Mencair

Apa yang harus aku lakukan? Aku ingin hubunganku dengan mas Davin bisa lebih baik. Tapi aku udah terlanjur dongkol sama dia. Aku juga ingin dia merasakan apa yang aku rasakan. Di saat dicuekin, di anggurin, dan gak di anggap. Aku masih diam membisu menatap wajah mas Davin. Apa mas Davin benar-benar takut kehilanganku atau dia takut aku mengadu? Entahlah itu semua membuatku frustasi.

"Ayolah Kay, jangan seperti ini. Aku tau kamu suka fashion kan? Dan dulu kamu juga ingin menjadi desainer yang handal, tapi harus gugur karna orang tuaku."

"Mas tau semuanya?"

"Ya Kay aku tau semuanya. Maaf ya karna Mami kamu harus mengubur semua impianmu."

Kalau mas Davin tau semuanya kenapa dia sikapnya acuh. Apa dia gak tau pengorbanan ku selama ini? Batin Kanaya.

"Tapi kenapa mas, kenapa kamu melakukan itu semuanya sama aku? Apa salahku? Apa aku gak berhak bahagia?"

"Sudah gak usah di bahas sekarang ayo kita keluar cari makan dan setelah itu terserah kamu.Atau mau ke cafe ku sendiri?" Dia menghapus air mataku dengan sayang.

"Aku baru denger kalau mas punya cafe? Kenapa Mami gak pernah cerita?"

"Ceritanya panjang.Jadi gimana mau ikut?"

Aku mengangguk ku hapus air mataku. Dia tersenyum manis membuatku klepek-klepek tak berdaya. Bagaimana mungkin aku menolak ajakan mas Davin? Untuk pertama kalinya mas Davin punya inisiatif mengajakku keluar. Biasanya dia sangat egan berdampingan denganku. Duh Gustii... hatiku bener-bener bahagia. Apa lagi mas Davin mengajakku ke tempat usahanya yang belom pernah aku ketahui.

"Bentar mas aku mau ganti baju."

"Tidak usah, begini aja sudah cantik." Aku tersenyum simpul dan salah tingkah di buatnya. Bahkan saat ini pipiku pasti sangat merona. Baru kali ini dia memuji ku . Entahlah aku gak bisa menjabarkan hatiku yang begitu bahagia saat ini. Aku juga gak tau dia tulus atau sekedar takut aku mengadukannya atau takut aku pulang ke rumah. Tapi saat ini aku sangat sangat bahagia sekali. Suamiku udah sedikit mencair.

Sepanjang perjalanan aku cuma diam. Melihat pemandangan di luar yang sedikit becek karena hujan. Kelap kelip lampu di sepanjang jalan terlihat begitu indah. Jalanan tidak begitu macet seperti biasanya. Mungkin karena habis hujan jadi males buat keluar rumah. Aku juga bahagia karena mas Davin gak sibuk dengan hpnya meskipun hpnya sering berdering.

"Apa kamu senang?"

"Sangat."

"Kapan-kapan aku ajak jalan keluar kota. Atau keluar negri sekalipun. Kamu belom pernahkan?"

"Kapan sempet mainnya sih mas, orang gak pernah diajak. Aku kan cuma muter muter pulang kampus rumah sakit, ngadepin obat dan jarum."

Dia tersenyum. Duh... rasanya pengen mencicipi bibirnya yang manis itu. Haduuuhh.. cuma liat senyumnya aja fikiranku sudah liar ke mana-mana.

"Kapan Mami pulang?"

"Besok mas."

"Apa kabar mereka? "

"Alhamdulillah semua baik.Kenapa mas gak tanya sendiri?"

"Aku belom sempet Kay.Aku sebenarnya khawatir tentang kesehatan mereka, yang bolak balik keluar kota mengurus perusaahan."

"Kenapa gak kamu ambil alih mas?"

"Bukan bidang ku Kay."

"Terus itu semua bidang ku?"

