Tiara
Namaku Tiara Purnama, kata ibu aku lahir saat bulan purnama dan saat malam itu aku lahir dalam keremangan malam dan hanya dibantu alat penerang berupa lilin kecil.
Namun karena aku lahir dengan kulit putih bersih, Ibu melihat saat itu kulitku terlihat berkilau sehingga Ibu memberiku nama Tiara Purnama.
Aku adalah anak pertama. Ayahku meninggalkan Ibu dan entah pergi kemana saat aku berusia tiga tahun.
Sejak saat itu Ibu merasa sangat kecewa dan kesepian. Ibu membawaku pergi dari kampung dan dia membesarkanku sendirian hingga aku berusia sepuluh tahun.
Saat aku duduk di kelas 4 SD Ibu menikah dengan seorang pria di kampung tempat kami tinggal. Pria itu terkenal suka mabuk-mabukan dan sangat pemalas. Kalau pagi dia tidur sampai menjelang maghrib. Dan kalau malam dia akan keluar rumah untuk bermabuk - mabukan bersama teman-temannya.
Setiap dia ingin pergi, ayah tiriku selalu meminta uang pada Ibuku dan kalau Ibu tidak mempunyai uang dia akan memukuli Ibuku habis - habisan.
Setiap dia marah pada Ibuku dia selalu mengusir Ibu dan aku. Herannya walau dengan wajah dan tubuh penuh luka Ibu tidak pernah berkeinginan untuk meninggalkan ayah tiriku.
Sering aku dengar orang-orang menasehati Ibuku untuk meninggalkan ayah tiriku tapi dia tidak mau.
Pernah sekali aku mengajak Ibu pergi saat itu Ibu sedang hamil anaknya yang pertama dari ayah tiriku.
"Bu kita pergi saja, lihatlah tubuh Ibu sudah penuh luka. Aku berjanji akan menjadi anak yang baik dan menurut apa kata Ibu, aku akan menjaga adik saat dia lahir nanti. Aku akan membantu Ibu mencari uang asalkan kita pergi dari sini Bu" bujukku.
"Tidak mudah membesarkan seorang anak tanpa seorang suami" ucap Ibuku.
Aku yang saat itu sudah kelas 1 SMP perlahan mulai mengerti dan membujuk Ibuku
"Tapi dia bukan suami yang baik Bu, ada atau tidak ada dia sama saja. Bahkan kita lebih baik tanpa dia. Kita bisa hidup bebas dan damai tanpanya" bujukku.
Sambil menangis Ibu berkata.
"Ini adalah jalan hidup yang Ibu pilih. Ibu mencintai Bapak tiri kamu. Cukup, kamu hanya seorang anak kecil, jangan campuri hidup Ibu. Kamu cukup sekolah saja jangan urus kehidupan Ibu" jawab Ibu.
Aku hanya bisa apa, aku hanya bisa memeluk dan menangis dalam pelukannya.
Taukah Ibu hatiku begitu terluka melihatnya seperti ini. Wajah penuh luka, badan kurus dan hanya berisi di bagian perut saja karena Ibu sedang hamil.
Tapi seperti yang Ibu katakan aku hanyalah anak kecil yang tidak tau apa - apa. Mungkin bagi Ibu aku tidak tau artinya cinta yang tulus memberi tanpa mengharapkan balasan. Aku tidak tau artinya pengorbanan dan kesepian.
Tapi aku mengerti artinya sedih dan bahagia. Aku sedih setiap melihat Ibu di pukuli oleh laki-laki itu. Ibu selalu berteriak kesakitan dan menangis. Tapi mengapa Ibu malah berkata dia bahagia menikah dengan pria itu?
Hingga adikku yang pertama dari ayah tiriku lahir tapi sikap ayah tiriku tidak pernah berubah. Bahkan semakin parah, dia semakin sering membawa botol minuman kerumah.
Dua tahun kemudian Ibu mendapat pekerjaan baru, dia bekerja sebagai buruh di pabrik. Selama ini dia hanya bekerja sebagai pembantu di beberapa rumah. Kerjanya mencuci dan menyetrika baju.
Tiba-tiba Ibu mendapat tawaran dari temannya untuk kerja di Pabrik. Gajinya lumayan untuk makan kami dan biaya sekolahku.
Melihat hal itu ayah tiriku semakin sering mendesak Ibu memberikannya uang untuk membeli minuman. Dan kalau Ibu jawab tidak ada Ibu akan di pukul.
Walau saat itu Ibu sedang hamil anak keduanya dari ayah tiriku tapi laki-laki itu tak perduli. Dia menampar dan memukul wajah Ibuku.
