Ceklek..
Kubuka pintu kamar setelah berkutat di dapur membuat sarapan buat mas Davin. Aku kaget karna melihat mas Davin sudah menggigil kedinginan. Meringgkuk seperti bayi dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Wajahnya pucat tak berdaya.
Aku bingung dan khawatir. Ku beranikan diri menyentuh dahinya dengan punggung tanganku. Ternyata demamnya tinggi sekali. Mas Davin juga meracau tidak jelas. Aku segera mengambil selimut yang lebih tebal. Segera ku matikan AC agar tak kedinginan.
Aku berlali kedapur ngambil air hangat untuk mengompres mas Davin. Air mataku mengucur deras tak tertahan. Aku takut mas Davin kenapa-kenapa. Apa lagi aku di rumah sendiri tidak ada Mami Papi yang menguatkanku. Aku meminit kaki mas Davin, tapi mas Davin makin menggigil. Saat aku mau beranjak dari duduk mas Davin menggemgam tanganku. Jantungku berdetak lebih kencang kaget dan campur harus.
"Dingin Kay. Jangan tinggalin aku Kay." Aku mematung kaku. Mas Davin semakin menarik ku agr lebih dekat. Memelukku dengan kuat mencari kehangatan. Ku balas pelukan mas Davin dengan hati berdebar. Aku menikmati pelukan mas Davin, karna baru kali ini mas Davin memelukku sangat erat, seolah takut aku meninggalkannya.
Apakah ini awal dari kisah rumah tangga yang harmonis di mulai?
Apakah sekarang mas Davin sudah mulai membutuhkanku?
Dan dia takut kehilanganku?
Aku gak mau menerka dengan sikap mas Davin saat ini.Siapa tau ini reaksi mas Davin yang tidak sadar.
Atau mungkin saat ini mas Davin membayangkan sedang memeluk Ratna!
Teringat tadi saat mas Davin melihat foto seseorang membuat hatiku semakin nyeri.
Tapi melihatnya begitu lemah, hatiku semakin sakit. Aku dah gak kuat menahan tangisku. Aku sesenggukan didalam pelukan mas Davin karna aku sadar aku sangant mencintai suamiku, aku takut terjadi sesuatu hal yang buruk.
Aku ingin beranjak dan mengubungi pak sopir untuk membawa mas Davin kerumah sakit. Tapi mas Davin memelukku semakin kuat. Aku juga ingat yang di ucapkan Caca. Sekali-kali aku harus memberi pelajaran sama mas Davin untuk tidak peduli, sampai mas Davin sadar kalau aku ini penting dalam hidupnya.
Aku bingung, aku pengen mas Davin merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Tapi aku gak tega melihat mas Davin lemah tak berdaya. Rasanya aku pengen egois meninggalkan mas Davin begitu saja, dan mencari kesenangan di luar sana. Tapi lagi-lagi aku di buat tak berdaya, mas Davin memelukku dan menelusup di ceruk leher ku membuat gairah ku bangkit. Dan hasrat untuk ******* bibir mas Davin, tapi aku tahan karna itu tidak mungkin sekarang kondisi mas Davin yang deman. Sedangkan mas Davin pernah menolak ku mentah-menatah. Mengingat hal itu membuat hatiku semakin sakit.
Kalau saja rumah tangga ku normal dan seharmonis seperti di novel. Pastinya ku buka baju mas Davin dan bajuku berpelukan di bawah selimut. Ku salurkan kekuatan dan menyedot suhu panas mas Davin agar lekas sembuh.
Sayangnya, hubungan kami tidaklah dekat. Dan tidak pernah menjalin kontak fisik meskipun kami satu kamar. Aku tidak bisa melakukan apa pun selain diam, membantu dalam batas wajar. Menataonya dengan perasaan iba. Yang biasanya mas Davin angkuh dan semena-mena terhadapku sekarang tergolek tak berdaya.
Aku masih dalam lamunan panjang dan menikmati sentuhan mas Davin. Tapi aku segera sadar, mas Davin harus segera mendapatkan pertolongan. Aku harus segera membawa mas Davin kerumah sakit. Aku menarik tubuhku dari pelukan mas Davin dengan pelan. Dia sudah berhenti meracau, tapi demamnya semakin tinggi. Aku segera berlari menuruni tangga mencari sopir pribadi, tapi gak ketemu. Aku mencari kesana kemari dan tanya sama bibi, ternyata pak Tejo cuti karna anknya lagi sakit. Aku semakin panik dan bingung apa yang harus aku lakukan? Akhirnya aku menyiapkan mobil sendiri dan minta tolong sama bibi untuk menyiapkan pakain ganti mas Davin. Aku sempoyongan saat memapah mas Davin. Melihat tubuh mas Davin yang kekar dan tunggi sedangkan tubuhku yang ramping membuatku ngos-ngosan. Mas Davin tidak menolak aku bawa ke rumah sakit karna dia tidak punya pilihan lain.