"Kenapa Mami gak menelfonku?"Dia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Dia menelfonku pas telat bikin minuman."

Dia menatapku dengan lekat, seolah dia menyesali semua.

"Maaf Kay."

"Tidak papa mas aku baik-baik aja. Padahal sebenarnya hatiku sedikit dongkol karna tadibkamu gak memperkenalkan ku sebagai istrimu mas. Apa karna Ratna, sehingga dia lupa dan gak menganggap ku.

" Bagaimana rasanya kamu jadi dokter?

Jadi dokter juga menyenangkan, bisa membantu banyak orang. Apalagi orang yang kita tangani sembuh, dan itu memberikan kepuasan sendiri." Senyumku mengembang, memberi keyakinan bahwa aku baik-baik aja.

"Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik buat anaknya mas. Meskipun itu bertolak belaka dengan ke inginkan kita. Tapi kita cuma menuruti sedikit ke inginkan mereka mumpung mereka masih hidup. Dan sebisa mungkin kita membuat mereka bahagia, kapan lagi kita bisa membahagiakan mereka kalau tidak sekarang."

Entahlah kenapa aku bisa bicara panjang kali lebar seperti tadi, mungkin terbawa suasana.

Kulihat mas Davin diam,tanpa menjawab perkataan ku. Dia menoleh sebentar dan menarik nafas yang panjang. Seperti ada beban yang begitu berat yang dia pikul. Aku sendiri juga tidak tau karena selama ini mas Davin gak pernah menceritakan apapun tetang kehidupannya di luar.

"Aku akan mencobanya."

Apa maksudnya dia mau mencoba? Apa dia mau mencoba langsung terjun ke rumah sakit terus operasi orang gitu? Aku aja masih belajar. Emang nanganin orang seperti bikin perkedel yang cuma di ulek-ulek aja. Aku masih menatapnya horor.

"Maksudku, aku akan berusaha membahagiakan mereka."

Ku tarik nafas dengan panjang.Gampang sebenarnya membahagiakan mereka. Cukup buatkan cucu pasti mereka akan bahagia. Batin Kanaya.

Tapi aku cuma diam aja, mana mungkin aku bicara seperti itu. Aku masih trauma tentang penolakannya.

Hening gak ada yang bersuara. Sampai mobil berbelok ke sebuah bangunan kafe yang begitu mewah. Di sekitar kafe ada sebuah danau dan air terjun. Sebelum masuk kita di suguhkan oleh air mancur yang indah dengan hiasan disertai lampu yang remang sehingga terlihat jelas lambaian air yang meliuk-liuk dengan indah.

Cafenya terdiri tiga bangunan. Di sebelah kanan seperti menjamu anak-anak remaja yang bentuknya seperti santai dan lesehan tapi tidak mengurangi keindahan cafe ini jadi sangat nyaman di buat ngobrol. Disebelah kiri di sediakan untuk tempat bisnis. Tempat nya indah dan elegan, sangat berkelas, cocok untuk kalangan elit yang sedang mengadakan meeting. Dan bangunan utama lebih klasik dan langsung bisa memanjakan mata dengan melihat air terjun.

Aku masuk kedalam kafe mengikuti langkah mas Davin. Dan memilih tempat duduk yang paling pojok yang sedikit sepi. Aku sengaja memilih tempat duduk di pojok karna bisa langsung merasakan sejuknya air terjun juga bisa menikmati pemandangan yang sangat indah.

Mas Davin berlalu, entahlah aku gak tau dia mau kemana. Aku mengawasi gerakannya. Ternyata dia berjalan menuju para karyawannya. Mereka semua berbaris dan sedikit membungkuk hormat. Dia berbicara sambil menunjuk ke arahku. Setelah itu para karyawan menghampiri dan menyapaku.

"Selamat malam Nyonya, selamat datang di Cafe Ceria."

O.. Jadi nama cafenya cafe ceria.