Aku pernah berusaha ingin membantu dan menolong Ibu tapi Ibu melarangku. Ibu menyuruhku diam saja dan tutup mulut. Atau jika aku tidak tahan, Ibu menyuruhku pergi.
Yang lebih parahnya lagi dia memfitnah Ibu berselingkuh dengan teman kerjanya di pabrik sampai hamil. Semua tetangga tau bahwa Ibuku tidak pernah melakukan hal itu.
Mereka sering menyuruh Ibuku untuk pergi saja dan meninggalkan suaminya tapi lagi - lagi Ibu menolak dengan alasan cinta.
Aku yang saat itu berusia lima belas tahun mulai bisa berfikir, apakah cinta harus menderita, berkorban dan terluka.
Kalau memang benar cinta serumit ini lebih baik aku tidak mengenal cinta. Biarlah aku hidup tanpa laki-laki kalau hanya harus tersakiti.
Suatu malam saat ayah tiriku tidak ada di rumah. Ibu baru saja selesai menyusui adikku yang paling kecil. Kami duduk di teras depan rumah.
"Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu akan tau artinya cinta" ucap Ibu.
"Kalau aku boleh tau, apa makna cinta bagi Ibu?" tanyaku penasaran.
"Cinta bagiku tulus ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan seseorang" jawab Ibu.
"Walaupun harus terluka dan tersiksa?" tanyaku.
"Iya walaupun harus seperti itu. Ibu tidak bisa meninggalkan cinta begitu saja karena Ibu pernah di tinggalkan. Ibu tau bagaimana rasanya sakit di tinggalkan tanpa tau apa salah dan kekurangan Ibu" jawab Ibu.
"Apakah itu Bapak?" tebakku.
"Ya, Bapak kamu. Ibu tidak bisa hidup sendiri tanpa suami. Saat Ibu ditinggal pergi Bapak kamu, Ibu berjanji pada diri sendiri. Kalau nanti aku menemukan cinta lagi dan menemukan pria yang mencintaiku aku akan menerima dia seutuhnya dan rela mati untuknya" ujar Ibu.
"Itu bukan cinta Bu tapi bunuh diri" protesku.
"Apa Ibu tidak merasa kesakitan?" tanyaku penasaran.
"Pada saat itu ya sakit, tapi besok- besok pasti sembuh" jawab Ibu.
"Semudah itu Ibu memaafkannya, setelah apa yang Ibu alami?" tanyaku lagi.
"Ya.. semua karena cinta" balas Ibu.
"Kalau seperti itu cinta biarlah aku tidak mengenal arti cinta bu. Aku tidak mau menjadi dewasa agar aku tidak mengenal cinta" tegasku.
"Kamu tidak akan bisa menolaknya Tiara. Jika cinta menghampirimu, sangat sulit untuk berfikir jernih" ujar Ibu sambil menepuk lembut punggung adikku agar dia tertidur nyenyak.
"Ternyata cinta bisa membuat orang gila ya bu, karena kata Ibu kalau cinta menghampiri akan sangat sulit untuk berfikir jernih" balasku.
Ibu hanya tersenyum menatap kedepan seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang ada dalam benak Ibu saat itu. Aku tidak bisa mengerti jalan fikiran Ibu.
Satu yang aku yakini malam itu, aku tidak ingin seperti Ibu. Kalaupun tiba waktu untukku saat cinta datang menghampiri aku mohon Tuhan jangan butakan aku pada cinta.
Tetaplah tuntun otakku untuk berfikir yang benar. Jangan biarkan cinta yang menguasai fikiranku setelah dia berhasil menguasai hatiku. Batinku saat itu.
.
.
BERSAMBUNG
Hay reader setia.. Kita istirahat dulu ya dari keluarga Barrakh dan ADS corp.
Aku tiba-tiba mendapat ide untuk membuat novel yang lebih serius. Empat novelku sebelumnya isinya becanda melulu.
Kuharap kalian suka ya.. Please.. jangan lupa like dan komentarnya aku tunggu.
Kalau kalian lebih berbaik hati masukkan novel ini ke dalam daftar favorit ya, aku tunggu hadiah dan vote dari kalian biar aku lebih semangat lagi berkarya.
Terimakasih....
😍😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
favorit dulu🙏
2023-06-13
1
Erni Kusumawati
isshhh baru baca bab 1 udh kesel bgt ya.. kok ada orang sebodoh itu dlm mencintai ciptaannya.. melebihi rasa cinta dia kpd apapun.. ckckckkc
2023-06-12
1
Chu Shoyanie
ibunya Cinta sprti almh.kakakku thor...diam saja ketika disakiti,dikhianati oleh ayah dr anak2nya,tp ketika adik2nya disakiti oleh pasangannya belaiu sll membela kami...😭
2022-11-16
1