalu menyayangiku...
Berikan komen dan jangan lupa like ya. Ikuti terus ceritanya pasti seru....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Dea
alur cerita nya bagus.cumn jrang iteraksi antara tokoh,
isi novelnya cuman menceritakan isi kisah nya.
jadi kaya baca dongeng sebelum tidur..
2023-01-14
0
Intan Nyazahra
terlalu bnyak bahasa hati
2022-04-15
0
Bambang Pdk
author koq lebay banget karakter kanaya, wanita gak selemah itu. hati tersiksa demi nyenangkan smua orang.
2022-02-12
0