Dan ternyata mas Davin memperkenalkan ku sebagai istrinya kesemua karyawannya. Setelah itu salah satu karyawan membawakan makanan dan minuman untukku. Aku mengkerut kan keningku melihat apa yang di bawa oleh pelayan cafe kesini. Sebuah hot coklat, kue coklat dan steak daging. Apa mas Davin mau membuatku gendut dengan semua makanan ini? Duh Gustii.. kenapa mas Davin gak tanya dulu sih apa kesukaanku, dia masih aja bertindak seenak jidatnya tanpa memikirkan keinginanku. Apa dia lupa kalau aku seorang dokter?

"Silahkan di nikmati Kay." Nanti kalau ada yang kurang bisa minta langsung sama pelayan."

Aku mengangguk dengan sedikit ragu mencecap hot coklat itu. Rasanya lumayan, bisa membuat tubuhku rileks.

"Apa mami papi tau kalau mas Davin punya usaha ini?" Kenapa gak minta sekalian Mami papi menanam saham di cafe dan membuka cabang baru mas."Kulihat cafe ini sangat rame pengunjung dan harusnya dengan mudah mengembangkan sayap di berbagai kota bahkan negara lain."

"Mereka tau Kay, cuma papi gak setuju kalau aku membangun cafe ini. Aku sudah berkali-kali menjelaskan bahwa cafe yang aku bangun ini sangat berbeda dari cafe lainnya."

Kulihat mas Davin sedikit murung dengan dengan menceritakan cafe ini.

"Kenapa?"

"Katanya cuma buat bersenang-senang dan bisnis recehan gak ada faedahnya."

"Mungkin papi punya tujuan lain mas, sedangkan mas kan anak tunggal. Jadi mereka berharap sepenuhnya sama kamu untuk meneruskan usaha mereka yang susah payah mereka bangun tanpa harus memecah ke fokusan ke sana kemari."

"Papi emang keras kepala Kay. Papi gak akan melihat kesuksesanku yang aku bangun. Aku akan terlihat hebat jika keinginannya terwujud.Jawab mas Davin dengan lesu.

Ah ,aku baru tau ternyata mas Davin dan papi tidak begitu dekat. Sama-sama keras kepala dan kaku. Pantas aja selama ini aku harus belajar ini itu dengan arahan papi agar aku bisa memegang kendali kelak. Karna papi tau anak tunggalnya gak bisa diandalkan. Sebenarnya aku tau niat papi baik agar kelak usahanya bisa di wariskan anak cucunya dan gak macet. Tapi melihat mas Davin yang suka kebebasan dan gak bisa atur jadi akulah yang memikul beban semua ini yang harusnya ada di pundak dia.

"Aku bisa seperti ini karna Mami yang diam-diam mendukungku." Mami memberikanku modal dan ku kembangkan akhirnya aku bisa meraih apa yang aku inginkan." Kulihat ada sedikit emosi dan semangat yang menggebu, seolah ingin menunjukkan bahwa aku bisa sukses tanpa harus dukungan dari papi.

Pantas saja selama ini mas Davin begitu hormat dan sangat mencintai Mami. Bahkan jodoh yang di pilihkan Mami ,mas Davin pun tidak bisa menolaknya. Mungkin jika papi yang menyiapkan masa depannya pasti mas Davin akan berontak. Meskipun aku harus berjuang dan nelangsa karna sikap dinginnya. Dan semoga aja sikap hangat ini tidak berubah.

