Melihat mas Davin yang masih asik telfonan dan melihat Mami yang berjuang dengan obat-obatnya membuatku geram.
Seolah aku bukanlah istrinya tapi seorang perawat untuk Mami nya. Mengingat itu semua membuat relung hatiku terasa nyeri. Dia sama sekali tidak membutuhkan kehadiranku sebagai seorang istri tapi perawat untuk Mami nya. Kalau seperti itu kenapa dia tidak menyewa perawat yang handal aha untuk menjaga Maminya? Dan membiarkanku pergi mencari kebahagiaan ku sendiri.
Aku bukanlah Malaikat yang gak punya batas kesabaran aku adalah manusia biasa yang kadang kalanya bisa rapuh dan marah. Aku juga bisa emosi kalau mas Davin acuh terhadapku tapi bahagia saat sama orang lain.
"Kay Mami udah tua kesehatan Mami juga kadang menurun, tinggal menunggu kapan Mami di panggil sama yang kuasa. Mami cuma pengen cucu Kay sebelum tutup usia nanti." Mami menatap ku dengan tatapan serius.
Hatiku berdebar-debar tidak karuan, aku bingung mau jawab apa?
"Doa kan Kanaya ya Mi semoga lekas dikasih." Jawabku lirih dengan senyum yang kupaksakan." Mami memberikan vitamin obat penyubur kandungan, berharap aku cepat hamil.
Ya Robbi, hatiku semakin nyeri melihat vitamin kandungan itu. Andai Mami tau aku gak butuh vitamin ini, yang aku butuhkan mas Davin mau menggauli ku, tapi apa yang kudapatkan? Mas Davin tetap bersikap dingin. Andai aku hidup dengan mas Reno mungkin aku udah punya anak yang lucu-lucu.Batinku.
"Kay lusa Mami ma Papi mau keluar kota untuk memantau perkembangan pembangunan yang ada di kota xx. Kamu sama Davin kerja sama ya mantau yang disini. Kamu jangan kluyuran dulu ya ma Caca fokus sama Davin dan buat cucu buat Mami." Mami tersenyum dengan sebuah harapan .
Aku menggaruk tengkuk ku yang gak gatal. Bingung hadapin mas Davin kalau gak ada Mami. Ada Mami dan Papi aja dia dingin apalagi gak ada? Aku membayangkan aja udah membuat bulu kuduku berdiri.
"Emang Mami dah sehat kok mau perjalanan jauh? "
"Mami baik-baik aja Kay proyek ini soalnya penting dan harus di hadiri Mami dan Papi."
Aku memijat kaki Mami agar lebih rileks. Dan Mami pun cerita panjang kali lebar aku cuma mendengar setia kadang kala cuma nyaut untuk nanggapin ceritanya. Mami emang sayang banget sama aku melebihi ibu kandungku sendiri. Makanya aku gak tega kalau harus menyakiti beliau.
Hari pun tiba di mana Mami dan Papi sudah berangkat keluar kota. Dan kini tinggal aku dan Mas Davin di rumah sebesar ini berdua.
Kalau boleh jujur, saat dirumah sebesar ini cuma berdua dengan mas Davin, ingin rasanya aku di manja-manja, masak di peluk dari belakang, mas Davin menciumi tengkuk ku seperti pasangan suami istri yang harmonis. Mas Davin menjahili hingga tercipta tawa yang memenuhi ruangan dan kita juga kejar-kejaran seperti anak kecil.
Aku juga ingin mas Davin duduk di pangkuanku, tangan kekarnya memeluk pinggang ramping ku dengan posesif. Dan aku membelai dada bidangnya dan meraba rambutnya. Menceritakan masa depan kita, merencanakan punya anak berapa? Bercumbu mesra di kamar tanpa kenal waktu sampai rambut gak pernah kering.Duh Gusti ....maafkan aku yang pikirannya udah mesum ke mana-mana. Aku menggelengkan kepalaku agar pikiran mesum ku hilang.
Karna aku tau itu tidak mungkin terjadi. Karna aku disini bukan sebagai istri tapi pelayan halalnya yang memenuhi kebutuhan sehari-hari dan merawat Mami juga membantu perkembangan perusahaan annya kelak. Sedangkan mas Davin mana peduli tentang itu dia cuma sibuk dengan kesenangannya sendiri. dan mencintai dirinya dan pujaan hatinya.
Kami semalem tidur terpisah mas Davin tidur di kamar tamu. Karena gak ada orang tuanya jadi dia lebih leluasa melakukan apapun tanpa peduli denganku.
Pagi-pagi sekali aku udah menyiapkan kopi hitam kesukaannya dan membereskan tempat tidur dan mencuci pakaian kotornya.
