Tiara melangkah dengan lunglai, pagi ini dia belum mengisi perutnya bahkan tadi dia sempat muntah dan mengeluarkan semua isi perutnya.
Tiara hanya mengisi perutnya dengan tiga buah mangga mentah yang tadi pagi di ambil Ali dari pohon.
Perutnya terasa sangat lapar, kepalanya pusing. Tanpa arah Tiara terus berjalan menarik tasnya dengan lemah.
Ya Allah.. kemana aku harus pergi? Batin Tiara. Sepanjang jalan air matanya tidak berhenti mengalir.
Di ujung kampung Tiara bertemu dengan Ida. Ida melihat penampilan Tiara yang berantakan dengan membawa dua tas besar dari tangannya.
"Kamu mau kemana Ra? Seperti orang yang baru saja di usir" ejek Ida.
Tiara tidak menghiraukan ucapan Ida. Dia terus melangkah dan menarik tasnya meninggalkan perkampungan tempat dia di besarkan.
Di sebuah persimpangan Tiara melihat ada warung nasi. Perutnya sudah memberontak minta di isi. Bagaimanapun saat ini dia sedang hamil dan Tiara bertekad akan memperjuangkan anak yang ada di rahimnya.
Sudah cukup dia melakukan satu kesalahan dan dosa besar. Tiara tidak mau menambahnya dengan dosa - dosa yang lain.
Allah Maha Tahu, kalau seandainya malam itu aku tidak di jebak tentu aku tidak akan melakukan perbuatan menjijikkan seperti malam itu.
Tiara membuka dompetnya dan melihat isinya. Saat ini dia tidak mempunyai uang banyak di dalam dompetnya walau di ATM ada sedikit tabungannya tapi dia harus berhemat untuk modal hidupnya, tempat tinggal dan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya.
Minggu depan dia akan sidang skripsi, setelah itu wisuda. Kemudian dia bisa mencari pekerjaan yang lebih layak dengan gaji yang lebih besar agar dia bisa menghidupi dirinya dan juga anaknya kelak.
Cukup itu saja, aku tidak mau berhubungan dengan laki-laki manapun. Biarlah aku membesarkan anakku sendirian tanpa bantuan dari orang lain. Batin Tiara.
Tiar masuk ke dalam warung nasi, dia memilih menu yang paling murah dan makan dengan lahapnya.
Syukurnya sepertinya perutnya bisa diajak kerjasama. Kali ini dia bisa menghabiskan makan siangnya dengan lahap tanpa drama mual dan muntah.
Mungkin anaknya mengerti penderitaan orangtuanya saat ini. Dan tidak mau menambah beban hidup orangtuanya.
Setelah selesai makan siang, Tiara berjalan mencari ATM untuk mengambil uang, dia harus mencari kos - kosan sebelum hari gelap. Dan sepertinya sebentar lagi akan turun karena langit sudah terlihat gelap.
Tiara sudah jauh melangkah meninggalkan kampungnya. Kini dia berada di kota tak jauh dari tempat kerja dan kampusnya.
Rencananya Tiara akan mencari kos - kosan dekat dari keduanya agar dia tidak sulit jika ingin pergi ke dua tempat itu.
Sudah letih Tiara berjalan mencari kos - kosan yang sesuai dengan kemampuannya tapi belum juga dia temukan.
Untung saja hari ini dia dikasih libur oleh Mbak Dian pemilik cafe karena sedang sakit jadi dia tidak perlu bekerja hari ini.
Hari semakin gelap, petir saling bersahutan, angin kencang menerpa tubuh ringkih Tiara.
Hujan deras membasahi bumi. Tiara berteduh di bawah pohon rindang. Perutnya terasa sangat lapar tapi dia tak bisa melangkah karena hujan yang begitu deras.
Tubuh Tiara basah karena angin kencang dan hujan yang begitu deras
Tiara terduduk dalam dinginnya malam, menggigil dan basah. Sambil meresapi nasib buruk yang sedang dia hadapi.
Aku pernah sekuat karang di terpa gelombang tapi akhirnya rintik hujan berhasil hancurkan bendungan air mata yang tertahan lama. Bisik batin Tiara.
Seketika tangis Tiara pecah, dalam keheningan malam. Hanya terdengar suara angin sahut menyahut dengan petir yang menemani hujan turun membasahi bumi. Tiara berteriak...
Ya Allaaaaah kuatkanlah hambamu ini... Berikan aku jalan keluar untuk permasalahanku ini. Maafkan semua dosaku hiks.. hiks.. hiks...
Tiba-tiba Tiara mendengar seseorang sayup-sayup memanggilnya dari kejauhan.
"Tiara..... " panggil seseorang.
Tiara mengangkat kepalanya dan berusaha mencari sosok dari suara yang baru saja menyebut namanya.
Tiara memfokuskan pandangannya, dalam kegelapan dan derasnya hujan Tiara melihat seorang pria berjalan tergesa-gesa ke arahnya.
"Tiara.... " Tiara melihat sosok itu semakin mendekat tapi mengapa suaranya terdengar semakin jauh.