Terpopuler

Comments

Darna Harid

Darna Harid

dan slalu bilang Kanaya bodoh, emang kalian nggak bodoh juga yah nggak sadar juga yah. kalian juga kalau di rayu sama pacar kalian pasti langsung klepe" kn, alah nggak usah salahin Kanaya nya kalian ajah yang nggak sadar diri

2021-12-19

2

Darna Harid

Darna Harid

bosan aku slalu baca komenan kalian yang nggak jelas. tinggal baca ajah Napa sih jangan terlalu cerewet deh

2021-12-19

2

Aris Pujiono

Aris Pujiono

kanaya kanaya...baru digombalin klepek2

2021-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Penolakan
2 Bersama mas Reno
3 Persiapan di salon
4 Memalukan
5 Ingin mengakhiri
6 Villa
7 Caca Kaget
8 Mami Drop
9 Kecewa
10 Menggelikan
11 Menggelikan
12 Rumah sakit
13 Dihempaskan
14 Bertemu Ratna
15 Dia begitu sempurna
16 Merajuk
17 Mencair
18 Kencan pertama
19 Sebuah harapan
20 Foto mereka
21 Hati Davin
22 Belajar mencintai
23 Merana
24 Kanaya atau Ratna?
25 Mengagumi Kanaya secara diam
26 Takut kehilangan
27 Terancam pergi
28 Terpaku sendiri
29 Hampa
30 Merelakan
31 Sebal
32 Awal ketemu
33 Bimbang
34 Pilu
35 Kecewa
36 Kenyataan pahit dan manis
37 Sembiluh pedang
38 Gelisah
39 Pergi
40 Me Malang
41 Sejarah baru
42 Hari pertama
43 Secercah harapan
44 Rasa Ingin memiliki
45 Mendengar kekacauan dirumah Davin
46 Sate dan minyak wangi
47 Kedatangan Davin
48 Mengeluarkan unek-unek
49 Curhat
50 Gara-gara jamu
51 Gagal lagi
52 Menuju ending
53 Ending
54 Seson 2
55 Pertemuan tak terduga
56 Kabar buruk
57 Sembuh
58 Kejutan
59 Paris
60 Ketemu mantan
61 Perubahan
62 Kejutan
63 Cowok sinting
64 Perjanjian
65 Kejadian naas
66 Menghilang
67 Bayangan
68 Obsesi
69 Bangun dari koma
70 Hilang ingatan
71 Merasa geram
72 Ketemu Samudra
73 Terkurung
74 Laras dan Ratna
75 Pergi ke butik
76 Pertemuan Davin dan Laras
77 Damai dengan keaadaan
78 Di kediaman Aldi
79 Di sambar petir di siang bolong
80 Pesta yang menegangkan
81 Kedatangan Davin
82 Welcome Jakarta
83 Kediaman Davin
84 Memang seharusnya terjadi
85 Amarah Aldi
86 Pertengkaran
87 Terlambat
88 Ingatan kembali
89 Rencana Reno
90 Lolos dari dari sekapan
91 Penangkapan Aldi
92 Rumah Sakit
93 Damai dengan keadaan.
94 Mengunjungi Aldi
95 Pesta
96 Kejadian waktu dansa
97 The and
98 Pengumuman
99 Perjanjian
100 Pergi ke mall
101 Debar-debar asmara
102 Tingkah Reno
103 Ada apa dengan Reno??
104 Bertemu Merry
105 Bertemu Lucky
106 Patner kerja baru
107 Kopi pahit
108 Kesempatan dalam kesempitan
109 Pov Reno
110 Ku buat cemburu
111 Akting Nila
112 Merasa nyaman
113 Ternyata
114 Pernikahan
115 Dilema
116 Hati Reno dan Lucky
117 Menyesal
118 Kepergian Lucky
119 Ambil kesempatan
120 Pulang kampung
121 Terungkap hoby Nila
122 Ranjang sempit
123 Malam pertama
124 Gara-gara mantan
125 Anak siapa??
126 Pewaris tunggal
127 Rindu yang menggebu
128 Mengenalkan pada dunia
129 Mengenalkan pada dunia
130 Skandal baru
131 Ditolak pulang
132 Satu tahun berlalu
