"Ra kamu kenapa?" tanya Ridho penasaran karena melihat wajah Tiara yang begitu pucat saat keluar dari ruangan khusus.
"A.. aku gak apa - apa Dho" jawab Tiara.
"Tapi kamu pucat dan berkeringat Ra. Perut kamu sakit?" tanya Ridho lagi.
"A.. aku hanya aduuuuh.... " Tiara memegang perutnya yang tiba - tiba terasa sakit.
"Ra.. kamu kenapa?" Ridho melihat Tiara dengan khawatir.
"Perutku sakit Dho... " jawab Tiara sambil terus memegangi perutnya.
"Ya sudah kamu duduk dan istirahat saja di sini. Jangan banyak bergerak. Nanti aku yang hilang sama Mbak Dian" perintah Ridho.
"I.. iya Dho, ini pesanan ruangan khusus" Tiara menyerahkan daftar menu yang di pesan teman - teman Dian termasuk pria yang itu. Pria yang sudah menanamkan benihnya di perut Tiara.
Tiara duduk di ruang istirahat sambil memegang perutnya dan menetralkan detak jantungnya. Sungguh dia sangat terkejut bisa berinteraksi dengan pria itu.
Siapa pria itu, mengapa dia bisa ada di ruangan khusus bersama Mbak Dian. Apakah dia adalah temannya Mbak Dian? Duh bagaimana kalau dia mengenaliku? Beribu pertanyaan berkecamuk di dalam hati Tiara.
Tiara mencoba meluruskan kakinya dan mengelus lembut perutnya.
"Sabara ya sayang.. Apa kamu bergejolak setiap melihat Bapak kamu?" ujar Tiara sendiri kepada perutnya.
Sudah dua kali tiara bertemu dengan pria itu setelah malam panas mereka. Dan selalu berakhir dengan perutnya yang tiba-tiba menjadi sakit.
Apakah memang dia tidak harus bertemu pria itu lagi? Tanya batin Tiara.
Setelah selesai mempersiapkan semua menu makanan yang di pesan tamu yang ada di ruangan khusus. Ridho membawanya untuk menggantikan pekerjaan Tiara.
"Selamat malam Pak, ini pesanannya" ucap Ridho sambil sibuk menyajikan pesanan teman - temannya Dian.
"Tiara mana Dho?" tanya Tiara.
"Di belakang Mbak. Tadi tiba-tiba perutnya sakit jadi aku suruh dia istirahat sebentar. Mungkin karena capek dari tadi mondar-mandir, maklum Mbak weekend tamu kita banyak" ungkap Ridho.
"Ya sudah bilang sama Tiara, dia istirahat saja" perintah Dian.
"Baik Mbak. kopi lattenya Pak" ujar Ridho kepada teman - teman Dian.
"Sini, saya pesan kopi latte" jawab Roy.
"Kopi hitam?" lanjut Ridho.
"Itu pesanan saya" jawab Bintang.
"Oh baiklah" jawab Ridho sambil menatap wajah empunya suara.
Alangkah terkejutnya Ridho melihat siapa pria yang ada di depan matanya. Tapi dia tidak sanggup berbicara karena sepertinya Tiara memang tak ingin pria ini tau keadaannya.
Apa karena melihat pria ini Tiara jadi sakit ya? Apakah aku harus cerita padanya tentang keadaan Tiara? Duh aku harus bagaimana? Kasihan Tiara menanggung semua kepedihan hidupnya gara - gara pria ini? Tapi siapa perempuan yang bersamanya kemarin, apakah itu suaminya? Ridho mengalami perang batin.
Setelah selesai menghidangkan semua pesanan mereka, Ridho undur diri.
"Apakah masih ada pesanan lain Pak?" tanya Ridho ramah sambil terus memperhatikan Bintang.
"Sementara cukup, kalau ada nanti kami pesan lagi" jawab Bintang.
"Tenang Dho, kalau mereka ingin tambah sesuatu nanti aku akan panggil kamu lagi" sambung Dian.
"Iya Mbak, saya balik ke belakang ya" pamit Ridho.
Ridho beranjak kembali ke dapur dan langsung menghampiri Tiara.
"Ra, aku tau kenapa kamu jadi begini. Pasti karena pria itu kan?" tanya Ridho.
Tiara menganggukkan wajahnya.
"Kamu harus bicara dengan dia Ra, ini kesempatan kamu" desak Ridho.
"Nggak Dho, tadi aku berpapasan langsung dengannya bahkan dia sempat menatapku. Tapi dia tidak mengenaliku Dho. Bagaimana aku bisa minta pertanggungjawaban darinya. Aku pasti akan datang anggap berbohong" Mata Tiara mulai berkaca - kaca.
Ridho menarik rambutnya yang tak gatal. Dia pun sama bingungnya dengan Tiara. Bagaimana caranya agar pria itu tau bahwa Tiara lah wanita yang malam itu bersamanya hingga Tiara hamil..
