Saat makan malam Damien mulai menceritakan keseharian selama hidup di ibu kota. Sejak pindah ke ibukota Damien dilatih oleh master sihir sebelum masuk ke academy. Keluarga Rosemburg di kenal memiliki keturunan – keturunan yang berkualitas.
Setiap hari nya Damien dan Dyras berlatih pedang dan teknik berburu serta memperkuat penyerapan energi. Sedangkan Aniel dan Alec langsung masuk ke Wizard Academy.
Setelah 2 tahun berlatih barulah Dryas dan Damien di masukkan ke Wizard Academy dan sekarang ia sedang fokus mengikuti test menjadi master sihir.
Damien bermimpi menjadi guru di Academy seperti Alec dan Aniel yang kini menjadi master di academy dan mengajar di kastil bangsawan.
“Juline apa kau tidak ingin masuk Academy?" tanya Damien.
“Aku sedang berpikir.Tapi apakah academy menerima murid sampah seperti ku,”ucap Juline.
“Kenapa kau berkata seperti itu? Kamu hanya perlu berlatih. Kakak yakin kau akan di terima di Wizard academy walaupun tanpa elemen sihir dalam tubuh mu."
Tiba – tiba Damien terdiam. Ia memikirkan ancaman ibu nya. Juline yang tahu apa yang di pikirkan kakak nya.
“Kau jangan khawatir, aku takkan membiarkan mu berhenti dari academy. Aku yang akan membiayai mu sampai kau menjadi master,”ucap Juline.
“Apa ibu mu melarang mu bertemu dengan ayah?"tanya ascar.
“Iya ayah. Ibu dan kakek bersikeras menjauhkan kami berempat dari ayah dan Juline. Maafkan aku ayah."
“Kau tidak perlu minta maaf nak. Kamu jangan khawatir, kau memiliki ayah dan saudari yang luar biasa."
“Ayah, apa ayah membenci ibu?"
“Benci? Ayah tidak pernah membenci ibu mu nak. Walaupun kenyataan ibu mu meninggalkan ayah tapi ayah paham dengan posisi ibu mu. Ini semua salah ayah, karena ayah terlahir dari keluarga biasa dan dengan tidak tahu malu jatuh cinta pada seorang bangsawan."
Damien menoleh memandang Juline yang masih asyik dengan makanan nya. Ia tahu jika Juline sangat membenci ibu mereka.
“Kenapa kau menatap ku?" Juline tiba – tiba
mendongak dan menatap tajam ke arah Damien.
“Juline, apa kau sangat membenci ibu?"
“Apa kau pikir setelah ia meninggalkan ku dan mengatai ku sampah, aku masih bisa menyayangi nya? dia tidak pantas di panggil ibu."
“Juline, kenapa kau berbicara seperti itu nak, biar bagaimana pun ia ibu mu,”jelas Ascar.
Juline meninggalkan meja makan tanpa mengucapkan satu kata pun. Ia merasa kesal dengan ayah dan saudara nya. Ascar hanya menghela napas melihat Juline yang pergi meninggalkan mereka berdua.
“Ayah, wajar jika Juline sangat marah pada ibu, aku bisa memahami Juline ayah."
“Tapi ayah tidak ingin dia jadi anak durhaka nak. Juline memang sudah berubah nak. Dia seperti bukan Juline yang ayah kenal dulu."
“Maksud ayah?"
“Dulu adikmu adalah gadis yang periang dan selalu tersenyum. Tapi sekarang kau lihat lah dia sangat kasar dan dingin. Ayah bahkan tak pernah lagi melihat senyuman nya."
Damien yang mendengar ucapan ayah nya merasa tidak percaya. Juline yang dulu seorang gadis periang bisa menjelma menjadi gadis kasar dan dingin pada semua orang. Setelah makan malam. Damien di antar salah satu pelayan mengantar Damien ke kamar nya.
***
Di sebuah ruangan terlihat tiga orang laki – laki yang sedang membaca buku. Salah seorang dari mereka melepas pandangan dari buku dan menatap langit malam melalui kaca jendela.
Mata nya mulai berkaca – kaca. Ia menyadari kesalahan yang belum lama ia perbuat. Ia tahu ia telah menyakiti hati saudari nya.
“Aku pasti menyakiti nya dengan ucapan ku. Apakah aku masih pantas menjadi kakak nya?" ucap Alec, Ia merasa gagal menjaga adik perempuan nya.
“Kakak melakukan ini karena tidak ingin mengecewakan keluarga ini kan?" tanya Dryas yang melihat kakak nya tiba – tiba saja bersedih.
“Biarkan saja begini. Kita belum punya kekuatan untuk keluar dari keluarga ini. Kita tidak mungkin meninggalkan ibu disini sendiri kan," ucap Aniel.
Ia paham apa yang di rasakan oleh kakak dan adik nya. Ia juga merasa bersalah pada Juline. Tapi ia tidak tega bila harus menyakiti ibu nya.
