Merasa sudah kenyang, dan melihat bajunya yang dia gunakan sebagai jaring untuk menangkap ikan telah kering, Alena tersenyum dan mengambilnya.
Ketika akan memasukan baju tersebut, Alena merasa jika ada sesuatu yang aneh di dalam ranselnya.
Langsung saja ia mengeluarkan semua isi ranselnya dan menemukan dua belati. Alena terkejut melihat dua belati tersebut.
Lea juga sama terkejutnya melihat belati tersebut. Ia memandang Alena dengan penuh tanya.
"Lea! Sepertinya untuk bertahan di pulau ini, kita hanya harus saling membunuh."
"Kakak." Lea ketakutan mendengar hal tersebut dan segera menangis.
"Tentu, kita harus saling menjaga. Kita hanya membunuh mereka yang mengincar nyawa kita."
Lea akhirnya lega, meski air mata masih keluar dan terus membasahi pipinya.
"Kau ambil satu, aku akan mengambil satu, jika ada bahaya yang mengintai mu, jangan ragu untuk melawan!"
Lea menerima satu belati dengan tangan gemetar, dia sangat takut ketika harus membunuh. Namun, jika dengan membunuh dapat mempertahankan hidupnya, dia tidak akan ragu.
"Ayo kita masuk ke hutan!"
"Baik."
Keduanya berdiri dan mulai melangkah memasuki hutan lebat di depannya.
***
Kediaman Manuelo setelah kepergian Alena, ke-tiga keluarga Manuelo tidak bisa duduk diam dan terus berusaha mencari keberadaan Alena.
Meski sudah dua minggu berlalu, tapi mereka belum berhenti untuk mencari keberadaan Alena.
"Dad! Mom! Bagaimana kalau kita tidak menemukan Alena? Kalian tahu kan, jika Alena adalah bintang keberuntungan keluarga kita, tanpa dia di keluarga kita, aku takut..."
Kevin tidak bisa melanjutkan perkataannya, tapi Tuan Manuelo dan Nyonya Manuelo tentu mengerti maksudnya
"Tenanglah nak! Kita pasti akan menemukan gadis itu."
Meninggalkan kediaman Manuelo yang berusaha mencari keberadaan Alena, beberapa keluarga besar lainnya di kota N juga mengalami kepanikan yang sama. Pasalnya anak-anak mereka juga menghilang tanpa jejak atau lebih tepatnya mereka mengatakan jika anak mereka diculik.
Polisi setempat juga telah berusaha keras untuk menemukan keberadaan anak-anak yang menghilang itu, tapi seberapa keras pun mereka berusaha, mereka tidak membuahkan hasil apa pun.
Di keluarga Louis, tuan Louis tengah menginterogasi semua anggota keluarganya, tapi dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Di ruang kerja, dia memandang satu-satunya orang yang bisa dia percayai. Orang itu tidak lain merupakan kepala pelayan.
"Katakan!"
Tanpa berpikir panjang, kepala pelayan segera mengatakan apa yang dia ketahui.
"Tuan, selama anda tidak di rumah, Nyonya selalu menyiksa nona Lea. Namun, saat nona Lea menghilang saat itu, Nyonya membawa nona Lea dengan dalih mengajaknya belanja, tapi Nona Lea tidak pernah lagi terlihat."
Tangan Tuan Louis mengepal erat, dia sangat yakin jika jalang yang tinggal di rumahnya saat ini telah membuang anaknya entah ke mana.
"Kau boleh keluar!"
Setelah kepala pelayan keluar dari ruang kerja, Tuan Louis segera menelpon sekretarisnya.
"Bekukan semua kartu kredit dan ATM milik Nyonya Louis dan segera pesan satu tiket menuju Negara T untukku!"
Setelah memberitahukan hal tersebut pada sekretaris miliknya, Tuan Louis keluar dari ruang kerja dan meninggalkan kediaman Louis tanpa melihat anggota keluarga yang berada di kediaman.
...
Hanya beberapa jam setelah memasuki hutan, keadaan tubuh Alena dan Lea saat ini terlihat mengenaskan.
Mereka berdua saat ini tengah bersandar di pohon besar dengan napas terengah-engah. Di depan mereka ada bangkai serigala yang baru saja mereka bunuh.
Meski mereka berhasil membunuh serigala tersebut, tubuh Alena dan Lea dipenuhi luka cakar serigala yang tampak terbuka lebar.
