Bruagh
"Uhuk."
Sosok yang terjatuh itu memandang penuh benci pada sosok gadis yang seusia dengannya.
Sekujur tubuhnya telah dipenuhi luka lebam dan jenis luka lainnya.
"Aku akan membunuhmu dan keluar dari pulau terkutuk ini."
Sosok itu bangun dari posisi tersungkurnya dan kembali menyerang gadis yang tengah memandang dingin padanya.
Sekali lagi, mereka kembali bertarung dan menewaskan sosok yang tadi berbicara besar ingin membunuh si gadis.
"Ingin membunuhku? Sayangnya kau terbunuh di tanganku." Dia memainkan belati yang telah menemaninya selama setahun berada di pulau.
Plok
Plok
Plok
"Kakak! Kau semakin lincah dan kejam."
Gadis itu berbalik menatap sosok yang memanggilnya dengan sebutan kakak.
Meski raut wajahnya datar dan tak ada senyum di wajahnya yang cantik dan imut itu. Namun, sangat jelas jika dia sangat menyayangi sosok tersebut.
"Ini sudah setahun kita berada di pulau dan kemungkinan akan ada kelompok yang menjemput kita, jadi Lea, bersikaplah seolah kau tak peduli denganku."
Lea segera menerjang sosok yang dipanggil kakak itu dengan pelukan.
Sosok gadis tersebut tidak lain adalah Alena.
"Kakak! Kalau itu kemauanmu."
"Gadis baik. Ayo keluar dulu dari hutan!"
Selama setahun berada di pulau dan berjuang untuk bertahan hidup, seluruh tubuh Alena dan Lea tidak lagi semulus pertama kali mereka menginjakkan kaki di pulau. Bekas luka lama dan baru terus menumpuk hingga tampak mengerikan.
Beberapa saat kemudian Lea melepas pelukannya. Dia kemudian memandang jauh seluruh hutan, Alena bisa dengan jelas melihat cahaya kebiruan di kedua bola mata Lea.
"Bagaimana?"
Lea tersenyum melihat Alena.
"Tidak hanya kita yang bertahan hingga sekarang, masih ada 5 lainnya lagi."
Alena mengangkat alisnya, senyum dingin kemudian menghiasi bibirnya.
"Oh."
"Kakak! Mereka berlima merupakan anak laki-laki."
"Laki-laki? Oh, mereka harus memperlakukan kita sebagai putri nantinya."
Lea tersenyum miring mendengar apa yang dikatakan oleh Alena. Gadis penakut dan lemah lembut sudah tidak bisa melukiskan Lea saat ini.
Sekarang dia terlihat menakutkan dan aura pembunuh terus memancar darinya.
Sudah pasti selama setahun ini, dia telah membunuh banyak binatang buas dan juga anak-anak lainnya hanya untuk bertahan hidup.
Keduanya melangkah dengan santai keluar dari hutan. Ketika tiba di pantai, keduanya bisa melihat 5 sosok lainnya yang juga memiliki aura haus darah dan pembunuhan di seluruh tubuhnya.
Dari 1000 anak yang dilemparkan ke pulau, hanya 7 yang bertahan sampai sekarang.
Alena hanya melirik sekilas pada 5 lainnya dan langsung menceburkan dirinya ke dalam laut, membasuh luka-lukanya yang belum kering.
Tidak ada ekspresi di wajahnya ketika lukanya bersentuhan dengan air asin itu.
Lea juga tidak tinggal diam, dia mengikuti Alena untuk mencuci tubuhnya.
Ke-lima anak laki-laki yang berhasil bertahan hanya menaikan alisnya melihat ke-duanya dengan sembarangan masuk ke air. Selama mereka dibuang di pulau ini, mereka terus berada di dalam hutan, untuk mencuci tubuh mereka, mereka mencari sumber air di dalam hutan.
Mengikuti jejak Lea dan Alena, kelimanya juga membersihkan diri di air laut asin itu.
"Sssst."
Ketika luka mereka yang belum kering sempurna menyentuh air laut, mereka hanya bisa mendesis tak nyaman.
Dari jauh Lea tersenyum miring melihat reaksi mereka.
Alena sendiri yang telah merasa bersih, segera menyelam ke dasar laut untuk menangkap ikan dan jenis hewan laut lainnya.
Setengah jam kemudian, dia muncul di permukaan dan membawa beberapa ekor ikan.