Suasana kembali hening. Mereka kembali fokus membaca buku. Sesekali terdengar seseorang menghela napas.
♡♡♡♡
Juline merebahkan tubuh nya di kasur. Ia kembali membayangkan perkataan ibu nya yang begitu kasar pada nya. Saat sedang menatap langit – langit kamar nya, sekelebat kabut hitam muncul di kamar nya.
Juline bangun dan melihat seseorang yang datang bersama kabut hitam itu. Wajah nya datar memandangi pria bermata biru laut itu.
“Kenapa kau menatap ku seperti itu?" tanya Dewa Q ketika melihat Juline menatap nya aneh.
“Apa yang kau lakukan di kamar seorang gadis? Apa ini hobby mu?"
“Apa yang kau katakan? Kau pikir aku tak punya pekerjaan dan lagi aku kesini karena hendak memberi mu sesuatu."
“Apa itu? bukan kah kau terlalu perhatian padaku?"
“Jangan besar kepala dulu. Ini perintah dari atasan."
Dewa Q mengeluarkan sebuah kaos tangan berwarna hitam dengan corak bunga tulip berwarna perak. Ia melemparkan pada Juline
“Itu adalah kaos tangan yang dapat kau gunakan menahan kekuatan di kedua tangan mu."
“Apa aku bisa menyentuh apapun dengan kaos tangan itu tanpa menyakiti orang lain?"
“Kenapa kau ragu? Bukan nya kau tidak peduli pada siapapun?"
“Kau benar, aku tidak peduli pada siapapun. Bisakah aku membunuh semua orang yang ada di dunia ini? aku ingin cepat menyelesaikan misi bodoh ini."
Juline menatap dewa Q dengan tatapan sinis nya. Dewa Q merasakan aura berbeda ketika berada di dekat Juline. Untuk pertama kali nya ia merasa terintimidasi oleh aura Juline.
Menyadari hal itu, dewa Q kembali tersenyum dan langsung menghilang. Juline yang melihat itu hanya diam.
Bisakah aku memusnahkan mulut dewa sialan itu.
Juline melangkah ke jendela dan menatap langit malam. Bintang – bintang memenuhi langit malam itu. Bulan Nampak memamerkan sinar nya. Juline memejamkan mata nya.
Ia merasa bersalah karena berkata kasar pada ayah dan saudara nya.
Kenapa aku merasa bersalah? Ini bukan seperti diriku. Aku benci perasaan seperti ini. Perasaan membuat manusia menjadi lemah dan aku tidak mau lemah seperti orang bodoh. Aku harus berhasil menyelamatkan dunia sihir ini. Ayah, ibu tunggu aku.
“Apa kau merindukan kedua orang tua mu?" suara lembut membuyarkan lamunan Juline. Ia berbalik dan melihat seorang pria bermata merah dengan senyum yang terpasang di bibir nya.
“Siapa lagi kau?"
“Apa kau tak mengingat ku? aku dewa kegelapan. Aku ke sini karena sedikit penasaran dengan mu."
“Apa maksudmu?"
“Sejak kau datang di dua pengadilan, aku terus bertanya kenapa kau bisa berdiri di dua warna sekaligus. Aku terus memikirkan nya. Kau adalah seorang pembunuh berdarah dingin tapi ketua dewa malah memilih mu untuk melaksanakan misi yang hanya di lakukan oleh dewa.
“Apa kau iri?"
“Mana mungkin aku iri pada manusia biasa seperti mu."
“Apa kau tertarik padaku?"
“APA?! Apa otak mu baik – baik saja. Apa kau tahu berapa banyak dewi yang menginginkan ku tapi ku tolak."
“Lalu sedang apa kau di kamarku? Apa semua dewa tidak punya malu berkunjung di kamar seorang gadis?"
“Apa maksud mu? Ohh jangan – jangan bukan hanya aku yang mengunjungi mu."
“Sudahlah. Pergilah paman, aku ingin tidur."
“P-paman. Aku belum setua itu."
Juline naik ke kasur nya dan menarik selimut nya. Ia tak memperdulikan dewa kegelapan yang masih berdiri memandangi dengan kesal.
Dewa kegelapan memandangi selimut yang menutupi tubuh Juline. Ia tersenyum dan langsung menghilang.
Mohon maaf atas tulisan yang jauh dari kesempurnaan ini. Terima kasih telah membaca tulisan ini.
Happy Reading ♡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Luz RielDiah
menarik...
2022-03-29
0
Edha Alvin
hahaha..lucu jg para dewa d katain gak tau malu 😂😂
2021-11-29
0
EL CASANDRA
bhahaha dewa dikatain gk tau malu donk🤙🏻....Juline emang beda..ketika cewe lain suka sm 2 dewa itu malah dia sebaliknya
2021-11-27
3