Alena memandang Lea yang tampak pucat di sampingnya.
"Jangan takut! Kita akan hidup."
Lea memandang Alena dan kemudian mengangguk. Meski dia sangat pucat sekarang, tapi tekatnya untuk hidup belum redup.
Sebelum dibawa oleh tuan Louis untuk memasuki kediaman Louis, Lea merupakan gadis pemalu dan pendiam. Di desa juga dia sering diintimidasi oleh anak-anak yang sebaya dengannya.
Mulai saat dia diculik dan bertemu Alena, dia perlahan mengubah kepribadiannya.
Senyum keji terpatri di bibirnya dan memandang Alena dengan serius.
"Kakak! Mari kita menyingkirkan semua yang menghalangi kita untuk hidup!" Alena terkekeh, meski luka yang dialaminya cukup parah, ia berusaha tetap bertahan.
"Baiklah, tapi kita harus mengobati luka kita."
Alena mengambil baju miliknya yang dia gunakan sebagai jaring dan merobek menjadi beberapa bagian, dia kemudian membalut luka miliknya dan luka milik Lea.
Selesai membalut luka mereka, keduanya kembali melangkah lebih jauh ke dalam hutan. Jika mereka masih berada lebih lama di posisi mereka dengan bangkai serigala bersama mereka, tentu akan menjadi bahaya besar bagi mereka.
Setiap beberapa menit mereka melangkah, mereka akan menemukan mayat dari anak-anak lain yang tidak bisa bertahan.
Mayat tersebut tentu tidak dalam keadaan utuh lagi. Setiap bertemu mayat-mayat tersebut, Lea juga terus berusaha menstabilkan dirinya dan mengusir ketakutannya.
....
3 bulan sudah Alena dan Lea berada di dalam hutan. Luka lama di tubuh mereka telah sembuh, tapi luka baru juga muncul menggantikan luka lama.
Tidak ada lagi ketakutan di hati keduanya. Tatapan gadis lugu dan suci tidak lagi ada di mata mereka, yang tersisa hanya tatapan dingin dan tajam.
Lea yang awalnya gemetar ketika memegang belati, sekarang belati di tangannya hanya seperti mainan anak-anak.
Mereka berdua yang sangat takut ketika melihat mayat yang mereka temui, sekarang hanya memandang mayat tersebut dengan datar tanpa emosi.
Baik Alena dan Lea sama sekali tidak memiliki pengetahuan dalam seni bela diri, tapi selama berada di hutan, mereka menemukan sendiri cara mereka membunuh.
Satu hal yang mereka pahami adalah membunuh target tanpa harus membuang banyak energi. Menyerang titik vital lawan dan tidak memberikan waktu pada lawan.
Cepat dan efisien.
Selama 3 bulan ini, mereka tidak hanya membunuh binatang buas saja. Keduanya bahkan membunuh anak yang lainnya yang berusaha membunuh mereka.
Bau darah kering dan basah dapat tercium dari tubuh keduanya.
"Kakak! Ayo kita ke pantai! Aku ingin membersihkan tubuhku menggunakan air laut yang asin itu."
Alena memandang Lea dengan wajah tanpa ekspresi, tapi cahaya kelembutan terlihat jelas di kedua matanya.
Dia mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Lea.
Selama mereka terluka, mereka juga beberapa kali keluar dari hutan menuju pantai guna membersihkan diri.
Air laut tentunya sangat asin, pertama kali mereka membersihkan diri di pantai, mereka berteriak kesakitan ketika dengan ceroboh melemparkan diri mereka ke dalam air laut.
Namun, meski itu sangat sakit, mereka tidak pernah menyerah dan terus mengulang untuk berendam di dalam air asin, hingga saat ini keduanya mulai mati rasa dan terbiasa dengan rasa sakit.
........
Note:
Lucas Alven Clooney
Lea Michele
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Ayay Nya Yuda
keknya mereka bakal dijadikan mesin pembunuh dehh mknya dilatih dihutan gty
2024-12-29
0
N'Dön Jùañ Shakespeare
apa tujuan orang-orang yang menculik anak-anak dan membuangnya di hutan? apakah untuk dijadikan seorang pembunuh?
2023-11-25
2
Dhika Ahmad
woow visualnya mantap thorr
2022-06-12
1