133 Pertemuan yang tak terduga
134 Pengumuman Tunangan
135 Tentang Nila
136 Di Rumah Lucky
137 Godaan Lucky
138 Kembali ke pelukan Lucky
139 Kembalinya Nila
140 Kembali ke rumah Lucky
141 Pengakuan dari Lucky
142 Kabar gembira
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Penolakan
2
Bersama mas Reno
3
Persiapan di salon
4
Memalukan
5
Ingin mengakhiri
6
Villa
7
Caca Kaget
8
Mami Drop
9
Kecewa
10
Menggelikan
11
Menggelikan
12
Rumah sakit
13
Dihempaskan
14
Bertemu Ratna
15
Dia begitu sempurna
16
Merajuk
17
Mencair
18
Kencan pertama
19
Sebuah harapan
20
Foto mereka
21
Hati Davin
22
Belajar mencintai
23
Merana
24
Kanaya atau Ratna?
25
Mengagumi Kanaya secara diam
26
Takut kehilangan
27
Terancam pergi
28
Terpaku sendiri
29
Hampa
30
Merelakan
31
Sebal
32
Awal ketemu
33
Bimbang
34
Pilu
35
Kecewa
36
Kenyataan pahit dan manis
37
Sembiluh pedang
38
Gelisah
39
Pergi
40
Me Malang
41
Sejarah baru
42
Hari pertama
43
Secercah harapan
44
Rasa Ingin memiliki
45
Mendengar kekacauan dirumah Davin
46
Sate dan minyak wangi
47
Kedatangan Davin
48
Mengeluarkan unek-unek
49
Curhat
50
Gara-gara jamu
51
Gagal lagi
52
Menuju ending
53
Ending
54
Seson 2
55
Pertemuan tak terduga
56
Kabar buruk
57
Sembuh
58
Kejutan
59
Paris
60
Ketemu mantan
61
Perubahan
62
Kejutan
63
Cowok sinting
64
Perjanjian
65
Kejadian naas
66
Menghilang
67
Bayangan
68
Obsesi
69
Bangun dari koma
70
Hilang ingatan
71
Merasa geram
72
Ketemu Samudra
73
Terkurung
74
Laras dan Ratna
75
Pergi ke butik
76
Pertemuan Davin dan Laras
77
Damai dengan keaadaan
78
Di kediaman Aldi
79
Di sambar petir di siang bolong
80
Pesta yang menegangkan
81
Kedatangan Davin
82
Welcome Jakarta
83
Kediaman Davin
84
Memang seharusnya terjadi
85
Amarah Aldi
86
Pertengkaran
87
Terlambat
88
Ingatan kembali
89
Rencana Reno
90
Lolos dari dari sekapan
91
Penangkapan Aldi
92
Rumah Sakit
93
Damai dengan keadaan.
94
Mengunjungi Aldi
95
Pesta
96
Kejadian waktu dansa
97
The and
98
Pengumuman
99
Perjanjian
100
Pergi ke mall
101
Debar-debar asmara
102
Tingkah Reno
103
Ada apa dengan Reno??
104
Bertemu Merry
105
Bertemu Lucky
106
Patner kerja baru
107
Kopi pahit
108
Kesempatan dalam kesempitan
109
Pov Reno
110
Ku buat cemburu
111
Akting Nila
112
Merasa nyaman
113
Ternyata
114
Pernikahan
115
Dilema
116
Hati Reno dan Lucky
117
Menyesal
118
Kepergian Lucky
119
Ambil kesempatan
120
Pulang kampung
121
Terungkap hoby Nila
122
Ranjang sempit
123
Malam pertama
124
Gara-gara mantan
125
Anak siapa??
126
Pewaris tunggal
127
Rindu yang menggebu
128
Mengenalkan pada dunia
129
Mengenalkan pada dunia
130
Skandal baru
131
Ditolak pulang
132
Satu tahun berlalu
133
Pertemuan yang tak terduga
134
Pengumuman Tunangan
135
Tentang Nila
136
Di Rumah Lucky
137
Godaan Lucky
138
Kembali ke pelukan Lucky
139
Kembalinya Nila
140
Kembali ke rumah Lucky
141
Pengakuan dari Lucky
142
Kabar gembira

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!