Instruktur ketiga jatuh dengan mata tak percaya. Tidak menunggu lama, dua instruktur lainnya juga jatuh.
Tidak membuang waktu, Alena dan yang lainnya kembali melangkah maju tanpa melihat tiga mayat yang baru saja mereka bunuh.
Bagi mereka, membunuh tidak lagi asing dan membuat mereka ketakutan, tapi membunuh orang yang mengancam hidup mereka adalah suatu keharusan.
Di dunia yang dipenuhi pembunuh, jika kau ingin hidup, maka kau harus membunuh. Siapa saja yang mengancam kehidupanmu, maka kau harus membunuh mereka.
Di kehidupan sebelumnya, Alena hidup dengan nyaman tanpa tahu sisi tergelap dunia tempat dia tinggal.
Tanpa tahu jika beberapa orang untuk bertahan hidup, mereka harus membunuh. Jika mereka tidak membunuh, maka mereka yang akan terbunuh.
Alena tidak pernah tahu jika ada sisi terkejam seperti itu di dunia ini, dia selalu hidup seperti seorang putri yang selalu memiliki apa yang tidak dimiliki orang lain, dia mengira jika hal tersebut merupakan kehidupan yang layak, tanpa mengetahui jika dirinya dimanfaatkan.
Tuhan memberinya kesempatan kedua, dan di kehidupan kedua ini, dia telah membuka mata tentang sisi lain dunia yang begitu kejam.
Dia diculik dan dibawa ke pulau untuk saling membunuh, guna mencari orang terkuat di generasi mereka.
Namun, dia mengerti di dalam hatinya, di dalam hidup ini, dia tidak ingin dimanfaatkan oleh orang lain.
Setiap langkah maju, mereka selalu bertemu orang-orang yang ingin menghalangi kepergian mereka.
Namun, mereka tidak pernah takut dan terus menghabisi orang-orang itu.
Selama bisa keluar dari markas terkutuk tempat mereka sekarang, mereka akan melakukan apa saja.
Tidak peduli dengan kehidupan orang-orang yang terus menghalangi mereka.
Selama setahun tinggal di tempat tersebut, Alena dan yang lainnya tahu jika tempat ini merupakan markas tingkat terendah dari markas yang seharusnya.
Tingkat keamanan di tempat ini sangat buruk, dan itu sangat mudah bagi mereka untuk keluar. Hanya membutuhkan membunuh orang-orang yang menghalangi mereka, tidak ada teknologi tingkat tinggi untuk meningkatkan keamanan tempat ini.
Setelah beberapa jam, mereka akhirnya melihat tangga di depan mereka. Tangga tersebut tidak lain adalah tangga yang mereka lalui saat pertama kali datang.
Di wajah datar dan dingin itu, muncul sedikit kegembiraan. Mereka saling memandang dan melangkah menaiki tangga. Topeng kulit yang menyembunyikan wajah asli mereka, belum mereka lepaskan.
Ketika mereka berhasil sampai di atas, mereka melihat sekeliling yang hanya mendapati gubuk tua yang sangat reot, seolah itu akan jatuh jika tertiup angin.
Keluar dari rumah tersebut, mereka mendapati jika hari telah gelap, selama berada di tempat mereka berlatih selama setahun, mereka tidak pernah tahu siang dan malam kecuali jika mereka dibawa untuk berlatih mengemudi.
Menghirup udara dingin, mereka merasakan perasaan lega. Tidak tinggal lebih lama lagi, mereka bergerak cepat meninggalkan gubuk reot itu dan menjelajahi hutan di malam gelap tanpa bantuan kacamata malam.
Hutan sudah sangat akrab bagi mereka, tinggal di hutan pulau tak berpenghuni selama satu tahun, apa lagi yang membuat mereka harus merasakan takut?
......
Di luar hutan yang merupakan hutan di mana gubuk bobrok itu berada, sekelompok orang dengan pakaian kamuflase bergerak cepat.
Dalam kelompok itu, mereka memiliki 10 orang. Tidak kurang dan tidak lebih.
Sebelum mereka bergerak, mereka mengatur strategi untuk melumpuhkan musuh.
9 orang lainnya memandang pemimpin mereka dengan serius. Pemimpin itu merupakan seorang pemuda yang memiliki paras tampan. Seluruh tubuhnya memancarkan aura kesombongan yang begitu kejam. Dari penampilan pemuda itu, dia memiliki usia 20 tahun dan itu sangat muda.
"Bergerak! Markas Tengkorak iblis harus ada di hutan ini. Telusuri seluruh hutan, begitu ketemu, langsung kabari!"