Samar - samar pandangan Tiara mulai kabur dan lama kelamanaan Tiara pingsan tidak sadarkan diri.
"Tiara... Tiara.... " panggil Ridho yang tak sengaja lewat di jalan ini hendak pulang setelah selesai bekerja di cafe.
Awalnya Ridho mendengar teriakan seseorang. Ridho mencari dari mana asal suara itu. Ridho melihat tubuh kecil seorang wanita yang sepertinya sedang kedinginan.
Ridho mendekatinya dan mendengar suara wanita itu sedang menangis sambil berbicara sendiri. Semakin dekat Ridho semakin mengenali suara itu.
"Tiara... " panggilnya.
Tiara mengangkat kepalanya. Yah benar itu adalah Tiara. Ridho berjalan mendekati Tiara. Tak lama tubuh Tiara terjatuh tepat saat Ridho menangkap tubuh Tiara yang kedinginan.
Ridho menghentikan taxi yang sedang melintas dan membawa Tiara masuk ke dalam taxi.
"Pak ke rumah sakit terdekat, tolong bawa teman saya. Saya akan mengikuti dari belakang dengan sepeda motor" ucap Ridho.
"Baik Pak" jawab Supir Taxi.
Ridho membawa serta dua tas Tiara yang sudah basah masuk dalam bagasi taxi, kemudian mengikuti taxi tersebut dari belakang sampai ke sebuah rumah sakit.
Ridho segera memanggil perawat dan Tiara segera dibawa ke ruang Unita Gawat Darurat.
Setelah pemeriksaan seorang dokter menemui Ridho yang sedang menunggu di luar.
"Selamat Pak, istri Bapak saat ini sedang hamil muda. Saya perkirakan kehamilannya memasuki usia enam minggu. Saat sedang hamil muda seperti ini usahakan istri Bapak jangan stres dan terlalu lelah. Di tambah lagi sepertinya istri Bapak tidak makan dengan teratur itu yang mengakibatkan beliau pingsan saat ini" ucap Dokter.
Bagaikan di sambar petir, Ridho sangat terkejut mendengar penjelasan Dokter tersebut.
"Pak... Paaaak.. apakah Bapak mendengar apa yang saya ucapkan?" tanya Dokter.
"Eh... iya Dok, saya dengar" jawab Ridho.
"Silahkan Bapak temui istri Bapak, beliau sudah sadar. Ingat jangan stres dan terlalu capeknya Pak. Tidak bagus untuk perkembangan bayi yang ada di dalam perut istri Bapak" pesan Dokter.
"Baik Dok, terimakasih" balas Ridho.
Ridho menemui Tiara yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Pakaiannya sudah di ganti dengan pakaian khusus pasien milik rumah sakit.
"Hai Ra.. gimana perasaan kamu?" tanya Ridho penuh perhatian.
"Kepalaku berat sekali Dho" jawab Tiara.
Krucuk.. krucuk.... suara perut Tiara.
"Kamu lapar ya, belum makan?" tanya Ridho.
Tiara menganggukkan kepalanya.
"Sebentar ya" jawab Rihdo.
Ridho segera berlari ke kantin Rumah Sakit dan memesan bubur nasi dan air hangat kemudian dia kembali ke UGD.
Ternyata Tiara sudah dibawa ke ruang rawat inap. Ridho mencari kamar tempat Tiara di rawat.
"Ah.. disini ternyata kamar kamu" ucap Ridho ketika berhasil menemui Tiara.
"Nih, aku bawain bubur. Kamu makan ya... sini biar aku suapin" ucap Ridho.
"Udah Dho biar aku saja" jawab Tiara
"Tapi kamu kan masih lemah" balas Ridho.
"Aku masih bisa sendiri" ucap Tiara sambil mengambil bungkusan yang dibawa Rihdo.
Tapi namanya juga sedang sakit, walau lapar tapi Tiara tidak selera dan tak sanggup menghabiskannya.
"Kamu sudah selesai makannya?" tanya Ridho.
Tiara menganggukkan kepalanya
"Oh nooo... makanan ini harus makan. Kata dokter kamu pingsan karena kurang makan. Habiskan Ra" perintah Ridho.
"Aku gak selera Dho" jawab Tiara.
"Kamu gak boleh egois Ra, jangan cuma mikirin diri kamu sendiri. Ingat anak yang ada dalam kandungan kamu. Dia butuh makanan untuk nutrisinya tumbuh berkembang" desak Ridho.
Seeeeer..... jantung Tiara berdesir
"Ka.. kamu tau aku sedang hamil?" tanya Tiara.
.
.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 331 Episodes
Comments
gia anggi🌷
sidang meja hijau bukannya di pengadilan ya?
sidang skripsi aja thor
2022-01-12
1
Cintari Ridodo
paaadahal biasa ny orang kampung ngidam nya kuat2 jarang kok sampaai sgala pingsan..
2021-12-13
1
Dahyun_Twice ❤️
ku kira bunyinya degg , ternyata serr 😂😂
2021-10-01
1