Lea tentu tahu jika gadis yang dia panggil kakak bisa bernapas di dalam air, seolah dia menghirup udara di daratan.
Dia tidak terkejut dengan hal aneh pada Alena, karena dirinya sendiri juga memiliki kemampuan aneh.
Kemampuan anehnya, ia dapatkan 7 bulan lalu. 7 bulan lalu dia menderita demam tinggi setelah terkena racun ular, dia mengira jika dia tidak akan selamat, tapi siapa menyangka jika ketika dia bangun, dia bisa melihat semua pemandangan di seluruh hutan sejauh 5 km.
Awalnya dia sangat bingung dan menceritakan pada Alena, Alena yang mengetahui jika ada keajaiban di dunia ini, tentu percaya dan mengatakan agar dia belajar mengendalikannya.
Untuk Alena sendiri, dia bisa bernapas di dalam air meski dia berada di dalam air beberapa jam lamanya. Ia bahkan bisa berkomunikasi dengan makhluk yang hanya hidup di air.
Untuk beberapa alasan, Alena berpikir jika dirinya adalah Mermaid, tapi dia memilih untuk membuang jauh-jauh pemikiran tersebut karena dia sama sekali tidak memiliki ekor layaknya Mermaid.
Kemampuan lainnya, Alena bisa membaca pikiran setiap orang ketika melihat matanya. Dia tidak memberitahukan kemampuan ini pada Lea dan memilih untuk menyimpannya sendiri.
Dia menyayangi Lea seperti adiknya sendiri sejak awal, jadi sejak dia mendapati kemampuan pembaca pikiran, dia tahu jika Lea adalah gadis yang jujur dengan pemikiran sederhana dan memiliki kepribadian yang akan berbicara langsung jika tidak menyukai sesuatu darinya.
Lea melihat Alena muncul ke permukaan segera berlari mengumpulkan ranting kering untuk membakar ikan.
Karena tidak ada korek api, Lea sudah terbiasa membuat api menggunakan kaca senter milik Alena yang telah terlepas dari senternya.
Kaca itu di tempatkan di ranting dengan sinar matahari yang memantul hingga membakar ranting. Begitu ranting terbakar, Lea memperbaiki ranting-ranting agar apinya tidak padam dan menjadi bara.
Alena melihat hal tersebut memiliki jejak kelembutan di wajahnya.
"Kakak! Apinya sudah siap."
"Oke."
Keduanya dengan rukun membakar ikan, sesekali Lea tersenyum bahagia dan melakukan hal konyol. Alena hanya memandang datar dan diam-diam berpikir jika Lea tidak kehilangan sisi anak-anaknya setelah melalui banyak hal selama satu tahun ini. Dia mungkin akan menjadi gadis polos yang tidak tahu dunia.
Sementara mereka membakar ikan, anak laki-laki yang berhasil bertahan, mendekati mereka.
2 dari mereka memiliki usia yang sama dengan Alena, sisanya memiliki usia setahun di bawah Alena.
Melihat mereka mendekat, Alena melirik sedikit dan menatap mata mereka.
'Ternyata ada dua gadis yang bertahan.'
'Hebat juga, bahkan ketika mereka berendam di air laut yang asin itu, mereka tidak memberi respon berlebihan.'
'...'
'Gadis yang lainnya terlihat acuh dan dingin sedangkan yang lainnya, bertingkah kekanak-kanakan.'
'Menarik, aku ingin melihat sekuat apa kemampuan ke-duanya.'
Alena tersenyum miring mendengar batin anak laki-laki yang terakhir. Dia kemudian melirik Lea yang masih bertingkah konyol.
"Lea!"
"Ya kakak." Lea dengan cepat memusatkan perhatiannya pada Alena.
"Sepertinya anak laki-laki yang mengenakan pakaian berwarna kuning itu ingin menguji kemampuanmu."
Lea sontak mengalihkan pandangannya pada kelima anak laki-laki yang berjalan mendekat ke arah mereka. Tatapannya berhenti pada anak laki-laki yang dimaksud Alena.
........
Note"
"..." \= percakapan biasa
'...' \= berbicara dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Rianti Dumai
kasian bgt anak² yg tak bersalah mati konyol dlm hutan
2024-05-14
0
kutu kupret🐭🖤🐭
mantep Thor 👍😁
2023-02-18
2
Zulvianti
humm kayaknya tujuannya mereka di buang ke pulau terpencil buat nyari anak anak berbakat deh
2022-03-17
1