"Ya."
Dengan sangat cepat, sepuluh sosok itu bergerak cepat memasuki hutan mencari markas tengkorak iblis untuk mereka musnahkan.
Setengah jam mencari dan belum membuahkan hasil, mereka dikejutkan dengan suara ledakan yang sangat keras.
Ledakan yang memiliki skala sangat besar dan cukup mengguncang tanah.
Dengan merasakan guncangan tanah, mereka menebak jika ledakan itu berasal dari bawah tanah. Tidak membuang waktu lagi, mereka dengan cepat bergerak ke asal ledakan, dan mereka harus dikejutkan dengan gubuk reot yang saat ini telah runtuh.
Mereka terdiam sejenak, kemudian bergerak membongkar gubuk reot itu dan mendapati jembatan menjulur ke bawah yang kini tidak lagi berbentuk. Itu hancur dan tidak bisa lagi dilalui.
Melihat kehancuran tersebut, mereka semua yakin jika tidak ada yang selamat dari ledakan berskala besar itu.
"Bos?"
Salah satu dari mereka bertanya pada pemimpin mereka dengan ragu.
"Telusuri hutan! Temukan apa pun yang mencurigakan. Sangat tidak mungkin jika markas ini hancur karena kelalaian."
Suara itu sangat dingin tanpa jejak emosi sedikitpun.
"Ya."
Sembilan sosok meninggalkan gubuk reot yang kini tak lagi berbentuk, meninggalkan pemimpin mereka sendiri.
Sosok pemuda itu melihat sekitar dengan bantuan kacamata malam milik militer, mencari beberapa petunjuk yang dapat membantu.
Menunduk ke bawah, dia membatu ketika melihat banyak jejak kaki. Jejak kaki itu tidak biasa dan bukan milik orang dewasa.
Dia berjongkok dan mempelajari jejak kaki tersebut. Bibirnya sedikit terangkat membentuk seringai ambigu.
"Jejak kaki anak-anak? Melihat ukuran jejak kaki ini, mereka memiliki usia rata-rata 11 atau 12 tahun dan mereka ada tujuh orang."
Luar biasa, hanya dengan melihat jejak kaki, pemuda itu dapat mengetahui usia dan jumlah kelompok Alena.
Keningnya sedikit mengernyit, jika tujuh bocah ini dapat menghancurkan markas rahasia milik tengkorak iblis, berarti mereka sangat berbahaya dan patut diwaspadai.
Di sisi lain, Alena tidak tahu jika pemimpin dari pasukan khusus militer telah mewaspadai mereka dan memasukan mereka ke dalam daftar berbahaya.
Mereka bertujuh bergerak cepat tanpa melihat ke belakang, setelah meledakan tempat terkutuk di mana mereka ditahan dan dilatih, mereka memiliki perasaan bahagia yang tak dapat mereka ekspresikan.
"Berjalan ke arah suara air!"
Tidak menjawab, tapi mereka mematuhi apa yang dikatakan Alena. Mereka dapat dengan jelas mendengar suara air. Mereka tahu, Alena mungkin ingin berendam.
Begitu mereka sampai, mereka bisa melihat sungai yang memiliki air jernih.
Alena memandang enam saudaranya sejenak.
"Kalian, samarkan diri kalian dan cari tempat untuk beristirahat. Kita akan keluar hutan begitu fajar terbit."
"Oke."
Setelah mengatakan hal tersebut, Alena melompat langsung ke air dan mengubah kakinya menjadi ekor. Mencari tempat nyaman di sungai dan beristirahat.
Lea dan yang lainnya juga sama, mereka seolah berbaur dengan kegelapan sehingga tidak ada yang menyadari jika mereka ada.
Beberapa saat kemudian, kelompok pasukan khusus juga tiba di sungai tempat Alena dan yang lainnya berada.
"Bos, kami tidak menemukan petunjuk apa pun."
"Istirahat di sini lebih dulu! Begitu fajar, kembali dan telusuri hutan."
"Ya."
........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
eva
hahahaha... tempat istirahatnya sama dong..
2021-11-08
3
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
werrr weeerrr😁😁
2021-09-17
1
AK_Wiedhiyaa16
Novel karya penulis Askaori benar2 nyaris perfect dlm segala hal; tata bahasanya mudah dipahami, gaya penulisan yg rapi & yg terpenting feelnya dlm ceritanya sllu dapet..
NEXTT PLEASE!
Tetap semangatttt
2021-08-07
5