Aku melirik mas Davin yang sekali-kali merintih dan memegang perut. Mami pernah bilang kalau mas Davin gak boleh telat makan. Kalau sampai mas Davin telat makan maka akibatnya pencernaannya akan terganggu.
Aku juga menghubungi Caca untuk membatalkan jadwal prakteku karna gak mungkin aku berangkat praktek sedangkan mas Davin lagi sakit.
"Hallo Ca kamu lagi dimana?"
"Aku di jalan Kay mau ke butik."
"Ca tolongin aku Ca, mas Davin sedang sakit. Ini sekarang aku lagi menuju ke rumah sakit. Tolong temenin aku di sana ya."
"Ok.. ok! aku tunggu kamu di rumah sakit."
Saat sampai di rumah sakit aku ketemu sama Caca. Dan Aku segera memapah mas Davin agar tiduran di brankar yang sudah di siapkan. Caca melihatku dengan geleng-geleng kepala dan senyum geli karna melihatku yang sangat khawatir dan mata sembab.
"Dasar paijah."
Aku pura-pura gak denger ocehan Caca. Gak mungkin aku tanggepin Caca,mekihat situasi yang tidak pas. Dia pasti ingat pertemuan ku dengannya dan menangis meraung dan mau pergi meninggalkan mas Davin.
Saat brankar didorong oleh perawat dan memasuki ruang pemeriksaan, Caca masih terkikik geli. Dia pasti mengejekku sekarang. Huh menyebalkan..! Batin Kanaya.
"Bisa-bisanya kamu tertawa saat temen kamu lagi susah Ca."
Dia semakin terbahak-bahak menertawakanku.
"Maaf... maaf Kay.. aku inget kemaren kamu menangis meraung-raung dan mau ninggalin Davin dan kembali sama Reno. Lha saat ini justru kamu menangis lagi karna Davin kesakitan. Lucu aja gitu." Masih dengan tawanya. Harusnya kamu gunain kesempatan ini untuk ngasih pelajaran sama Davin yang angkuh itu, biar dia tau rasanya di abaikan. "
Aku mencubit lengan nya dengan keras agar dia berhenti mengejekku.
"Auuu.. Sakit Kay! "
Tidak lama ruang pemeriksaan dibuka.Kata dokter, mas Davin kena asam lambung , itu yang membuat mas Davin merasakan nyeri di perut dan mualmual. Itu karna mas Davin telat makan.
Deg.. aku kaget yang diucapkan dokter. Apa jangan-jangan mas Davin dari kemarin gak makan? Batin Kanaya.
Mas Davin sudah boleh langsung pulang nunggu cairan infus nya habis.
Caca keluar memembelikan Bubur ayam 3bungkus untuk sarapan. Kebetulan dia juga belum sempat sarapan.
"Mas sarapan dulu ya, biar aku suapin." Mas davin cuma menganggukan kepala.
Dengan semangat aku menyuapi mas Davin, karna ini adalah momen yang langka aku bisa melayani mas Davin dan berdekatan. Mungkin karna dia sedang tak berdaya, coba kalau dia sehat, mana mau dia dekat denganku.
Setelah itu Caca pamit meninggalkan kami berdua. Karna dia ada tugas untuk ke butik melihat banyak pesenan yang akan di siapkan untuk para model yang akan tampil.
Saat bubur tinggal separo hpku berdering, kulihat Mami menelpon ku. Mas Davin memberi syarat agar aku tidak memberitahu tentang kondisinya.
Aku diam dalam ragu apa yang mau di bicarakan Mami ya? Apa Mami punya firasat tenteng mas Davin?
Hallo sahabat jangan lupa tinggalkan komen yang positif dan like ya.
Mohon maaf jika ada kata yang salah ini novel pertama. Semoga menghibur...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Aris Pujiono
deva sombong
2021-12-11
0
Cherly Miracle
tolong klw tulis novel..oeran wanitanya hrus kuat
2021-09-14
1
Lee min ho
lanjut Thor jangan lama2.itu Deva kapan luluhnya sih jadi gemes aku pengen tonjok aja
2021-08-15
3