"Ternyata dia temannya Mbak Dian. Aku tidak percaya dan selama dua tahun bekerja di sini sekalipun aku tidak pernah melihatnya datang ke sini" sambung Tiara.
"Atau kamu bisa bicara sama Mbak Dian Ra, kami cerita saja padanya kalau pria yang menghamili kamu adalah temannya. Mungkin dia bisa membantu kamu untuk mengatakannya pada pria itu" ucap Ridho.
"Nggak Dho aku gak mau. Kalau dia menyuruhku membunuh anak ini bagaimana?" tanya Tiara.
"Kehamilan kamu sudah besar Ra, gak mungkin bisa di gugurkan lagi. Itu namanya pembunuhan" sangkal Ridho.
"Tapi saat kita ketemu waktu aku wisuda dia bersama wanita lain Dho, bisa saja itu istrinya" ucap Tiara.
"Sepertinya dia belum menikah Ra, aku tadi memperhatikan tidak ada cincin pernikahan di jarinya" balas Ridho.
"Yah mungkin pacarnya Dho. Aku tidak mau dia mengambil anakku dariku setelah aku melahirkan. Aku tidak mau berpisah dengan anakku Dho. Anak ini hanya milikku" Tiara mulai menangis.
"Oke.. oke.. Ra, kamu tenang ya. Jangan terlalu difikirkan. Nanti perut kamu sakit lagi. Ingat pesan Dokter, kamu tidak boleh stres" ucap Ridho mengingatkan.
"Iya Dho, tolong aku. Jangan pernah kamu berniat untuk bertemu pria itu dan mengatakan apa yang aku alami. Aku tidak mau Dho. Biarlah aku tanggung sendiri. Aku sudah bisa menerima nasibku dengan ikhlas. Aku memilih untuk menjalaninya sendiri. Please... tolong bantu aku" Tiara memohon.
Ridho menarik nafasnya panjang.
"Baiklah Ra, aku akan mengikuti permintaan kamu. Tapi kalau seandainya ada apa - apa dengan kamu, jangan cegah aku untuk menemuinya. Dia harus tau tentang keadaan kamu akibat perbuatannya dan dia harus mempertanggung perbuatannya sendiri" tegas Ridho.
"Iya Dho aku janji" balas Tiara.
"Sekarang kamu istirahat lagi ya, aku kembali bekerja. Kasihan yang lain, masih banyak tamu kita yang datang" ucap Ridho.
"Iya, terimakasih Dho" jawab Tiara.
Ridho meninggalkan Tiara sendiri dan kembali bekerja.
Di ruangan khusus.
"Siapa tadi Ra, nama karyawan kamu yang sedang hamil itu?" tanya Roy.
"Tiara.. Tiara Purnama" jawab Dian.
"Nama yang cantik, sama seperti wajahnya" puji Roy.
"Sayang ya nasibnya tak secantik nama dan wajahnya" sambut Bagas.
"Kamu Roy, gak bisa lihat cewek cantik. Ingat dia lagi hamil" ucap Dian mengingatkan.
"Emang sih dia lagi hamil. Tapi kan dia bukan istri orang" balas Roy.
"Begitulah kalau play boy cap kapak terbang, semua diembat termasuk wanita hamil. Jiwa petualangnya meronta - ronta" ledek Bagas.
"Salah kamu Bro, kalau untuk kujadikan pelampiasan petualanganku ngapain aku cari wanita seperti itu. Di diskotik banyak. Justru aku melihat tadi sepertinya dia wanita baik - baik. Sepertinya bisa untuk dijadikan istri" ungkap Roy jujur.
Bintang menggelangkan kepalanya heran melihat temannya yang satu ini.
"Kamu mau tobat Bro?" tanya Bintang.
"Gak tau ya Bro, tapi entah mengapa melihat tatap matanya tadi sangat mengusik hatiku. Sepertinya wanita itu sangat rapuh dan butuh perlindungan" ucap Roy.
Bintang terdiam, tadi dia pun sempat menatap mata wanita itu saat memesan makanan. Dan apa yang dikatakan Roy benar. Aku seperti tidak asing dengan tatap mata itu. Tatap matanya meneduhkan. Dimana ya aku pernah bertemu dengannya? Tanya Bintang dalam hati.
.
.
BERSAMBUNG
Hai readers hari ini aku double up ya, karena kemarin aku kosong. Semoga kalian semakin suka membaca novel ini.
Jangan lupa like, koment, vote dan hadiah yang banyak ya. Agar aku semakin semangat untuk menyelesaikan novel ini.
Terimakasih...
Oh iya lupa, selamat hari Raya Idul Adha bagi yang merayakannya besok ya.
Maaf aku tidak bisa up banyak karena lagi sibuk ini dan itu.
Selamat membaca 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
Chu Shoyanie
suka bgt....🥰
tp bikin aku begadang nih...😔🤩
2022-11-18
1
Winsulistyowati
Hmmm..Bintang GK peka Thor..
2022-03-08
1
TongTji Tea
lha jalan and naik mobil ke diskotik sampai apartemen masak g lnget wajahnya sih.
2022-02-17
1