Sudah 1tahun rutinitas yang aku kerjakan seperti ini sebelum berangkat kampus. Melayani dan menyiapkan segala keperluannya mas Davin. Sebenarnya ada pembantu di rumah ini, tapi aku lebih suka melayani mas Davin secara langsung. Mencari Ridho suami dan juga berharap surganya Allah terbuka untukku.
"Tumben mas Davin gak keluar kamar?" Biasanya dia pagi-pagi sudah lengkap dengan pakaiannya yang rapi, batinku bertanya.
Aku segera menghampirinya di kamar tamu dan membawakan sarapan nasi goreng kesukaan nya. Betapa kagetnya saat ku lihat mas Davin memggigil kedinginan. Kupegang keningnya ternyata panas. Aku segera mengompres dengan air hangat berharap demammnya lekas turun.
Kupegang lagi keningnya ternyata sudah turun. Aku ingin membangunkannya dan menyuapi nya sarapan. Tapi aku takut melakukannya. Aku diam mematung memperhatikan wajahnya yang sedikit pucat. Aku ingat betul penolakan waktu itu membuatku lebih menjaga jarak dengannya. Lebih baik aku membuatkan madu jahe agar imunnya lebih baik lagi.
Saat aku kembali kekamar mas Davin sudah kelihatan lebih rapi dan kelihatan segar, meskipun sedikit pucat.
"Mau kemana dia." Apa dia gak khawatir dengan kesehatannya sendiri?"Apa begitu pentingkah urusannya sampai mengabaikan kesehatannya? Apa yang sebenarnya di cari di luaran sana?" Pikiranku melayang entah kemana. Terasa sakit membayangkan kalau mas Davin mau ketemu Ratna.
"Gak sarapan dulu mas? "
"Gak usah, aku gak laper."
Aku yakin mas Davin masih menahan rasa sakitny. Tapi aku gak punya kuasa untuk menahannya. Aku takut terjadi sesuatu dengannya sedangkan Mami Papi gak di rumah. Rencana hari ini aku gak pergi kekampus. Aku ingin menunggu mas Davin pulang. Aku juga sudah belajar memasak kesukaannya suamiku yang sama persis kayak masakan Mami.
Aku bertekad belanja kesupermarket. Membeli semua bahan yang aku masak untuk mas Davin. Mami pernah bilang kalau mas Davin itu suka sekali masakan ayam mentega, tumis jamur, dan dendeng daging Sapi.
Kurasa belanjaan cukup aku segera pulang dan meng eksekusi menjadi makanan lezat. Aku berharap mas Davin segera pulang dan menikmati makanan kesukaannya. Setelah semuanya selesai aku segera menfoto dan mengirim gambar di WAnya, tapi cuma di baca tanpa di bales.
Aku langsung balik ke kamar dan menangis sesenggukan.
"Kenapa sesakit ini Ya Allah? Apa sebenarnya salahku? Kenapa Engkau selalu menguji kesabaranku? Apa aku sanggup melewati ini semua?" aku terisak dalam diam. Aku sudah membayangkan kalau mas Davin sedang berduaan dengan Ratna. Segitu pentingkah Ratna buat kamu mas, sampai-sampai kamu selalu mengabaikanku? Bahkan membalas pesanku saja kamu tidak sudi. Apa kamu tidak tau kalau kamu menyakitiku?
Aku tersenyum getir mana mungkin dia peduli tentang perasaanmu Kay? Gak usah jadi orang bodoh yang selalu mengharap cintanya! Ku nasehati diriku sendiri agar segera sadar.
Ku lihat jam sudah menunjukan tengah Malam. Aku udah capek menunggunya pulang. Masakan yang tadi susah payah aku buat aku kasihkan ke pak satpam. Percuma aku memikirkannya, toh dia gak pernah memikirkanku. Aku merebahkan tubuhku yang terasa lelah, lelah hati dan juga pikiran. Aku berusaha memejamkan mata berharap esok hari lebih indah dari pada hari ini.
***
Hallo sahabat minta dukungannya ya ini novel ku pertama. Semoga suka dan menghibur. Jangan lupa tinggalkan komentar, Like dll ya biar author lebih semangat dan rajin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Andrean Brima
ayolah Kanaya jujur sj ke mami mertua bila hubungan mu dgn Davin cuma sandiwara sj
2021-12-12
0
Andrean Brima
emang bener banget kamu Kanaya cuma d anggap sebagai perawat sj.. bukan selayaknya seorang istri...
2021-12-12
0
Aris Pujiono
semangat kanaya
2021-12-08
0