Sejak kejadian malam itu Tiara jadi lebih pendiam. Dia sangat kecewa dengan sahabatnya. Orang yang selama ini sangat dia percaya selain Ibunya ternyata mengkhianatinya.
Tiara lebih tekun lagi mempersiapkan skripsinya agar dia segera wisuda. Skripsi akhirnya sudah di ACC dan Tiara di jadwalkan sidang meja hijau ban depan. Tiara juga terus bekerja dengan tekun di cafe dekat kampusnya.
Satu bulan berlalu setelah malam kelam itu. Hari ini Tiara bekerja di Cafe seperti biasa. Entah mengapa tubuhnya sepertinya tidak bersahabat hari ini. Apakah karena cuaca hari ini terlalu panas atau karena Tiara kurang tidur tadi malam mempersiapkan sidang meja hijaunya yang tinggal satu minggu lagi.
Badan Tiara terasa panas dingin, keringat deras membasahi bajunya. Wajahnya pucat dan lemas.
"Kamu kenapa Ra?" tanya Ridho teman sesama karyawan cafe.
"Gak tau Dho, badanku kok rasanya berat banget ya. Gak enak aja dibawa gerak. Pengen rebahan rasanya" jawab Tiara.
"Sabar Ra, cafe lagi rame-ramenya. Maklum malam minggu. Satu jam lagi juga akan tutup. Kamu tahan sedikit ya, nanti aku antar kamu pulang" balas Ridho.
"Terimakasih Dho. Aku kedepan dulu ya, meja dua minta pesanan tambahan" ucap Tiara.
Satu jam kemudian, cafe sudah sepi dari para pelanggan. Kini tugas Tiara dan teman-temannya sesama karyawan sedang membersihkan cafe sebelum mereka pulang.
Kepala Tiara terasa semakin pusing, dia tak kuat lagi menahan rasa pusing dan mual. Tiba-tiba..
Bruk......
"Raaaa... Tiaraaaa.... " panggil teman-temannya.
"Tiara pingsan Dho" ucap Loli karyawan cafe yang lain.
"Ada apa ini? Tiara kenapa Lol?" tanya Mbak Dian pemilik Cafe.
"Tiara pingsan Mbak. Tadi dia memang udah bilang kalau lagi gak enak badan tapi nanggung cafe lagi ramai tadi Mbak" jawab Ridho yang berlari mendekati Tiara.
"Ya ampun Tiara... kalau gak enak badan ngapain dipaksain. Angkat Dho letakin dia di sofa" perintah Mbak Dian.
Ridho, Loli dan karyawan lainnya berusaha mengangkat Tiara dan meletakkannya di atas sofa. Kemudian Mbak Dian mengusapkan minyak angin ke tangannya lalu meletakkannya di dekat hidung Tiara.
Tak lama terdengar rintihan pelan dari bibir Tiara.
"Ra... kamu sudah sadar?" tanya Mbak Dian.
"Aku kenapa Mbak?" tanya Tiara dan berusaha untuk duduk.
"Kamu pingsan barusan Ra. Apa yang kamu rasakan?" tanya Mbak Dian ramah.
"Kepalaku pusing Mbak dan mual. Mungkin masuk angin Mbak. Tadi malam aku begadang mempersiapkan sidang meja hijau" jawab Tiara.
"Kamu sudah makan?" tanya Mbak Dian.
Tiara menggelengkan kepalanya.
"Pantas saja. Sudah sana ke dapur. Kamu makan dulu baru minum obat dan siap-siap pulang" perintah Mbak Dian.
"Iya Mbak, terimakasih" jawab Tiara.
Para karyawan cafe yang lain kembali menyelesaikan pekerjaan mereka, sedangkan Tiara mengikuti perintah Mbak Dian ke dapur untuk makan malam dan meminum obat pusing.
Tak lama Ridho dan yang lainnya datang untuk bersiap-siap pulang.
"Yuk Ra pulang" ajak Ridho.
"Iya Dho, sebentar ya. Aku ambil jaket dulu" jawab Tiara.
Malam itu sesuai dengan janji Ridho, Tiara pulang diantar Ridho sampai rumah.
Tiara naik keatas sepeda motor Ridho. Dengan kecepatan sedang Ridho mengendarai sepeda motornya menuju rumah Tiara.
Ridho adalah teman dekat Tiara di Cafe. Sebenarnya Ridho sudah lama menaruh hati pada Tiara tapi perasaannya tidak bersambut. Pernah sekali Ridho mengutarakan isi hatinya kepada Tiara. Tapi Tiara menolaknya dengan alasan Tiara belum mau pacaran karena dia masih ingin fokus menyelesaikan kuliah dan membantu Ibunya untuk membesarkan dan menyekolahkan adik-adiknya.
Sebenarnya itu hanya salah satu alasan Tiara saja. Alasan utamanya Tiara belum berani memberikan hatinya dan belum percaya dengan laki-laki. Dia masih trauma dengan kisah hidup Ibunya yang selalu disakiti Bapak Tirinya.
Walau jauh di lubuk hati Tiara yang lain mengatakan kalau nasib orang itu tidak akan sama walau itu nasib Ibu kandung sendiri. Tapi Tiara tidak bisa menghapus rasa takutnya.
Padahal Tiara yakin kalau Ridho adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan lemah lembut. Hanya saja setiap kali Tiara melihat Ibunya dipukul dan ditendang oleh Bapak Tirinya. Hati Tiara semakin sakit.
Dia sangat terluka melihat Ibunya diperlakukan kasar seperti itu. Membuat Tiara tidak sanggup menerima perasaan Ridho padanya.
"Dho... berhenti Dho... " Tiara menepuk bahu Ridho dengan kuat.
Sontak Ridho menghentikan motornya.
"Ada apa Ra?" tanya Ridho.
Tiara turun dari motor dan berlari ketepian jalan. Dia semakin menjauh dari Ridho dan jongkok di dekat rerumputan di pinggir jalan.
"ueeek..... ueeeeeeeek... " Tiara mengeluarkan semua isi perutnya yang tadi baru dia isi di Cafe.
"Waaah parah nih masuk angin kamu Ra, sampai muntah - muntah gini" Ridho turun dari motornya dan memijit punggung Tiara berusaha membantu Tiara agar bisa lebih lega setelah muntah.
"Jangan Dho, aku jorok banget nih" cegah Tiara.
"Gak apa - apa? Lagian kita kan udah mau pulang. Jorok juga gak apa - apa " jawab Ridho.
Tiara mengambil air mineral dari dalam tasnya dan berkumur - kumur.
"Sudah mendingan?" tanya Ridho perhatian.
"Udah" jawab Tiara.
"Bisa kita lanjutkan? atau kamu masih mau duduk - duduk sebentar di sini? Tapi di sini sepi lho, takutnya kita di grebek" canda Ridho.
"Apaan sih, emangnya kita lagi ngapain?" ucap Tiara.
"Pacaran, mojok" balas Ridho.
"Ih siapa juga" elak Tiara.
"Yah orang yang lihat kita Ra, pasti mereka akan berfikiran seperti ini. Sekarang malam minggu Ra, pasti orang-orang mikirnya kita lagi malam mingguan trus mojok di sini" ucap Ridho.
"Itu sih emang fikiran kamu. Maunya begitu" balas Tiara.
"Tau aja hehehe" ujar Ridho.
"Udah yuk, kita pulang. Udah malam, nanti Ibu nungguin aku lagi di rumah" ajak Tiara.
"Oke nyonya rumah" balas Ridho.
"Ish.. udahan ah candanya" ucap Tiara.
"Oke.. Oke.. " jawab Ridho.
Ridho kembali menjalankan sepeda motornya dan mengantar Tiara pulang sampai di depan rumahnya.
"Makasih ya Dho" ucap Tiara.
"Sama - sama Ra" balas Ridho.
Ridho melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya.
Sesampainya di depan pagar rumahnya yang terbuat dari kayu. Tiara di sambut Bapak Tirinya.
"Lama banget pulangnya, pacaran aja kerjanya" ucap Tarjo.
"Aku baru pulang kerja Pak" jawab Tiara.
"Halaaaah alasan kamu saja. Minta uang kamu" pinta Tarjo tanpa basa basi.
"Untuk apa Pak?" tanya Tiara.
"Udah gak usah tanya - tanya, kasih aja" desak Tarjo.
"Gak ada Pak, aku belum gajian. Kalaupun aku sudah gajian semuanya udah aku kasih sama Ibu" jawab Tiara.
"Jangan bohong kamu ya, mana mungkin kamu gak ada uang sama sekali" bentak Tarjo.
Pintu rumah Tiara terbuka dan muncullah Siti Ibunya Tiara.
"Maaas" ucap Siti berlari menghampiri anak dan suaminya itu.
"Apa?" balas Tarjo.
"Ingat perjanjian kita Mas, jangan sangkut pautkan Tiara dalam masalah kita. Cukup aku saja" ancam Siti.
"Haaaah Ibu dan anak sama saja. Gak ada gunanya" Tarjo berjalan menjauh dari rumahnya dan keluar menemui teman-temannya untuk minum dan mabuk-mabukan.
Tiara memeluk Ibunya erat dan mereka menangis bersama.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
ester_vTaehyung
sbner nya ibu nya baik tp rada agak agak yaa 🤣🤣..
bkin trauma anak2 nya dan parah nya scr ga sadar dia nunjukin ke anak2 nya pelajaran dr RT yg dia jlnin.. anak kn peniru yg baik😫🙈
2022-02-20
1
sry rahayu
lanjut Thor
2021-10-10
1
Mari ani
pingin tampol tuh tarjo,tapi aku kok merinding takut
2021-10-05
1